10. Only you can do this to me 🔞

87 9 1
                                    

A T L A N T I S

"Natan!"

Aamon datang beteriak dari ujung lorong, Natan dan Silvanna sontak terkejut dan melihat ke arah datangnya suara. Disana Aamon berdiri sembari membawa berkas dan berkacak pinggang, "Bukankah sudah 10 menit lewat jam istirahat?"

Natan menghela nafas, sontak pula semua orang berdiri dan berhamburan dari kantin dan mulai bekerja karena merasa tersindir. "Permisi Nona."

"Ah..um ya.." Silvana bengong memperhatikan sifat penurut Natan dan Aamon yang langsung menceramahi Natan ketika dia baru saja sampai di hadapannya, pemandangan yang sangat langka adalah momen dimana Aamon banyak bicara.

"Ugh, bukannya udah keliatan jelas banget hubungan kalian itu bagaimana.." Silvana menggeleng heran, dan melanjutkan makan sushi.

"Aku kan sudah bilang kalau kau akan ikut denganku ke rapat dewan, kenapa kau masih di kantin? Apa sangat seru bicara dengan Silvana?"

Natan memutar bola matanya malas, "Ya, apa kau cemburu?"

Aamon menukikan alisnya tajam, "Apa kau baru saja bilang aku cem-"

BRRAKK!

Aamon dan Natan sontak menghentikan percakapan dan cekcok mereka, ada banyak orang berkerumun di depan sana dan sepertinya ada orang yang menggerang. Aamon segera membelah kerumunan diikuti dengan Natan, "Ada apa ini?"

"Anu..Presedir, seseorang mengalami rut."

Amon melihat seorang pria yang menjadi kariawannya tersungkur ke tanah dengan wajah yang penuh keringat dan memerah, "Panggilkan ambulan."

"Kami sudah melakukannya presedir, tapi dia mulai mengamuk karena tidak mendapat aroma."

Dominan biasanya akan mendapat pil dan aroma penenang sendiri, namun sepertinya untuk kasus ini pria ini baru saja mengalami rut. Dan di departemen ini tidak ada Sub kecuali Natan. Mata Amon langsung terbuka ketika menyadari pria itu tidak lagi tersungkur, "NATAN!"

Sangat cepat, pria itu dengan cekat menuju ke arah Natan dan mencengkram bahunya. "To..long biarkan saya menghi-"

BUAGH!

Pekikan dan suara keterkejutan memenuhi ruangan ketika Amon menendang pinggang pria tersebut hingga ia berakhir pingsan di tembok seberang. "Biar dia air es sebelum ambulan datang." Amon meluruskan kakinya yang sedikit sakit, dia menatap Natan yang terbelalak menatap pria yang baru saja Amon tendang.

"Tidak perlu berterimakasih." Amon baru saja akan menggoda Natan dan menyentuhnya, namun pria itu segera menghindar dan menatapnya sengit. Bentuk perlindungan diri, "Hey, aku kan sudah menolongmu."

Tubuh Natan sama sekali tidak bergetar namun dair sorot matanya memancarkan rasa trauma dan kemarahan, Amon langsung mengingat kembali perkataan bibinya bahwa Natan sangat membenci Dominan.

"Ayo pergi."

Amon berjalan lebih dulu, dia tahu Natan akan mengikutinya dan mereka bertindak seolah tidak ada apapun yang terjadi selama perjalanan. Tujuan mereka selanjutnya adalah pabrik konstributor alat berat milik Fredrin.

Natan masih dingin dan tidak mau menatapnya, Amon yang kesal akhirnya menarik pergelangan tangannya.
"Aku dengar kau adalah sub yang sangat berani, lalu kenapa kau terlihat seperti kucing yang takut air?? Sadarkan dirimu, disini lebih banyak Dom berbahaya dsri yang tadi."

A T L A N T I S Where stories live. Discover now