Chapter 02

1.6K 210 2
                                    

Jam 18.00 aku pulang setelah bekerja di kafetaria Latte Island. Hari ini aku akan mulai bekerja di Paradise Club untuk membayar hutangku pada Lalisa Manoban, wanita paling sombong dan penuh kebencian yang pernah aku temui.

"Ayah, aku pulang!" Aku berteriak, tapi rumah dengan empat ruangan kecil itu sunyi.

Ayah tidak tahu kalau aku setuju untuk bekerja di tempat yang sejujurnya adalah rumah prostitusi. Meskipun semua orang mengatakan bahwa Paradise Club adalah rumah untuk mencari "pendamping berkelas", tapi kenyataannya wanita-wanita pendamping itu menawarkan seks dengan imbalan uang.

Itu adalah pekerjaan yang rendah, memalukan, dan menjijikkan. Dan bagian terburuknya adalah aku harus bekerja disana setiap malam.

Meskipun aku hanya akan menyajikan minuman, tapi perutku langsung mual saat membayangkan bagaimana pemandangan yang ada di tempat itu saat malam hari.

Aku mengetuk pintu kamar Ayah lalu masuk,
"Ayah?"

Aku melihat dia duduk di tempat tidur dengan tangan yang menutupi wajahnya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Aku semakin mendekat, dan seperti biasa, aku mencium aroma alkohol yang menyengat ditubuhnya.

"Aku sedang tidak enak badan, Nak." katanya.

"Apa kamu sudah makan sesuatu?" Aku bertanya dan dia menggelengkan kepalanya sambil berkata 'belum'.
"Jadi kamu tidak makan apapun sepanjang hari?" Aku bertanya lagi dan aku tidak tahu mengapa hal ini mengejutkanku karena ini bukan pertama kalinya Ayahku memilih mengisi perutnya dengan alkohol daripada makanan.

"Ayah, kamu tidak boleh hanya minum alkohol, tanpa mengisi perutmu dengan makanan."

"Tapi kamu tidak ada dirumah dan tidak ada apapun di kulkas." Dia berbicara seolah-olah dia masih anak-anak.

"Maaf, aku lupa meninggalkan makanan siap saji untuk kamu makan." Kataku sambil menepuk punggungnya.

"Ayah lapar Nak."

"Baiklah, aku akan membuatkan sesuatu untuk kita makan malam." Kataku sambil membantu Ayah bangun.

Dia duduk di sofa sambil menonton TV kecil kami, sedangkan aku pergi ke dapur yang hampir tidak dapat menampung dua orang pada saat yang bersamaan. Aku mengupas beberapa kentang untuk dimasak. Lalu aku mengambil sebungkus ayam dari frezer dan mengambil dua butir telur, tepung roti dan tepung terigu.

Aku menghela nafas ketika menyadari bahwa lemari makanan semakin kosong, aku harus pergi berbelanja atau sebentar lagi kami tidak akan punya apa-apa untuk dimakan.

Aku meletakkan kedua ayam yang telah dilapisi tepung roti di sebelah kompor, lalu aku mengambil wajan dan menambahkan sedikit minyak sampai panas.

Aku mulai mencuci beberapa bahan untuk salad dan ketika minyak sudah cukup panas aku menggoreng ayam.

Setelah membuat salad, aku membuat kentang tumbuk.

Ketika ayamnya matang, aku meletakkannya di atas tisu untuk menyerap minyak lalu aku menyiapkan hidangan untuk Ayah dan untukku di atas meja.

"Ayah, ayo makan malam!" Aku berteriak lalu aku mendengar dia menggumamkan sesuatu.

Dia duduk di meja kecil sedangkan aku mengisi dua gelas dengan air putih.

"Bolehkah aku meminta bir?" Dia bertanya saat melihatku membawa gelas berisi air.

Aku memutar mataku lalu pergi ke kulkas.

"Ini yang terakhir." kataku padanya.

"Bisakah kamu membeli lebih banyak lagi besok?"

Aku ingin memberitahu Ayahku agar dia pergi mencari pekerjaan supaya dia bisa membeli bir sendiri, tapi aku hanya diam di tempat.

HARDER (G!P)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang