18

1K 70 17
                                    

Gimana? Masih mau di boncengin Juno walau dia kebut-kebutan gini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Masih mau di boncengin Juno walau dia kebut-kebutan gini?

Btw motor Juno kawasaki ninja H2R. kata Doi, harga motornya murah kok. Gak semahal harga diri paduka Benji. 🌚

**

"Sejak kemarin, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."

Rahel menoleh. Mengamati Kevin dengan kerutan samar di keningnya. Fokus Kevin tertuju pada jalan sesak di depan, namun sejak tadi ia tidak dapat mengontrol emosi aneh dalam kepalanya. Tepatnya setelah Kevin bertemu dengan Juno.

"Teman yang kau ceritakan waktu itu, jangan bilang dia.." Kevin berhenti sejenak untuk melihat Rahel lalu kembali pada jalanan. Sebenarnya Kevin tidak suka menanyakan ini. Ia tidak ingin membatasi ruang gerak gadis itu, apalagi mengatur-ngatur hidupnya. Namun, pria yang sedang mendekati Rahel sekarang sangat bermasalah.

"Memangnya kenapa kalau itu dia?" Rahel menyahut tenang. Tangannya yang sejak tadi memegang tongkat baseball pemberian Indira terangkat menyelipkan helai-helai rambut coklatnya ke belakang telinga. Rahel tau betul siapa yang sedang Kevin bicarakan. "Apa kau akan melarang ku menemuinya?"

"Bukan begitu." Kevin mendesah lemah. Kemudian melanjutkan hati-hati. "Rahel, kau baru pindah ke SDS. Kau tidak tau apa yang sudah dia lakukan."

"Tapi Kevin, dia tidak seburuk yang kalian pikirkan selama ini." Rahel berusaha meyakinkan.

"Tolong mengertilah Rahel. Dia mendorong seseorang dari lantai dua sekolah kita. Tidak lama setelah itu dia memukuli murid baru hanya karena menumpahkan makanan di bajunya. Lalu dia membolos dan menakuti murid-murid lain. Apa menurutmu itu tindakan baik?"

Melihat Rahel menunduk dalam sembari menggigit bibir ranumnya berhasil membuat Kevin merasa bersalah. Iapun melanjutkan. "Aku tidak bermaksud mengatur hidupmu Ra. Anggap aku peduli padamu. Kau tidak bisa berteman dengan orang sepertinya. Dia akan membawa dampak buruk padamu. Dan kejadian kemarin, baru beberapa minggu kalian berteman, dia sudah mengajarimu berkelahi!? Itu sangat buruk Ra."

"Lalu aku harus diam saja saat Hanabi memukuliku?"

"Ra.." suara Kevin tersangkut di tenggorokan. Tanggapan Rahel sungguh menohok dan menghantamnya telak.

"Apa kau mau aku jadi gadis bodoh yang hanya diam saja saat di pukuli? Kevin, harusnya kau yang paling mengerti. Bahkan ibu Indira mendukungku." Rahel berhenti sejenak mengusap sudut matanya yang basah. "Asal kau tau saja, walau tanpa sengaja, Juno sudah menolongku sejak pertama Hanabi mem bully ku. Bukan kau, apalagi Benji."

Saat air matanya mulai mengalir, Rahel mengusap kasar pipinya. Ia membuang muka kesamping dan menutup mulutnya rapat-rapat merutuki sikap egois Kevin. Dari sekian banyak orang, kenapa harus Kevin yang berbicara seperti itu. Kebenaran ini semakin menyakitinya

Kevin mengusap wajahnya frustasi. Sungguh bodohnya dirimu Kevin. Sepanjang jalan ia terus-terusan mengutuk dirinya. Di tambah harus melihat Rahel menangis dalam diam membuat dadanya sakit dan sangat bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(S)He is My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang