Part 1 Noda dan Luka

140K 5.3K 143
                                    

Tampak sebuah ruangan sepi yang jelas sekali sudah tak digunakan lagi sebagai ruang belajar mengajar. Terletak di belakang sekolah, ruangan cukup luas itu berdiri sendiri tanpa bangunan tetangga. Pak Yusri, salah seorang petugas kebersihan mengatakan tidak pernah lagi membersihkan tempat itu karena sebentar lagi pihak sekolah akan membongkarnya dan menjadikannya lapangan basket dalam ruangan. Sementara ruangan itu digunakan sebagai gudang bangku-bangku rusak yang dipenuhi debu dan sarang laba-laba di beberapa sudutnya.

Tidak ada siswa yang iseng nongkrong di sana di jam istirahat. Saking sepinya, sampai-sampai ada yang mengaku pernah melihat hantu di sekitar situ.

Di antara sepi itu, samar-samar terdengar suara desahan erotis yang berpacu dengan deru napas memburu. Bergeser sedikit, tampak sepasang siswa-siswi sedang bercumbu dengan mesranya. Jangan bayangkan ciuman malu-malu ala anak SMA, karena yang mereka lakukan adalah mempraktekkan adegan film dewasa.

Sang gadis ditekan oleh sang pemuda hingga bersandar di tembok, menerima dengan pasrah setiap serangan berupa kecupan, sentuhan, gigitan, dan tiupan menggoda. Mereka tampak begitu menikmati. Entah menyadarinya atau tidak, pakaian mereka sudah tak terpasang sebagaimana mestinya. Seluruh kancing terbuka, begitu pun ritsleting celana. Keadaan rok si gadis tak kalah mengenaskan, terangkat di pinggang dengan celana dalam turun menyentuh mata kaki.

"Duta..." gadis itu mendesah saat merasakan batang keras digesekkan ke kemaluannya. Matanya terbuka, menatap pemuda yang juga menatapnya sayu. Sesaat mereka hanya saling memandang, menghantarkan perasaan masing-masing.

Duta, pemuda itu mengecup kening Sadin lembut lalu mengusap titik air mata di sudut mata kekasihnya itu. Sadin kemudian mengangguk sekali dan memejamkan mata kembali, saat itulah Duta mulai begerak menuntaskan hasrat mereka. Kegiatan nekat yang dilakukan di sekolah di saat semua warga sekolah sedang sibuk melakukan class meeting akhir semester.

Ketika gelombang besar itu datang menerjang rahim sadin, ketika itulah mereka tak lagi sama seperti saat mereka keluar dari rumah pagi hari tadi.

"Aku sayang kamu."

"Aku juga sayang kamu."

***

Sudah beberapa hari ini Sadin merasakan kepalanya pusing, perutnya mual setiap pagi hari, dan tubuhnya entah mengapa mudah sekali lelah. Sadin jadi tak bersemangat melakukan apa pun. Liburan kelulusan sekaligus menunggu ijazah keluar dan pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi dilewatinya hanya dengan bermalas-malasan di rumah. Terkadang Duta datang bersama teman-teman. Bersama teman. Ya, bersama teman-teman karena ayahnya yang seorang anggota TNI begitu keras mendidiknya dengan menerapkan disiplin tinggi.

Salah satu disiplin yang hampir setiap hari ingatkan Papa berulang-ulang padanya adalah jangan pacaran.

Tapi bagaimanapun juga Sadin tetaplah remaja yang memiliki jiwa pengembara sebagaimana remaja pada umumnya, ia ingin mencoba banyak hal baru. Ia malah makin penasaran pada hal-hal yang dilarang, ingin tahu sendiri mengapa hal itu terlarang. Itu seperti menembus goa gelap yang entah ke mana ujungnya, entah itu buntu atau akan ada cahaya di dalam sana.

Penasaran, itu lah yang mengantar Sadin sampai sejauh ini. Sadin selalu merasa iri melihat teman-teman yang bercerita tentang pacar-pacar mereka. Bak gayung bersambut, Duta, pemuda sempurna idola sekolah, menawarkan cinta dan ingin jadi pacarnya. Sadin tentu tak berpikir dua kali untuk menerimanya. Meski harus kucing-kucingan dengan Papa, Sadin sama sekali tidak menyesal melanggar larangan Papa.

Mika - Malaikat KitaWhere stories live. Discover now