Bab 3 | Temanku

4 3 2
                                    

☘~HAPPY READING~☘
( ˘ ³˘)♥


"Mengapa baru datang kemari cucu-cucuku. Nenek merindukan kalian,"  nenek menciumi satu per satu dahi mereka dengan penuh kasih sayang.

"Ini semua gara-gara Tina, Nek," Isani merengek.

"Kalau saja dia tidak kecelakaan dua minggu lalu---

Nenek reflek menutup mulutnya. Berseru. Melepas pelukan. Matanya mengisyaratkan ribuan pertanyaan. Apa? Apa yang terjadi? Dimana lukanya? Ada yang masih sakit? Apakah parah? Bagaimana kondisi cucuku?

Katina tertawa masam. Melirik Isani yang tidak bisa menyimpan rahasia pada nenek. Nenek Jaba adalah orang yang sangat empati dan emosional. Kabar ini seharusnya jangan sampai ke telinganya, karena akan membuat nenek khawatir. Lihatlah nenek tua itu mendudukkan Katina di sofanya.

"Cucuku, bagaimana kondisimu. Maaf, nenek sering meminta kalian kemari tanpa tahu kondisi sebenarnya," nenek menatap lamat-lamat.

"Ah! Ahahah, nenek ini tidak ada yang perlu dicemaskan, sih. Isani terlalu berlebihan bilangnya. Cuma jatuh aja, Nek," balas Katina.

"Baiklah, nenek ada minyak urut. Tapi mungkin baunya agak menyengat. Namun, pegal-pegal ditubuhmu akan hilang,"

"Anu, ah, tidak tidak usah, Nek. Itu, sebenarnya, Tina tidak bisa lama-lama disini," Katina berseru, menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Isani hanya memperhatikan mereka berdua. Kasihan sekali melihat Katina begini.

"Tina, ada acara keluarga. Ayah menyuruh datang tepat waktu," kata Katina. Memohon.

"Baiklah, kalau begitu. Tunggu sebentar,"

Nenek masuk ke dalam bilik belakang. Entah mengambil sesuatu. Lima menit mereka menunggu nenek di toko. Sempat terjadi adu mulut antara Katina dan Isani. Katina sangat kesal saat Isani memberitahu nenek. Isani hanya balas mengejek dan tertawa.

"Kamu itu aneh sekali. Setidaknya, biarkan nenek mengetahui hal ini," Isani bicara. Dia melipat tangan di depan dada.

"Nenek sangat mengkhawatirkanku, tahu! Aku tidak tanggung jawab kalau nenek sampai jatuh sakit,"

"Kalau bukan nenek yang khawatir padamu. Siapa lagi? Kamu bahkan tidak memberitahu keluargamu sendiri,"

SIGH. Isani yang rese membuatnya kesal. Gadis berhijab itu selalu berbuat sesukanya. Tapi tidak apalah, lagipula jika nenek mengetahui segalanya, tidak masalah. Karena nenek akan memberikannya kasih sayang yang tulus dan mengkhawatirkannya dengan penuh kasih sayang. Katina hanya menutup matanya. Mencoba menetralisir kemungkinan keuntungan yang dia dapatkan.

Tidak ada gunanya bertengkar. Mari, ambil sisi positifnya saja.

Pintu bilik itu dibuka. Menampakkan nenek yang membawa bakul rotan yang ditutupi kain kotak-kotak di atasnya.

"Bawalah ini, cucuku. Semoga dirimu lekas sembuh," nenek menyerahkan bakul itu pada Katina.

Katina mengambilnya. Mengintip sedikit di bagian yang agak terbuka. Dia mengambil tanpa ragu. Pemberian nenek terkasih. Siapa yang tidak mau mengambil hadiah spesial seperti ini.

Nenek tertawa melihat raut penasaran Katina. Lihatlah gadis berambut pendek itu sudah lupa mengucapkan terima kasih.

"Ada madu murni, minyak urut, teh herbal, dan beberapa wewangian, cucuku. Gunakan dengan teratur, agar lekas sembuh. Nenek akan selalu mendo'akanmu," nenek menarik Katina ke dalam pelukannya.

Oh astaga. Isani hanya mampu menyaksikan segalanya. Rasanya dia ingat 2 minggu lalu adalah hari dimana Katina membuatnya cemas setengah mati. Kini, balas dendamnya sudah terlaksana.

THE FLORIST [ON GOING]Where stories live. Discover now