Australia...
Arum POV
3 bulan sudah aku meninggalkan tanah air. Tempat dimana aku dilahirkan. Tempat dimana aku juga kehilangan hartaku. Rasanya aku tidak ingin kembali ke tanah air sampai kapanpun. Sebulan lalu aku pulang ke Indonesia. Berkunjung kerumah bunda. Suasana di sana masih sama seperti dulu. Penuh dengan keceriaan, dan kesenangan.
4 bulan usia kandunganku. Mengandung anak dari lelaki yang ku cintai. Ah sudahlah aku tidak ingin mengingat itu lagi. Itu hanya masa lalu. Mungkin sekarang dia sudah bahagia dengan Salsa dan anak - anak mereka. Untuk apa lagi dia menginginkan anak ini. Cukup anak ini untukku. Hanya anak ini yang dia tinggalkan untukku. Untuk ku kenang. Untuk ku rawat dan untuk ku jaga. Memberinya kasih sanyang dan pendidikkan yang layak.
Harapan ku sekarang hanya ingin anakku tumbuh besar sampai bisa mencapai cita - citanya bukan sepertiku yang hanya bisa merepotkan orang tua.
"Rum" bang Reno manggilku.
"Ada apa bang?" Tanyaku yang masih asik mengaduk susu ibu hamil yang baru saja dibuat bang Reno untukku.
"Ada...ada... "
"Ada apa sih bang, jangan bikin penasaran" desakku.
"Ada Dendy di depan"
JLEP! Untuk apa dia ada disini? Dari mana dia bisa tau kalau aku ada disini?
"Rum, apa kamu mau bertemu dengannya?"
"Tidak bang suruh dia pulang saja" jawabku yang masih mengaduk susu, lalu meneguknya hingga habis.
"Kenapa kamu tidak ingin bertemu denganku?!" Suara berat itu sungguh sangatku kenal. Siapa lagi yang memiliki suara itu kalau bukan dia.
"Hah?! Jawab aku Rum. Kenapa kamu tidak ingin bertemu denganku?!" Bentaknya dengan keras. Aku menggigil ketakutan. Tangannya dingin. Sungguh dia sangat menakutkan saat ini.
***
Dendy POV
Setelah mendengar bahwa dia, orang yang kucintai, orang yang sedang mengandung anakku ada di Aussie. Tak perlu menunggu lama aku langsung pergi untuk bertemu dengannya dan memintanya mendengarkan penjelasanku.
Apartemen 2006...
Aku telah sampai di depan apartemen yang dikirim oleh orang suruhanku. 2006, pengabunggan nomer kesukaanku dan nomer kesukaannya. Entah dia membeli apartemen dengan nomer ini secara sengaja atau tidak.
Ting...tong...
Ku tungguh penghuni apartemen ini keluar. Aku berharap Arum yang menyambutku. Karena orang suruhanku bilang kalau Arum di Aussie tidak sendiri tapi bersama abangnya Reno.
Clek...
Tampaklah lelaki berbadan tinggi berkulit putih bersih. Reno? Ya, harapanku tidak terkabulkan. Tapi tidak papa. Asal pintu ini terbuka dan menghubungkan ku dengan Arum.
"Bang" sapaku dengan senyum manis yang ku keluarkan.
"Lho Dendy kan? Buat apa lho kesini?!" Dia berujar dengan tegas dan keras.
"Iya bang ini gue Dendy. Gue pengen ketemu Arum bang. Buat jelasin apa yang sebenarnya" balasku dengan tenang dan senyum yang masih merekah.
"Ok tungguh gue panggilin Arum. Tapi kalau Arun gak mau. Silahkan lho angkat kaki dari sini" jelasnya. Aku tidak bisa menjawab. Karena aku sampai kapanpun tidak akan angkat kaki dari sini. Sebelum Arum mendengarkan penjelasanku.
Ku dengar Arum menolak untuk bertemu denganku. Apa sebegitu bencinya dia padaku? Sebelum bang Reno kembali keluar aku menerobos masuk apartemen ini. Tidak peduli kalau pemiliknya marah. Itu urusan nanti. Urusan sekarang bertemu dengannya.
"Kenapa kamu tidak ingin bertemu denganku?!" Bentakku. Sungguh ini hanya reflek karena mendengar penolakannya. Di terlihat ketakutan. Apa yang telah ku lakukan? Membentak ibu dari anakmu. Batinku menjawab. Ya benar aku membentak ibu dari anakku sampai dia menanggis. Aku berjanji tanggisan itu tanggisan kesedihan yang terakhir. Selanjutnya hanya tanggisan dan tawa kebahagiaan yang kubuat dan kulihat.
***
Author POV
Hening. Suasana yang saat ini menemani dua insan. Diam. Tidak ada satupun yang memulai pembicaraan mereka. Hanya tangan yang saling bergulat, meremas satu sama lain sampai kulit tangan itu memerah. Dingin. Suara AC yang seakan - akan meramaikan suasana di antara dua insan itu.
"Arum" akhirnya Dendy membuka pembicaraan. Menghilangkan suasana hening.
"Hm?" Dehaman yang terdengar sebagai jawaban dari pembukaan.
"Aku mau bilang ke kamu kalau aku batalin pertunanganku dengan Salsa" suara itu berhasil membuat Nisfa Diam membatu. Tidak ada jawaban membalas pernyataan yang dilontarkan Dendy.
"Kamu gak mau tau alasannya?" Merasa bahwa pernyataannya tidak membuat bibir mungil dan merah itu mengeluarkan pertanyaan.
"Apa aku wajib memberimu pertanyaan?" Egonya mengalahkan rasa penasaran untuk bertanya.
"Ya itu wajib. Kamu harus tau alasanku. Karena ini menyangkut masa depan kita" Dendy menjelaskan itu semua dengan tatapan penuh keyakinan bahwa Nisfa pasti akan bertanya. Mungkinkah?
"Kita? Apa maksudnya dengan kita? Itu urusanmu dengan Salsa bukan denganku" Nisfa berujar dengan ketusnya. Membuat harapan yang selalu diharapkan Dendy semakin kecil kemungkinannya.
"Ya kita. Karena alasanku membatalkan pertunangan itu demi kita. Aku, kamu dan anak kita" Dendy sudah tidak bisa menahan untuk melontarkan alasaannya. Karena Nisfa masih tetap kokoh dengan keinginannya.
"Dan aku mau kita selalu bersama" Dendy melanjutkan kata - katanya.
Nisfa masih terdiam mencernah kata - kata yang dilontarkan Dendy tenang 'kita'.
Aku, kami dan anak kita? Apa maksudnya. Apa artinya dia ingin---
"Ya aku ingin kita bersama membinah rumah tangga. Menjadi imam untukmu. Memberi kasih sayang untuk anak kita. Membesarkannya bersama - sama. Bukan menjadi orang tua tunggal. Aku juga ingin merasakan perkembangan anak kita" ucap Dendy yang seakan - akan menjawab kebingungan Nisfa di dalam pikirannya.
"Aku mencintaimu Arum dan juga Mencintai anak kita. Maukah kamu menikah denganku?" Ucap Dendy sambil menyerahkan beludru biru berisikan cincin bermata putih.
Pernyataan Dendy kali ini membuat Nisfa semakin terkejut dengan kata - katanya.
=Accidental=
Updated: 7 Juli 2015
Sorry updatednya lama, gak maksimal dan ngegantung. Hahaha....
Makasih buat yang udah vote dan comment.
Next? Vote 15 lebih (agak pelitlah) dan comment ya!
Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Struggle of Love
RandomMenjadi wanita simpanan itu sungguh menyakitkan. aku benar - benar menyesal telah melakukan itu. sungguh gila cinta itu. sampai - sampai tidak bisa berfikir bagaimana kedepannya. dan lebih menyesal lagi aku telah menyerahkan semua yang ku miliki unt...