08. still save me, just believe me.

113 6 7
                                    


Chika tidak pernah mengira hal seperti ini akan ada dalam hidupnya, bergerumul dengan anak teater dan menyaksikan bagaimana mereka melakukan lakon dengan baik. Chika curiga setiap orang yang masuk di klub ini diharuskan menghafalkan semua nada dan ekspresi. Pasalnya tidak ada yang tidak bisa mereka ekspresikan, Chika seketika menciut, niatnya hanya ingin menjadikan klub ini perantara dalam melancarkan misinya. Namun sepertinya tidak semudah itu, Chika akan mendapatkan kecurigaan jika dirinya tidak memperlihatkan minat pada bidang ini.

Dimulai dari hal termudah yaitu berbaur dengan mereka. Sok kenal sok dekat istilahnya.

"Mereka selalu totalitas gini ya Ram?"

Ramitra tersenyum "ini cara mereka mengekpresikan diri, termasuk jadi diri sendiri. Hebat kan?"

"Jadi diri sendiri? Maksutnya?"

"Mereka itu lagi lari dari dunianya, disini tempat dimana mereka tidak akan dihakimi saat mengekpresikan diri. Seolah mereka masuk dalam peran yang mereka lakoni"

"Termasuk Lo juga?"

Ramitra tersentak, namun selanjutnya gadis itu justru tersenyum. Senyumnya begitu lembut dan terlihat tulus.

"Aku kelihatan seperti itu?"

Kini Chika justru tersenyum kikuk, tidak tahu harus menjawab seperti apa.

"Sorry, gue gak bermaksud"

"Gapapa kok Chika, wajar kamu bertanya setelah aku bilang hal yang ambigu kayak gitu. Aku baik-baik aja, Aku juga gak lari dari apapun"

Chika merasa tidak enak, gadis itu begitu tulus. Entahlah, Chika merasa bersalah melihat gadis itu tersenyum. Sehebat apa ya didikan orangtuanya? Sehingga putrinya memiliki sifat sebaik dan setulus ini. Pantas saja Ia menjadi ketua klub, sikap dewasa dan mengayominya tidak sepantasnya dimiliki anak seusia mereka. Seolah Ramitra hidup lima tahun lebih lama dari dirinya.

"Kamu mau dengar gak kisah mereka?"

"Kisah siapa?"

"Kenapa Aku bilangnya Kisah ya, padahal Aku gak lagi ceritain dongeng. Aku ganti cerita aja kalau gitu ya, Kamu mau dengar gak cerita tentang mereka?"
Ucap Ramitra.

Chika sedikit menukikan alisnya "memang gakpapa Gue tahu soal mereka?"

"Gapapa, mereka udah izinin kok"

Chika tidak mengerti namun akhirnya ia menyetujui untuk mendengar cerita 'mereka'.

Awalnya Ramitra bercerita tentang bagaimana klub ini terbentuk, perjuangannya mendapatkan izin untuk mendirikan klub ini. Hingga akhirnya Ramitra mulai menceritakan kisah mereka. Bagaimana satu persatu dari mereka datang dengan kisah sedihnya masing-masing, tidak ada yang menarik karena Chika sudah hampir mengalami seluruhnya. Namun Chika tidak ingin dianggap tidak sopan karena mengabaikan orang yang sedang berbicara akhirnya Chika mencoba bersikap antusias.

"Aku tahu dia kaya, tapi aku gak pernah tahu sekaya apa dia sampai bisa membuat dunia seolah hanya melihat dia. Kamu tahu Chika, awalnya aku gak percaya dia bisa masuk klub ini. Padahal dia bisa masuk klub lain yang lebih bagus dan punya sertifikat bagus, tapi dia memilih disini. Disisi lain aku senang tapi disisi lain Aku takut, dia itu monster. Aku bicara seperti ini karena aku pernah lihat secara langsung bagaimana dia bersikap di depan orang yang lebih lemah, dia pembunuh. Kasusnya ditutup rapat dan tidak pernah dibahas di publik, benar kata orang 'money can talk, money can do everything ' ".

Siapa yang Ramitra ceritakan, sedari tadi gadis ini tidak sekalipun menyebutkan nama dari orang yang sedang ia ceritakan. Chika jelas terkejut, orang kaya dan pembunuh? Chika tidak bisa berfikir jernih, semua clue mengarah pada orang itu. Ya, orang yang kini menatapnya dengan tatapan memelas. Seolah memohon untuk mengasihinya, mempercayainya.

Save me I Babymonster FanfiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang