Bab 2

75 31 142
                                    

Marquis Dyke merupakan seseorang yang memimpin pasukannya memenangkan perang di serial perbatasan. Raja Aperto tidak pernah kecewa dengan hasil yang Marquis Dyke bawa, hanya saja perilaku tertutup keluarga Dyke membuat raja kurang menyukainya.

Marquis Dyke memiliki dua orang anak, Phel Van Dyke dan Selena Van Dyke. Phel adalah kepala keluarga saat ini dikarenakan sang ayah Marquis Dyke tengah terbaring lemah di ranjang. Tak hanya karena umurnya yang sudah senja, tubuh yang dulu kuat pun mulai terkuras sebab menjalankan misi perang ke berbagai daerah.

"Selena, kau harus memastikan siapa yang akan mendampingi mu!" ucap Phel saat makan malam.

"Aku tidak berniat untuk menikah kakak," jawab Selena dengan santai.

"Hah.. Selena, coba kau ingat lagi posisi mu saat ini, kau adalah seorang wanita kau tidak akan mendapatkan gelar bangsawan jika tidak menikah dengan siapapun," terang Phel yang jelas mengkhawatirkan posisi sang adik.

"Kak, aku akan menempel pada mu sampai kau dan aku menua," ucap Selena sambil tersenyum pada kakaknya.

Phel pun tak dapat menyembunyikan rasa senangnya, ia sangat menyayangi Selena lebih dari apapun, "Tetapi, kau jangan cemburu pada kakak ipar mu nanti," ucap Phel menggoda adiknya.

"Itu tidak akan terjadi, aku justru akan sangat bahagia karena akan memiliki saudara perempuan, saat ini bertukar aksesoris dengan kakak perempuan sedang tenar," jawab Selena.

"Ha ha ha, jangan pernah kau melakukan hal itu," ucap Phel sambil tertawa.


Ibu kota Aperto merupakan tempat yang ramai, banyak bangsawan tinggal di ibu kota. Seperti layaknya sebuah lingkungan biasa, banyak rumor bertebaran kemana-mana. 

"Kau tahu? Aku dengar nona Selena Dyke mengejar putra mahkota," ucap salah satu nona yang di kenal sebagai nona Erinyes dari keluarga Marquis Goth.

Sambil meminum tehnya seorang nona lain yang terlihat lebih berpengaruh menjawab pertanyaan nona Erinyes. "Nona Erinyes, apa kau sudah tidak takut dengan ujung pedang yang selalu nona Selena ayunkan ke sana kemari?" tanyanya.

"Ah saya hanya ingin menanyakan kebenaran tersebut nona Ive, tidak mungkin nona Selena yang kita kenal itu melakukan hal rendahan kan?" Erinyes mencoba berkilah.

"Baguslah kalau kau masih sayang dengan leher mu nona Erinyes," ucap nona Ive Putri dari Duke Marionet sekaligus teman Selena yang kedudukannya jelas lebih tinggi dari Erinyes.

"Hah apa aku harus memberitahukan rumor ini pada Selena? Aku bahkan tidak tahu siapa yang memulainya," ucap Ive dalam hatinya.


Di kediaman Duke Poli terlihat Isabella tengah menikmati teh hangatnya dengan beberapa cemilan di mejanya. Seorang pelayan mendekati Isabella dan berbisik, "Nona saya sudah menyebarkan rumor tersebut," ucap pelayan yang mengenakan baju hitam dan putih itu.

Isabella tersenyum bangga dengan apa yang di kerjakan oleh pelayannya, ia pun meraih sebuah Bros cantik dengan permata di tengahnya sambil berkata, "Belilah makanan yang enak dengan ini, ah kau bahkan bisa memberikan sisanya pada keluarga mu," ucap Isabella.

"Terima kasih nona!" ucap pelayan tersebut kegirangan.

"Dengan begini aku bisa terus melayani nona Isabella dan akan ia bawa ke istana setelah menikah dengan putra mahkota," ucap pelayan tersebut dalam hati.

Tak lama setelah kabar yang pelayannya bawa, Isabella pun mendapatkan banyak surat dukungan dari para bangsawan yang seumuran dengannya. Isabella terlihat puas dengan reaksi para bangsawan saat itu.

"Inilah hukuman bagimu Selena, walau aku tahu ini semua karena sikap putra mahkota terhadapku, tapi kau juga layak mendapatkannya dan menjauh dari putra mahkota,"  ucap Isabella sambil menyeringai.

