4. Menjijikan?

1.9K 191 28
                                    

Happy Reading ✨








Matanya masih tertutup. Sudah 1 jam aku menunggu. Bagaimana jika benar ada cidera parah di kepalanya?

"Ry?" panggilku berharap mata hitam kecoklatan itu menampakkan binarnya.

Nihil.

Aku mengambil tangannya dan menggengamnya erat, sesekali ku kecup lembut. Aku tahu ini ilegal, tapi aku ingin menggunakan kesempatan ini.

Wajahku mulai mendekat kembali ke arah wajah tenangnya. Diawal aku mengusap pipinya yang lembut tanpa noda itu, dan sedikit memainkan bilah bibirnya dengan ibu jari ini. Menggemaskan.

Bibir ini mulai mengkikis jarak dengan bibirnya, hingga akhirnya mulai bersentuhan tanpa menimbulkan suara.

Aku mengecup lembut, lalu melumat dengan perlahan bibir bawahnya agar dia tidak bangun. Rasa manis ini bukan kali pertama yang aku rasakan.

Nyatanya, setiap kali ada kesempatan, aku selalu memonopoli bibirnya yang kenyal itu. Mungkin di umur ke 10 aku mencobanya, untuk yang pertama kalinya. Dan disaat itu pula rasa asing itu muncul.

"Mmh ..." Ery melengguh tak nyaman, namun netranya setia terpejam.

Aku memperdalam ciuman ini. Bahkan, lidahku sudah mulai mengobrak-abrik isi mulutnya.

Hingga aku sadar, jika deru napas Ery mulai tersenggal. Aku menyudahi kegiatan ini.

Dia masih tertidur, aku mengusap jejak cinta yang ada di sekitar bibirnya menggunakan ibu jari. Ah, aku ingin merasakannya lagi. Tapi, sepertinya aku akan gelap mata jika terus dilanjutkan.

Aku ingin dia. Menjadi milikku seorang. Tak peduli jika dia membenciku, biarkan aku sendiri yang menikmati rasa manis ini.

Tak melihat adanya tanda jika dia akan tersadar, aku mulai melumat leher putihnya dengan seduktif, lalu menyesap kulit wangi itu hingga meninggalkan karya indah di sana. Sebagai penutup, aku mengecup sayang tanda cinta itu.

Menjijikan?

Yah, aku sadar akan hal itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku bahkan tak bisa mengontrol diriku sendiri saat hanya berdua bersamanya.

"Aku juga ga mau kita jadi saudara, Ry."

Ku kecup kembali jemari panjang milik Ery.

"Aku juga ga pernah anggap kamu sebagai Abang aku sendiri."

"Cepat sembuh," pungkasku dengan mengusap surai halusnya.

***

"Pules banget lo di UKS! Lagian ada apa sih? Kok bisa benjol gitu kepala lo?"

Aku memasang wajah datar ketika menuju lorong UKS, dan aku mendengar suara kedua teman Ery yang baru saja menjemputnya di UKS.

Sebelum dia sadar, tentu aku akan segera enyah dari hadapannya. Karena sudah dipastikan dia akan meledak jika aku orang pertama yang ia lihat setelah masa lelapnya. Dan sekarang, aku bersikap seperti biasa sembari mendekap beberapa buku yang akan ku serahkan pada guru.

"Berisik lo pada! Gara-gara curut itu gue hampir hilang ingatan!" Ery keluar dari UKS seraya menggaruk rambutnya yang berantakan itu. Lucu.

Aku menghentikan langkah, agar mereka tak melihatku.

"Dah sore ini, lo pada mau pula– HEH!! CUPANG!!" Darren nampak terperanjat hebat setelah melihat sesuatu di tubuh Ery. Ia lekas menarik baju Ery hingga bagian dadanya terekspos. Sial.

Disgusting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang