26

121 13 0
                                    

....

" Mmm...mmm..."

Irene mulai kenikmatan saat seulgi dengan lembutnya menjilati putingnya yang sudah mengeras. Sesekali ia pun menggigit nya kecil membuat irene mengerang.

" Ah...mmm...Ahh..." Erangnya sembari menggit bibir bawahnya,

Pikirannya sudah melayang, ia terhipnotis oleh kenikmatan itu sampai-sampai tak sadar tangannya terus menekan kepala seulgi untuk tetap memainkan putingnya dengan lidah. Tubuhnya menggeliat nikmat, membusungkan dadanya agar lebih mudah diraih oleh seulgi.

Saat kenikmatan tiada Tara Baru saja dirasakannya tanpa sengaja tangan seulgi menekan area perut bekas luka tusukan. Hal itu membuat Irene sedikit merintih kesakitan dan seulgi tersentak kaget.

" Wae? " Kagetnya,

Irene terdiam sejenak tak mau seulgi mengetahui luka tusukan itu. Ia dengan ganasnya melumat bibir seulgi lebih dalam untuk mengalihkan atensinya, dan menahan lengannya untuk terus meremas payudaranya.

Tentu saja libido seulgi semakin naik, ia tidak ada hentinya memainkan lidahnya di dalam mulut Irene dan tangannya perlahan-lahan turun  ingin mencapai miss-v Irene.

Dengan gerakan tangan Irene yang lebih cepat ia bergegas menahan tangan seulgi dan melepas ciuman panas keduanya.

" Sebentar! Aku ingin ke kamar mandi. " Ucapnya, ia bergegas pergi ke kamar mandi. Sedangkan seulgi merasa kecewa karena malam ini terhenti lagi.

Irene memegang area perutnya sembari menahan rasa sakit yang luar biasa disana. Ia menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

" Hhhh, kenapa lukanya masih sakit? " Erangnya,

Ia menjatuhkan tubuhnya di dekat westafel dengan pandangan yang mulai berkunang-kunang. Meski luka itu sudah tidak meninggalkan bekas diluar tetapi luka di dalam masih sangat perih apalagi jika tertekan seperti barusan.

Ia mengatur nafasnya perlahan-lahan untuk sedikit mengurangi rasa sakit itu. Tiba-tiba ia menjadi mual dan muntah berkali-kali. Irene tidak mengerti apa yang terjadi bahkan ia tidak ingat setelah dirinya keluar dari rumah sakit kala itu.

Seulgi yang diluar kamar mandi berteriak khawatir mendengar Irene muntah-muntah. Ia terus saja memanggil namanya dan berusaha membuka pintu. Sampai akhirnya Irene keluar dari kamar mandi masih dengan tangan di perutnya.

" Gwencana? " Cemasnya,

Irene mengangguk dan tersenyum kecil. Ia mendorong tubuh seulgi perlahan untuk duduk di kasur bersamanya.

" Are u okay? " Tanyanya lagi,

Irene mengelus wajah seulgi yang terlihat khawatir. Ia merapihkan rambutnya yang sedikit menutup mata.

" Aku baik-baik saja, apa kamu mau melanjutkannya? " Tanya Irene terdengar menawarkan,

Seulgi yang mulai merasa ada yang tidak beres dengan Irene langsung menggeleng pelan. Ia tau pasti ada sesuatu yang terjadi.

" Gwencana, kita bisa melakukannya lain kali." Ucapnya,

" Mianee.. " ucap Irene tiba-tiba, seulgi bergegas memeluknya hangat dan mencium ubun-ubun Irene lembut.

" Kalau kamu merasa sakit, kamu bisa memberitahuku hmmm? Jangan menyembunyikan apapun padaku. Aku mohon. " Ucapnya,

Irene terdiam, ia hanya tidak ingin seulgi mengetahui dirinya lebih dalam. Apalagi kehidupannya yang hancur karena kurangnya kasih sayang dari orang tua dan banyaknya permasalahan hidup. Ia mengerti jika ia membicarakannya mungkin saja seulgi akan melakukan hal-hal yang rumit untuk bisa membuatnya bahagia. Sedangkan, itu akan sengat merepotkan dan menambah beban pikirannya alih-alih dari kepolisian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 04 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

witness ( Seulrene_gxg )Where stories live. Discover now