Tak banyak yang mengetahui sifat asli dari Isabella Poli, semenjak debutante-nya Isabella dikenal sebagai sosok yang anggun, lemah, dan baik hati. Namun dibalik itu semua isabella kerap membuat rencana licik untuk membuat dirinya terlihat lebih menonjol daripada lawannya, terlebih kedudukan sang ayah yang sangat dekat dengan raja Aperto membuat semua hal mudah bagi Isabella.


Di kediaman tempat latihan istana, terlihat seorang pria yang gagah dengan baju hitam lengan panjangnya. Baju yang tipis membuat lekuk tubuhnya yang kekar menonjol keluar, bagian dada yang bidang dipenuhi dengan otot yang maskulin, serta perutnya yang sexy menampakkan otot perut yang sangat sensual. Rambut dan mata merahnya membuat pria itu terlihat lebih menawan dari siapapun yang ada di sana.

"Latihan terus sampai matahari terbenam! walau sekarang tak ada musuh yang mendatangi perbatasan kita, kita harus selalu siaga dalam segala situasi! Paham semua?" ucap pria tersebut, yang akrab disapa Cesare.

"Baik!" jawab semua prajurit yang tengah berlatih.

"Tuan Cesare!" panggil seseorang yang ada di belakang Cliff.

Cesare pun memutar tubuhnya dan mencari sumber suara, "Hoi!" jawab Cesare.

"Tuan, putra mahkota memanggil Anda ke ruangan kerjanya," ucap pelayan yang melayani putra mahkota.

"Hem? Putra mahkota? Untuk apa Helio mencari ku?" tanya Cesare keheranan.

"Sebaiknya tuan bergegas," ucap pelayan tersebut.

Cesare pun bergegas menuju ruang kerja Helio,  sebelumnya ia mengenakan bajunya terlebih dahulu karena baju latihan itu tak pantas untuk dikenakan di dalam ruang istana.


Di ruangan Helio terdengar suara ketukan pintu dan suara pelayan dari luar, "Yang Mulia Putra Mahkota, tuan Cesare Hennel Tropium sudah datang," ucap pelayan Helio.

"Masuklah Cesare!" suruh Helio.

Cesare pun masuk ke ruangan Helio, "Cesare Hennel Tropium memberi salam pada matahari kecil di kerajaan yang besar ini," ucap Cesare sambil membungkukkan badannya.

"Tidak perlu formal, kita tidak sedang di hadapan publik bersikaplah seperti biasa!" suruh Helio.

"Hah," Cesare menghela nafas lega, "Aku kira kau akan memanggilku untuk melakukan ini," lanjut Cesare.

"Ha-ha-ha, tidak kawan ku Cesare," jawab Helio sambil tertawa.

"Lalu, apa lagi yang kau mau Helio? Apa kau akan menyuruhku untuk pergi ke suatu tempat lagi untuk membeli bunga dan menaruhnya di rumah Dyke? Untuk sekarang aku sudah lelah melakukan hal itu kawan ku Helio," ucap Cesare.

"Tidak tidak, aku hanya ingin kau menemui Selena, sampaikan Hadian dan surat ini, aku mempercayai mu kawan, hanya kau yang tidak akan melaporkan ini pada ayah ku kan?" tanya Helio memastikan kesetiaan Cesare.

"Hah, Helio," Cesare mendengus malas, "Baiklah, aku harap ini yang terakhir, aku tidak ingin digeser dari posisi ku sekarang, kau tahu itu kan? Jadi sebelum raja tahu apa yang kita lakukan ini mari kita hentikan sekarang juga," lanjut Cesare.

"Ya, baiklah kawan aku berjanji ini yang terakhir," ucap Helio yakin.

Cesare pun pergi ke kediaman Dyke menggunakan kudanya, kantong kecil serta surat yang Helio kirim untuk Selena tak terlalu berat sehingga ia tak membutuhkan kereta kuda. 

"Hah, selama satu tahun aku selalu melakukan hal konyol ini untuk Helio, kalau saja tidak ada kata teman di antara kami mungkin aku tak akan melakukannya," gerutu Cesare sambil memacu kudanya. "Lalu, ngomong-ngomong, nona Selena itu wanita yang seperti apa? Kenapa Helio begitu menyukainya?" lanjut Cesare yang memang tak mengenal Selena dengan baik  bahkan ia tak pernah menatap wajah Selena dengan benar.

Can You Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang