Teacher

114 12 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, sejujurnya aku tak ingin, tapi mau bagaimana lagi, duduk di kelas XII membuatku harus rajin untuk bisa memudahkan ku masuk universitas impianku, absensiku tak boleh buruk.

Suasana sekolah hari pertama sangat tak ku sukai, para siswa dan siswi melihat ke arahku, tatapan kasian atau Entahlah, aku tak perduli, sepertinya berita menyebar dengan cepat ya.

Pria tinggi yang berjalan bersamaku menggenggam tangan ku erat, seperti memberi isyarat "tak apa, aku di sini bersamamu", aku senang dia ada di sampingku, setidaknya ada orang yang bersamaku sekarang.

Aku memasuki kelasku, tentu saja dengan pria yang sedari tadi berjalan dengan ku, dia duduk di sampingku dan bertanya padaku.
"Kau baik-baik saja ?"

Aku hanya tersenyum padanya, memberitahunya jika aku baik-baik saja, tapi sejujurnya di lubuk hati terdalam ku, rasanya sangat menyakitkan.

Hari ini tidak ada pelajaran yang serius di karenakan hari pertama masuk, para murid baru tengah mencoba berbaur dengan kakak tingkat mereka dan aku memutuskan untuk pergi ke bagian belakang sekolah, sebuah taman terbengkalai yang sering ku datangi.

Merebahkan tubuhku di atas bangku besi panjang yang di letakkan di bawah pohon besar, terasa sangat menyejukkan dan damai walau aku masih bisa mendengar suara riuh bagian dalam sekolahku.

"Sudah kuduga kau ada disini"
Pria tinggi itu datang tiba-tiba dan membuatku sedikit terkejut tapi aku memilih tak menghiraukannya.

"Hoseok-ah, ayo bangun, makan ini dulu"
Ucapnya sambil menyodorkan sekotak susu dan juga sebungkus roti, sejujurnya aku sangat lapar, tapi tubuhku memilih untuk tak pergi mencari makan, beruntung sekali punya sahabat seperti dia.

"Terimakasih Joon"
Ucapku setelah duduk dan mengambil makanan yang dia sodorkan padaku.

Joon atau Namjoon, dia sahabatku, kami bertetangga sehingga kami kenal dari kecil, kata ibuku, kami bahkan sudah di kenalkan saat kami sama-sama masih di dalam kandungan.

Jam pulangpun tiba, aku menggendong tas di punggungku, begitupun dengan Namjoon, kami keluar dari kelas yang sudah sepi karena kami memang menunggu semua murid lain keluar terlebih dahulu.

Aku berjalan beriringan dengan Namjoon di lorong menuju parkiran, belum sampai tujuan, aku harus berpapasan dengan seorang guru paling tampan di mataku.

Min Yoongi, dia adalah guru seni di sekolahku, usianya 6 tahun di atasku, dia mulai mengajar di sekolahku 2 tahun terakhir.

Aku tetap berjalan, dan memasang wajah biasa saja, Namjoon tiba-tiba memegang tanganku, sepertinya dia tau bagaimana perasaanku.

Saat berpapasan dengan sang guru, aku sekilas merasakan jarinya menyentuh tanganku yang terayun di samping tubuhku, seketika aku berharap bisa menghentikan waktu atau berharap dia menggenggam tanganku lembut seperti dulu.

Aku berharap dia berbalik dan memanggil namaku

Aku berharap dia memelukku hangat seperti yang ku rindukan.

Aku harap dia mengusap lembut suraiku untuk menenangkan hatiku.

Aku harap dia mengatakan "maafkan aku"

Aku harap dia mengatakan "aku mencintaimu"

Aku harap dia mengatakan "aku tidak menyetujui perjodohan itu"

Mengatakan jika dia hanya menginginkanku saja

Tapi semua hanya harapan ku saja.

Pasangan murid dan guru yang dulu membuat orang-orang iri sudah tak ada lagi

Pasangan yang kata orang terlihat sangat manis dan lucu seperti sepasang boneka kecil di atas kue pernikahan itu sudah tak ada lagi.

Keputusan yang dia ambil seminggu yang lalu tampa berbicara dulu padaku telah meninggalkan luka besar di hatiku.

Memutuskan hubungan kami secara sepihak tampa perduli perasanku

Aku baik-baik saja, aku akan baik-baik saja, sungguh.

Sepulangnya dari sekolah, aku memutuskan untuk pergi ke toko buku bersama Namjoon, dia adalah orang yang tepat jika bertanya tentang buku.

Aku ingin mencari sesuatu untukku buca, mengalihkan pikiranku dari sang guru.

Aku habiskan 3 jam hanya untuk mencari buku yang tepat, sesekali Namjoon akan mengomel karena buku-buku yang dia rekomendasikan padaku tak ku sukai, aku suka saat dia marah, dia terlihat lucu dan di tambah kacamata bulat tebal itu membuatnya semakin lucu.

Namjoon memang pria kutu buku, tapi sejujurnya dia lumayan tampan, karena di mataku sang gurulah yang masih lebih tampan, maafkan aku Namjoon-ah, tapi kau tetap sahabat terbaikku.

Jarak rumahku dan Namjoon hanya berjarak 2 rumah, akulah yang tiba terlebih dahulu, setelahnya dia akan berjalan mundur dari depan rumahku hingga rumahnya, aku tidak tau kenapa dia melakukan itu, itu adalah salah satu hal aneh yang suka dia lakukan.

Sepanjang jalan mundur ke rumahnya, senyumnya tak pernah luntur, dan melambaikan tangannya saat dia akan memasuki pagar rumahnya, hal itu tak mungkin membuatku tak tertawa, dia menyenangkan dengan cara yang aneh.

Aku memasuki pagar rumahku, memasuki rumah dengan hati senang, tapi itu tak bertahan lama, di ruang tamuku terduduk ibu dan juga sang guru ,"Untuk apa dia kemari ?" Batinku

"Sayang, kemari"
Ucap ibuku seraya menepuk sofa kosong di sampingnya.

Setelah aku duduk, ibuku justru pergi, aku benci ini

"Kalian bicaralah"
Ucap ibuku sebelum benar-benar meninggalkan kami berdua

Suasananya sangat canggung, aku tak suka, dia diam, aku ?, Tentu saja aku juga terdiam.
Tak ada kata yang ingin ku ucapkan padanya, jadi aku tak perduli, aku sibukkan diriku dengan handphone ku.

"Hoseok, bisa simpan handphonemu ?"

Dengan terpaksa aku menyimpan handphone ku, menyandarkan punggung ku di sandaran sofa dan melipat kedua tanganku di depan dada, memasang wajah tampa ekspresi ku, aku ingin tau apa yang ingin dia katakan.

"Perjodohan itu . . ."

Kata-kata nya terhenti saat mendengar tarikan nafas panjangku, mungkin dia tau jika aku tak ingin mendengar soal itu.

"Maaf, kita sudah selesai, lanjutkan saja keputusan yang sudah Ssaem ambil, Ssaem tak perlu kemari lagi, aku lelah, aku mau istirahat"
Sepanjang kata-kataku, raut wajah tak senangnya terlihat jelas, mungkin karena panggilan dariku untuknya ku rubah ?, Aku tak tau, panggilan itu terasa lebih baik untukku.

"Hoseok"

"Sebaiknya Ssaem pulang"

"Apa kita tidak bisa memperbaiki hubungan kita ?"

"Hubungan yang mana ?, , , Hoseok dan Yoongi atau seorang murid dan seorang Ssaem ?"

Dia terdiam dan aku hanya tersenyum smirk padanya, dia benci saat aku tersenyum begitu, tapi sekarang ku berikan dia senyum menyebalkan itu, setelahnya aku meninggalkannya di ruang tamuku sendirian.



Pelajaran seni tak terlalu ku perhatikan, aku ada tapi tak ada yang masuk ke otakku, Namjoon lah yang akan menjadi guru seniku di rumah, meminjam bukunya dan memintanya menjelaskan padaku, walaupun dia sering mengeluh tapi dia cukup sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaan ku, walau terkadang ada beberapa hal yang kami harus mencari jawabannya di internet.

6 bulan berlalu, nilai semesterku sangat memuaskan karena bantuan sahabatku tentunya, itu membuatku senang, tapi selembar kertas hitam tebal bertuliskan tinta emas dengan pita merah di atas meja ruang tamuku membuat senyumku memudar.

Berani-beraninya dia mengirimkan undangan itu padaku, apa dia mau melihat betapa hancurnya aku, cih


- 𝖙 𝖇 𝖈 -

Bakal jadi 2shoot 😂
Ternyata panjang juga

oneshoot, Twoshoot, Threeshoot, . . .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang