6. Menuju Pemakaman

7 1 1
                                    


Megumi tidak paham. Dipikir bagaimanapun, dia tidak menemukan alasan yang membuat Rie berniat ikut. Ingin berkunjung karena Rie kenal masih masuk akal, tapi Rie dan Megumi sebelumnya adalah orang asing walaupun ayah mereka rekan bisnis.

"Kenapa?" tanya Megumi. Lelah mengira-ngira.

Dilihatnya Rie membuang pandang, tampak berpikir sebelum menjawab.

"Ikut menyapa ibumu tidak papa 'kan? Sekalian memperkenalkan diri."

Naik satu alis Megumi, "Anda mau bilang Anda majikan saya, begitu?"

"Ya!"

Tidak penting sekali.

Megumi memperhatikan Rie, alasannya sangat berkesan dibuat-buat.

"Tolong bicara sejujurnya, apa alasan sebenarnya Anda ingin ikut?"

Rie bungkam. Terekam jelas oleh manik Megumi wajahnya panik. Seolah menunjukkan bahwa tebakan Megumi benar soal adanya alasan lain.

"Ini malam tahun baru, aku hanya tidak mau diam di rumah. Tapi aku tidak bohong soal ingin menyapa ibumu, aku juga akan menemanimu sampai selesai."

"Sebagai gantinya Anda ingin ditemani berkunjung ke kuil dan bersama orang-orang di sana menghitung mundur pergantian tahun, begitu?"

Melotot sempurna manik indah Rie. Sedikit takut oleh tebakan yang luar biasa akurat itu. Pikiran bodohnya sampai meyakini Megumi punya kekuatan super.

"Kalau.. kamu tidak keberatan."

'merepotkan.' pikir Megumi. Tetapi, dia tidak bisa menyalahkan Rie yang ingin ditemani. Justru itu wajar, karena Megumi bodyguardnya.

"Sebenarnya, sudah daritadi aku keluar sendirian kalau diperbolehkan. Tapi seperti yang diduga, papa tidak membiarkanku ke mana-mana dengan mudah tanpa kamu. Sopir dilarang mengantarku keluyuran. Penjagaannya juga ketat, aku tidak bisa menyelinap keluar, dan semakin terasa sulit kabur saat kakiku pincang. Jadi, aku hanya bisa mengandalkanmu."

Lihat, Megumi benar-benar tidak bisa menyalahkannya. Memang benar dia dibuat kerepotan, tapi dia sendiri yang memilih untuk menjadi orang yang selalu Rie repotkan.

Dia tidak hanya melarikan diri dari rumah. Dia juga bertanggung jawab untuk menjaga anak rekan ayahnya, atas pilihan yang dia buat sendiri.

"Tapi..," dari saku jaket, Megumi keluarkan ponsel dan melihat sekilas pada layarnya. Kemudian ditunjukkan pada Rie layar ponsel yang mana tertera waktu saat ini.

"Sudah jam segini, Ojou."

Pukul 23.23

Setelah Rie pandangi, Megumi masukkan lagi ponselnya ke tempat semula. "Kalau pergi ke kuil setelah ke pemakaman tidak akan sempat, apalagi pemakaman ibu saya cukup jauh dari sini."

Rie kecewa, tapi segera merubah rautnya dan tersenyum. "Yasudah, tidak masalah. Tidak ke kuil tidak papa, tapi aku tetap ikut kamu ke pemakaman, ya?"

Megumi kembali dibuat heran, "jadi tidak penting Anda ke kuil atau tidak, yang jelas Anda ingin keluar rumah?"

"Iya."

"Apa tidak bisa Anda tetap di rumah saja? kaki Anda juga belum sembuh total."

Seketika wajah Rie cemberut.

"Ini sudah sangat malam, Ojou. Saya tidak enak membawa Anda keluar, apalagi Anda tidak baik-baik saja."

Rie menjadi murung, iris cokelat terangnya memandang Megumi memelas.

"Aku tidak boleh ikut?"

"Bukan tidak boleh.."

"Kalau begitu biarkan aku ikut."

Lovely BodyguardDonde viven las historias. Descúbrelo ahora