Bab 7 : Guitar

76 15 3
                                    

Narajia itu suka musik, selalu ia dengar itu sewaktu senggang. Akhir-akhir ini, ia menyukai lagu "Sempurna", "Kau Rumahku", "Penjaga hati", "Komang" dan banyak lagu bucin lainnya.

Ia dengar itu sebelum menuju ke alam mimpi, membayangkan seseorang yang ia cintai sambil mendengarkan mahakarya yang menghasilkan alunan melodi yang indah.

Namun yang paling ia suka adalah "Sempurna" karya Andra And The Backbone.

Setiap lirik, bait, nada selalu terngiang dalam benak. Lagu itu seakan menggambarkan bagaimana pacarnya untuknya.

Setiap sikap dan tutur kata pacarnya seakan meminta untuk dipuja.

"Sempurna"

Ah, bisa-bisa ia akan melebur ke dalam melodi yang mereka buat, saking seringnya ia perdengarkan.

Bahkan sampai detik ini ia masih memutar lagu itu, meski papanya telah menyuruhnya untuk tidur pun ia akan berontak demi menemui lagu favoritnya.

Suasana kamar yang remang-remang ditemani dengan "Sempurna" melalui earphone di tengah malam, adalah yang terbaik. Apalagi sambil membayangkan pujaan hati setiap detiknya lagu berputar.

Selain lagu aslinya, ia juga menyukai "Sempurna" versi gitar. Begitu menenangkan untuk di dengar, ada sedikit harap di hati jika pacarnya akan menyanyikan dan memainkan gitar dengan lagu "Sempurna" eksklusif hanya untuknya.

Namun, bukankah itu mustahil? Narajia belum pernah sekalipun melihat Ares memegang gitar.

Huft

Jika ada keajaiban, ia hanya harap satu hal itu saja.

***

"Udah?"

"Hm,"

Pagi ini seperti biasa, Ares akan datang menjemput Narajia. Tak terlalu cerah, mungkin mentari mulai lelah memancarkan sinarnya.

Kedua tangan Narajia memeluk pinggang Ares kemudian ia senderkan tubuhnya di punggung si tampan yang tengah menyetir. Aroma harum menyeruak ke indra penciuman Narajia yang kini sepenuhnya terbuai.

Tak terasa beberapa menit telah berlalu, telah sampai mereka di area parkir yang disediakan sekolah. Perjalanan itu menyenangkan, diselingi obrolan seperti biasa.

Dalam perjalanan mereka ke kelas sesekali murid lain bertegur sapa dengan mereka, tentu Narajia tidak mengenal mereka semua. Ia disapa hanya karena ada Ares saja.

"Aku udah sampai di kelas kak, bye,"

"Iya, jangan nakal ya sayang." Ares mengusak rambut Jiandra setelahnya, membuat rambut itu sedikit berantakan.

Narajia balas dengan mengangguk, ia sudah merasa tidak nyaman karena diperhatikan sedari tadi. Akhirnya Ares pergi ke kelasnya terlebih dahulu sebelum Narajia.

Ekspresi Ares tampak tak enak setelah meninggalkan sang kekasih. Meski tampak seperti biasanya, Ares seakan yakin jika ada sesuatu yang tengah mengganggu Narajia. Mungkin ia bisa tanyakan nanti sewaktu jam istirahat tiba.

"Woi bro, pagi-pagi udah ditekuk aja tuh muka," ujar Hanesa tepat setelah Ares memasuki kelasnya.

"Ada urusan apa lo di kelas gua?" tanyanya ketus.

"Santai lah, gua mau balikin gitar lo, bisa kapan? Mau gua anter nanti sama Maren." katanya, mengikuti Ares yang meletakkan tasnya.

"Pulang sekolah langsung aja, bisa?" tanya Ares, Hanesa mengangguk dengan senyum terpatri.

"Astaga Han, dari jaman kapan baru lo balikin gitarnya Ares?" kini Karen ikut bergabung dengan pembicaraan mereka. Ia baru saja datang dan menaruh tasnya di depan meja Ares.

Tentang Kita: Our Daily Life! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang