Yeah... votenya udah 15 lebih. Wkwkwk...(authornya alay) nih aku nepatin janjiku.
*enjoy****
Wanita itu sedang asik mengelus perut buncitnya. Melihat taman yang penuh dengan anak - anak yang sedang tersenyum senang. Berlari kesana kemari saling mengejar satu sama lain. Melihat itu membuatnya menanggis meratapi nasib anaknya kelak karena perbuatan bejatnya yang dengan senang hati percaya kepada orang lain meskipun orang itu kita kenal. Tapi kita tidak mengenal sisi lainnya.
Menangis sama sekali tidak mengurangi rasa sakit yang ia rasakan hanya masa lalu yang selalu keluar di benaknya. Membuat aliran air mata dipipinya semakin deras.
Angin kencang menyentuh kulitnya. Ia menarik mantel yang digunakannya untuk melindungi nyawa yang ada dirahimnya.
***
Dua insan itu sedang asik dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan keberadaan orang yang ada dihadapannya.
Wanita itu terlihat gugup. Ingin mengucapkan sesuatu tetapi lidahnya terasa keluh. Menjadi sulit untuk melontarkan kata - kata yang akan ia keluarkan.
Sedangkan sang lelaki masih asik mengutak - atik ponselnya. Tidak ada rasa ingin membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Dengan keberanian yang tersisa wanita itu mulai membuka pembicaraan. Tidak ingin menunggu lebih lama.
"Hans aku ingin bicara sesuatu" entah kenapa ia malah mengeluarkan kalimat itu. Padahal dihatinya ia sudah menyiapkan kalimat yang pas. Bodoh. Memang benar ia bodoh, ia sudah mengucapkan kalimat itu berulang kali. Jari tangan sampai tidak cukup untuk menghitung berapa kali ia mengucapkan kalimat itu.
"Mau ngomong apaan sih?! Gue lagi sibuk nih! Cepetan!" Hanya bentakkan yang dikeluarkan oleh sang lelaki. Salsa hanya bisa menerima. Ia sudah mempunyai filling balasan apa yang akan menjawab kalimatnya Itu.
"Hans aku mau kamu tanggung jawab. Aku hamil anak kamu" ucapnya to the point. Tidak ada reaksi terkejut atau bahagia yang dikeluarkan Hans hanya reaksi datar.
"Oh ya. Tapi gue merasa anak itu bukan anak gue. Gue tau lho itu wanita jalang. Gue gak bodoh" ucap Hans dengan sindiran pedasnya. Lalu meninggalkan Salsa yang menanggisi balasan Hans.
Para pengunjung cafe melihat Salsa yang sedang menanggis. Salsa yang merasa malu memilih pergi meninggalkan tempat terkutuk itu. Tempat dimana seorang ayah menolak kehadiran anaknya. Ia bersumpah sampai kapanpun dirinya itu tidak akan pernah menemukan anaknya dengan ayahnya. Meskipun ayahnya memohon sampai bersujud dikakinya. Tidak ada kata maaf untuknya. Untuk Hans.
***
Seorang wanita dan seorang lelaki sedang menikmati suasana sore. Melihat anak - anak yang sedang asik bermain.
Salah satu dari mereka mendekati tempat pasangan itu duduk. Dengan senyum manis yang merekah dibibir mungilnya.
"Nda. Faden capek" ucap anak kecil yang bernama Faden itu.
"Oh anak bunda capek. Sini duduk disebelah bunda dan ayah" ucap bundanya kepada Faden. Faden dengan senang langsung duduk diantara pasangan itu.
"Ayah Faden pingin es krim" pinta Faden ketika sudah duduk.
"Nanti kita beli ya. Faden mau rasa apa?" Tanya sang ayah kepada anaknya. Tampak Faden sedang berfikir. Memikirkan rasa apa yang ia inginkan.
"Dendy jangan terlalu manjain Faden ah" peringat sang bunda kepada sang ayah.
"Gak papa aku pengen manjain Faden. Dulu dia ketika dikandungan selama 4 bulan aku tidak menemaninya. Jadi tolong kasih aku kesempatan kali ini aja. Gak akan aku ulangi Arum sayang"
"Baiklah"
Sosok wanita sedang bersama anak kecil cantik dan imut itu pun mendekati mereka.
"Hai keluarga bahagia" godanya kepada keluarga itu.
"Kebiasaan deh Salsa" gerutu Nisfa kepada teman yang merangkat menjadi sahabatnya.
Salsa hanya membalas gerutu Nisfa dengan senyum.
Mereka pun berbicara dengan asiknya sedangkan anak - anak mereka sedanga asik sendiri dengan mainan mereka sesekali bertukar atau memainkannya bersama - sama.
Tiba - tiba mata coklat Nisfa melihat sosok lelaki sedang memperhatikan sahabatnya. Dia takut akan sesuatu yang terjadi kepada sahabatnya dan anaknya.
***
"Aaaahhhhh....." Nisfa terbangun dari tidurnya. Mimpi yang baru saja datang itu membuatnya membuka mata.
"Arum ada apa?" Tanya Reno dan Dendy yang telah memasuki kamar Nisfa. Ya, Dendy memang sedang menginap di apartemen Nisfa sampai ia mendapatkan hotel.
"Bang aku takut terjadi sesuatu sama sahabat aku" ucap Nisfa dengan air mata yang mengalir deras.
"Siapa Rum?" Kali ini Dendy yang bertanya.
"Salsa Dendy. Apa ini semua karena itu" jawab Nisfa. Dendy pun menenangkan Nisfa. Sampai hanya isak tangis pelan yang terdengar. Tanda kalau Nisfa sudah tenang. Reno yang tidak ingin menganggu pasangan itu pun meninggalkan kamar Nisfa.
"Sayang udah gak usah dipikirin. Kasihan babynya kalau bundanya lagi ada pikiran"
"Iya. Aku takut ini semua gara - gara aku nerima lamaran kamu" ucap Nisfa masih sesengukan.
"Gak, udah tenang aja. Salsa nerima kok kalau pertunangan itu dibatalkan"
"Ya udah kamu tidur lagi ya" Dendy berucap lagi.
"Kamu tidur sini aja ya. Aku takut" rengek Nisfa.
"Iya. Aku tidur sini. Sekarang kamu pejamkan matamu. Aku pijit kakimu yang bengkak"
"Tapi jangan tinggalin aku ya"
"Iya"
=Accidental=
Updated: 7 Juli 2015
Tadinya mau updated besok tapi kalian pada menuhin syarat ku ya udah deh updated lagi. Tapi sorry kalau gak maksimal dan bikin bingung. Gak nyambung lagi. Wkwkwk... maklum penulis abal - abal.
Kalau bingung sama bab ini tanya aja ya. Kalau aku bisa jawab aku jawab. Tapi kalau pertanyaan itu berhubungan dengan bab selanjutnya sorry gak tak jawab. Biar kejutan.
Next? Vote 20 lebih dan comment ya!
Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Struggle of Love
RandomMenjadi wanita simpanan itu sungguh menyakitkan. aku benar - benar menyesal telah melakukan itu. sungguh gila cinta itu. sampai - sampai tidak bisa berfikir bagaimana kedepannya. dan lebih menyesal lagi aku telah menyerahkan semua yang ku miliki unt...