61

1.1K 177 5
                                    

EMERALD'S POV

Aku mengatur tempo napasku ketika aku terbangun dari mimpi burukku. Hal buruk itu sudah satu tahun berlalu namun masih saja menghantui hidupku.

Saat itu sekujur wajahku dipenuhi dengan cipratan darah dari Ben. Ya, orang itu menembak kepalanya sendiri tepat di depan mataku. Apa kalian bisa bayangkan hal apa yang aku rasakan saat itu.

Satu hari yang benar-benar mencekam untukku. Dimana aku harus melihat dua orang sekaligus meregang nyawa dalam hitungan menit.

Aku bahkan masih mengingat bagaimana teriakan Olivia ketika om Arthur meninggal dunia. Lalu teriakan Mama dan kak Tiara ketika Ben menembak kepalanya sendiri. Semua itu masih tersimpan jelas dalam ingatanku.

Sejak kejadian itu, kehidupanku benar-benar berubah. Semua kehidupanku yang dulunya indah, kini hanya tersisa kehampaan.

Aku mengambil ponselku dan mencoba untuk menghubungi Olivia, namun seperti biasa Olivia mengabaikan panggilan dariku. Seperti yang aku katakan tadi, kini kehidupanku benar-benar hampa.

Setelah pemakaman om Arthur, Olivia seakan-akan menjauh dariku. Aku menganggap ini semua adalah penyesuaian untuk Olivia, karena bagaimana pun juga om Arthur adalah orang tua kandung Olivia.

Aku masih mencoba menghubungi Olivia namun panggilanku masih saja tidak terjawab. Waktu ternyata sudah menunjukan pukul 2 dini hari, ini berarti aku lah yang keterlaluan karena menghubunginya tengah malam seperti ini.

Aku kembali merebahkan tubuhku di tempat tidur dan mencoba untuk memejamkan mataku. Baru saja aku merasa akan mencapai dunia mimpi, aku terusik oleh ponselku yang tiba-tiba berbunyi.

Panggilan itu berasal dari rumah Olivia. Dengan cepat aku menjawab panggilan itu dan benar seperti dugaanku.

"Non Eral bisa ke rumah gak? Non Oliv ngamuk-ngamuk lagi non di kamarnya. Bibi udah coba ngetuk tapi non Oliv malah teriak-teriak"

"Aku kesana sekarang"

Aku berjalan menuruni tangga dan melihat Mama sedang duduk terdiam di ruang tengah. Melihatku yang seperti terburu-buru, Mama pun bertanya padaku.

"Kamu mau kemana tengah malam seperti ini?"

"Mama kenapa belum tidur?"

"Kamu mau kemana, Emerald?"

"Olivia Ma, sepertinya dia mimpi buruk lagi"

"Mama ikut kamu ya?"

"Biar Emerald aja, Ma. Mama istirahat aja di rumah"

"Kamu yakin?" aku mengangguk pelan dan berlalu dari Mama "Kalau ada sesuatu terjadi pada Olivia, kamu segera hubungi Mama ya, nak"

"Iya Ma"

Aku melajukan mobilku menuju rumah Olivia. Ketika aku sampai, satpam di rumah Olivia dengan sigap membukakan pintu gerbang untukku.

Dengan cepat aku berlari menuju kamar Olivia, namun aku tidak mendengar keributan apapun. Apa Olivia sudah kembali tertidur. Aku pun mencoba untuk mengetuk pintu kamar Olivia.

"Liv... sayang..." panggilku namun tidak ada balasan dari dalam sana

Jujur saja aku benar-benar panik saat ini. Aku takut kalau Olivia akan melakukan hal yang buruk pada dirinya sendiri, meskipun aku tahu Olivia tidak akan sebodoh itu.

"Bi, ada kunci cadangan gak?"

"Ada non, tapi..."

"Tapi?"

"Tapi disimpan sama mendiang bapak, non"

Baiklah, tidak mungkin aku menggali makam om Arthur hanya untuk menanyakan dimana kunci cadangan kamar Olivia.

Last Love (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora