DELAPAN

172 16 0
                                    

Bi Sani bahkan menyerahkan tugasnya yang harusnya membereskan pakaian kotor dan koper kotor Tuan Chandra dari perjalanannya ke luar negeri pada adiknya Hanum. Pasalnya, ada sesuatu yang besar yang harus bi Sani lakukan untuk majikannya yang sangat Bi Sani sayangi yaitu, Adel.

Bi Sani bahkan, demi Nyonya Adel. Bi Sani nekat menjegat Pak Ade yang sepertinya di suruh oleh Tuan Chandra untuk membeli sesuatu, dan ternyata sesuatu itu adalah minuman keras.
Gila. Kondisi fisik Tuan Chandra terlihat tidak sehat, tapi malah mau mabuk-mabukkan, itu nggak baik. Bi Sani juga yang udah anggap Tuan Chandra bak anak sendiri, tak mau Tuan Chandra kenapa-napa, tapi Bi Sani yang hanya seorang pembantu, bisa apa.

Mau melapor pada Nyonya besar, tak bisa Sani lakukan apabila ia ingin membantu Non Adel saat ini.
Bisa-bisa Nyonya besar yang sedang sibuk parah di kantor datang ke rumah ini. Walau sesibuk apapun, Nyonya besar Helena pasti akan pulang, apabila mengatakan Tuan berulah.

Tapi, sekali lagi, Bi Sani tak mau ia gagal menolong Nyonya Adel.
Sehingga Bi Sani saat ini, nekat… tok tok tok. Mengetuk pintu kamar Tuan Chandra. Bi Sani takut sebenarnya, tapi ini adalah kesempatan emas. Untuk melakukan aksi pertama mereka.
Sumpah, jantung Bi Sani rasanya ingin meledak, menanti jawaban atau sahutan yang akan ia dapatkan dari Tuan Chandra yang jelas sudah Sani ganggu waktu istrahatnya.
Tapi….

“Masuk….”ucap suara itu sangat tegas dari dalam, membuat Bi Sani sedikit menghembuskan nafasnya lega.
Bahkan dengan kedua lutut yang sedikit gemetar, Bi Sani membuka pintu di depannya lalu masuk dengan wajah yang di buat sebiasa mungkin. Jangan terlalu gugup dan takut atau Tuan Chandra akan curiga.

“Bi Sani? Ada apa? Perasan saya, nggak suruh bibi untuk menemui saya…”ucap Chandra dengan nada yang terdengar lelah. Membuat Bi Sani seketika kasian mendengar dan melihat raut lelah di wajah Tuan Chandra.

Dasar Lisa bejad. Dasar Lisa murahan dan penggangu suami orang. Umpat Bi Sani geram pada Lisa. Lisa yang sudah buat Nyonya cemburu dan sakit hati selama ini.

“Bi Sani..”Panggil Chandra mencoba sabar, membuat Bi Sani tersentak kaget dari lamunan singkatnya.

“Ya, Tuan. Maafkan saya, sudah ganggu wakti istrahat Tuan…”

“Katakan langsung, apa tujuan bibi kemari. Saya pengen istrahat…”ucap Chandra masih dengan nada sedang dan sedikit hangatnya, pada orang yang sudah Chandra anggap juga orang penting dalam hidupnya, karena Bi Sani sangat teliti dan telaten mengurus segala keperluannya di rumah ini. 
Mengusap pelipis gugup, Bi Sani….

“Anuh, sudah dua bulanan kamar tempat barang Nyonya Adel belum di bersihkan, Nyonya Adel suka kebersihan, apakah Tuan tidak mau…”

“Bi Sani ingin membersihkannya? Ya, tolong Bi Sani bersihkan. Saya lupa, jasad Adel memang sudah tidak ada di rumah ini, tapi saya yakin, jiwanya masih ada di sini kan? Bahkan istri saya, mungkin sedang peluk saya saat ini…”ucap Chandra dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca dalam sekejap.

Jelas, mendapat anggukan semangat dan mantap dari Bi Sani….

“Ya, Tuan. Saya akan membersihkan kamar barang Nyonya Adel. Tapi, itu… sandinya saya tidak tahu dan tidak berani…”

“Sandi nya tanggal saya bawa kabur Adel dari panti dari ibu Rina… heheheh…”ucap Chandra dengan kekehan lucu sekaligus pahit, mengingat momen menegangkan, dimana Chandra nekat menculik Adel karena dengan sialan, ibu panti seakan sok-sok tidak mau ia menjadi suami dari Adel.
Bi Sani?

Tersenyum penuh  arti. Artinya, ia sudah tahu sandi pintu barang itu, artinya rencana pertama hampir berhasil, yaitu mengeluarkan semua uang dan perhiasan yang ada dalam brangkas yang hanya bisa di buka oleh Nyonya Adel sendiri dengan sidik jarinya...

*****    

Mengeratkan pelukannya pada anaknya Shasa yang sedang tidur dengan pulas dalam gendongannya, Bajang siap mendengar vonis dokter dengan penyakit yang sudah melanda dirinya selama 2 minggu ini.

Tapi, sial. Jantung Bajang rasanya ingin meledak. Menanti tak sabar ucapan yang akan keluar dari mulut Dokter yang sedang membaca sesuatu dalam sebuah kertas di tangannya.

“Apa Bapak Bajang selama batuk, selalu memakai masker seperti saat ini di rumah?”

Pertanyaan Dokter di atas, mendapat anggukan cepat dan mantap dari dari Bajang, membuat dokter yang melihatnya mendesah lega.

“Ya, saya selalu pake. Biar batuk saya nggak ketular sama anak saya. Begitu sih kata bidan desa.”

“Syukur lah kalau begitu, semoga anak bayi anda tidak tertular dengan penyakit anda, tapi tenang saja, bapak Bajang sudah luar biasa. Tidak menunggu batuk bapak parah, bapak dengan tepat langsung datang kemari…”ucap Dokter Alam ambigu, membuat Bajang sumpah semakin deg deg gan, dan Bajang menatap kearah wajah pulas anaknya.

Ia punya penyakit menular? Apaan? Dia nggak pernah melakukan  hubungan bebas. Gimana mau hubungan bebas, kalau ia saja adalah seorang laki-laki yang impoten.

“Tolong bapak jelaskan dengan jelas, apa sakit yang sedang saya derita saat ini?!”ucap Bajang cemas.

“Anda menderita TBC. Makanya selama seminggu ini, bapak batuk dan meludah darah di saat batuk, dan penyakit tbc ini menular….”

“Dan artinya, saya harus melakukan pengobatan selama beberapa bulan kalau gak salah, dan saya tidak boleh dekat dengan anak saya?”

“Ya, betul sekali. Supaya anda sembuh dari tbc ini, ada dua tahap pengobatan yang harus di lakukan, minimal waktu yang di butuhkan untuk pengobatan sampai sembuh 6 bulan atau bisa juga lebih. Biar aman, saya sarankan selain pakai masker, pisahkan wadah tempat bapak dan anak bapak minum atau makan, sebaiknya bapak menjaga jarak dulu dengan bayi bapak. Bayi atau anak yang masih kecil sangat rentan untuk tertular…”

“Tidak. Saya nggak mau anak saya tertular atau sakit….”ucap Bajang tegas, mendapat anggukan mantap dari dokter Alam.

Dokter Alam yang senang, penampilannya saja yang urakan dan sembrono. Ternyata pasien di depannya, banyak mengetahui tentang penyakit yang sedang ia derita dan dokter Alam yakin, pasti pasiennya Bajang akan sembuh lebih cepat, karena pasien di depannya terlihat sangat menyayangi anaknya….

******    

Jantung Bi Sani rasanya ingin meledak di dalam sana, menanti cemas Nyonya Adel mengangkat panggilannya. Tapi, sudah sekitar 4 kali menghubungi, non Adel belum mengangkat panggilannya. Padahal, panggilan ini sangat lah penting. Pasalnya, Pak  Ade yang pergi beli minuman keras, sudah sampai di rumah, bahkan minuman keras yang harganya mahal dan berkualitas itu  sudah Pak Ade berikan pada Tuan Chandra.

Pada Tuan Chandra menurut, mamad yang sedang intip… Tuan Chandra sedang meneguknya di dalam sana, bahkan saking khidmatnya Tuan Chandra mabukan, Mamad yang ambil diam-diam kunci kamar Tuan Chandra. Tuan Chandra tidak sadar dan ngeh.

“Haduh, tolong Nyonya, tolong di angkat panggilan bibi kali ini…”ucap Sani penuh harap bahkan dengan tangan gemetar dan dingin, Sani kembali memanggil nomor Adel.
Sumpah, jantung Sani rasanya ingin terenggut dari tempatnya di saat panggilannya kali ini, sudah Nyonya Adel jawab. Dan Sani tanpa membuang waktu….

“Nyonya Adel. Bisa datang ke rumah, Tuan. Saya sudah mendapatkan sandi kamar barang Nyonya Adel. Dan Tuan dalam keadaan tidak sadar atau mabuk, minumannya sudah saya campur sedikit obat tidur juga. Jadi, aman untuk mengeluarkan uang dan barang-barang milik nyonya. Cepat lah kemari, Nyonya…. Saya menunggu Nyonya di sini… hati-hati di jalan, Nyonya Adel…”

Tbc

Istri yang Ku Khianati Ternyata Masih HidupWhere stories live. Discover now