Chapter 04

254 57 3
                                    

Agaknya ada kakak yang pantas dibenci disini...

.

Maaf kalau ada typo dan kata mata tidak jelas...

.

.

Author POV

Ash pun sampai di depan ruang kerja ayahnya.

Setelah diperbolehkan masuk dia langsung bilang tujuannya datang.

"Ayah, aku akan membicarakan mengenai Anver." Ucap Ash.

"Anver, ada apa dengannya? Dia tidak terluka kan?"

"Tidak, aku hanya penasaran apa rencana jahat yang dia siapkan sampai sampai dia berakting seperti ini." Ucap Ash.

"Ash, tolong jangan terlalu benci adik bungsumu." Ucap ayahnya.

"Kenapa aku tak boleh membencinya? Jika bukan karena dia ibu tak akan pergi."

"Ash, dia masih bayi saat itu." Ucap ayahnya.

"Bukankah ayah juga sama? Ayah membencinya juga kan."

Ash langsung pergi setelah mengucapkan hal itu.

Kaisar pun hanya bisa menghela napas melihat anak pertamanya itu.

Sementara itu Alexis masih memikirkan apa yang dia dengar tadi.

'Sepertinya aku keterlaluan selama ini. Dia juga tidak tahu kalau kelahirannya akan menyebabkan ibu meninggal. Bagaimana jika aku yang ada di posisinya.'

"Alexis, ada masalah apa? Aku lihat kau melamun dari tadi" Tanya Arnold.

"Hanya memikirkan Anver."

"Ohh anak itu. Jangan bilang kau kasihan padanya."

"Daripada kasihan aku lebih merasa bersalah. Kita mengabaikannya selama ini. Padahal kalau dipikir dia tidak salah apapun."

"Tapi aku masih membencinya." Ucap Arnold.

"Itu hak mu." Ucap Alexis.

Mereka berdua kemudian kembali latihan.

Sementara itu Anver terbangun di sore hari.

Karena merasa lapar dia menyuruh pelayan mengantar makanan.

Tak lama pelayan datang dan menyiapkan makanan untuknya.

Anver sengaja menyuruh para pelayannya pergi karena dia ingin makan sendiri.

Saat sedang makan ada orang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Pangeran, ini Gerald." Ucap orang di balik pintu.

Mendengar itu Anver terkejut.

'Kenapa dia kesini? Tenang Anver semua akan baik baik saja. Kau sekarang adalah anak yang baik.' Batin Anver berusaha menenangkan dirinya

"Masuklah." Ucap Anver.

Pintu terbuka dan Gerald pun masuk.

"Salam yang mulia."

"Duduklah." Perintah Anver

Gerald segera duduk di kursi depan Anver.

Sementara itu Anver lanjut makan.

'Dia sangat tenang. Ada apa dengan pangeran ini.' Batin Gerald

"Ada urusan apa?" Tanya Anver.

"Saya hanya ingin mengetahui kabar anda. Belakangan ini anda jarang memanggil saya. Saya khawatir anda sakit." Ucap Gerald.

I'm Not A PrinceWo Geschichten leben. Entdecke jetzt