05. Raja terakhir, sang pemenang.

369 78 18
                                    

Lumayan lama berlalu, pertarungan diakhiri dengan kemunduran pemimpin Elf yang dihadapi Rion.

Dibawah tancapan ujung pedang tajam, pemimpin Elf meronta. "Manusia... Musnah, musnah. Raja, marah... Raja akan menghancurkan... Manusia."

Cipratan darah biru mengenai lengan bajunya. Rion hanya mendengus dan berbalik untuk bergabung dengan para anggotanya yang baru selesai dengan lawan yang dihadapi mereka.

"Kerja bagus semua, kita men—"

Brak

Pohon pohon yang ditutupi salju ambruk begitu saja ketika ditimpa sesuatu dengan berat yang tidak enteng.

Anggota lainnya mendongak untuk melihat sosok tinggi besar yang memegang sebuah gada dengan duri duri tajam gada nya. Sedang Rion berbalik dan tersenyum masam.

"Jangan bilang..."

"——dia yang di maksud Ksatria Dryades?!" Sui tercengang.

"TUHAN, INI BAGONG APAAN, GEDE BANGET?" Mia berteriak tidak ramah.

"Raja Orceadin, disebut juga sebagai raja pemusnah." Kei menimbrung dalam kebingungan.

Wajah anggota lainnya terlihat frustasi dan lelah.

"Tuhan! Ini porta sebenernya kelas apa?!" Mako mengusak kasar wajahnya.

Sementara para manusia tengah frustasi dan kelelahan, lain hal nya dengan musuh yang dimaksud. Ia dengan santai menginjak pepohonan dan menghancurkan nya, gada yang ia bawa diseret, menciptakan suara menyeret yang memekik di telinga.

"Ksatria, mati... Manusia, lancang!" gada diangkat tinggi-tinggi dan menghantam tanah.

Tanah yang dihantam retak, membelah daratan dari retakannya. Caine dan yang lainnya menghindari retakan dan melompat ke tempat yang aman.

"God, gua udah muak sama yang tadi. Sekarang apalagi?" Makoto berceloteh kesal.

"Udah ah santai, biarkan pak Rion yang over power kita yang menyelesaikan." Istmo berkata sembari melirik kearah Rion.

Saat ini, delapan manusia kecil tengah dihadapkan oleh raksasa besar dengan tampilan jelek. Saking jeleknya, salah satu dari manusia itu tak henti-henti mengejek.

"Ini raksasa gak ada yang ganteng gitu? Yang ini jelek banget," celetuk Mia.

"Ya namanya juga Orc," balas Key.

Keduanya asik, asik sendiri.

Rion mendengus, berjalan santai menyeret pedangnya. Kemudian melompat menuju tangan dari raksasa tersebut. Gerakannya cepat dan tepat, seperti tergabung dengan amgin. Ia menghunuskan pedangnya dengan garang.

Aura hitam dari pedang nya tersebar dan menjadi padat, membentuk sebuah bayangan pria tinggi dengan jubah menjuntai. Ketika ia menghunuskan pedangnya, bayangan dibelakangnya juga menghunuskan pedangnya yang besar.

Serangannya menabrak sang Orc, membuatnya merintih kesakitan dan berteriak.

Tak henti sampai disana, ia kembali melemparkan serangan yang sama namun dengan kekuatan yang lebih. Menebasnya tepat pada leher. Darah keluar dari luka, kepala terbang tak tentu arah.

Tubuh besarnya ambruk dan darah menggenang seperti sungai.

Diantara orang-orang yang terlihat biasa saja, ada satu sosok berambut merah yang tengah tertegun. Badjingan, kekuatan apaan itu cok!

"—ne."
"——aine."
"Caine!"

"Bangsat!" Caine secara reflek berkata kasar, dan menatap kesamping dengan kesal.

PAYTONDonde viven las historias. Descúbrelo ahora