8. pembuktian Yogi

17 3 0
                                    

Happy Reading

Yogi membawa Yunita ke sebuah taman dekat dengan gudang sekolah. Suasana di taman ini sangat nyaman, adem, rindang, indah karena banyak bunga mawar, dan tenang karena disini tidak terlalu ramai ada siswa.

"Lo apa-apaan sih nyeret gue seenaknya gitu? Punya sopan santun gak sih lo? You know? Perut gue juga belum kenyang!" omel Yunita.

"Bacot! Kalau masih laper makan aja tuh batu!" jawab Yogi sambil melirik batu disampingnya.

"Heh lo aja sana yang makan batu!" kesal Yunita sambil bersidekap dada.

"Lo yang makan duluan baru gue mau makan!"

"Anjir lo mau kita sama-sama ompong karena makan batu?" Yunita mendelik tajam.

"Kalo ompong juga gapapa." sahut santai Yogi.

"Anjing lah! Eh kok jadi bahas batu sih."

"Kan lo yang duluan."

"Terserah lah terserah! Ngapain tadi lo nyeret gue kesini? To the point bisa?"

"Jangan dekat-dekat cowok tadi!" mata Yogi mulai menajam.

"Kenapa? Masalah sama lo?"

"Masalah!"

"Masalahnya apa?"

"Lo itu babu gue! Harus turutin perintah gue! Kalo gue bilang jangan deket-deket sama dia, ya jangan."

"Gue gak mau jadi babu lo!" tegas Yunita dengan mata nyalangnya.

"Gak mau? Oh oke, gue akan buat keluarga lo menderita."

"Maksud lo apaansih? Apa jangan-jangan lo sengaja ngancem-ngancem gue ngelakuin ini itu karena lo mau deket-deket sama gue!?

Plakk

Yogi menampar pipi kiri Yunita.
"Jangan ke PD an lo anjing! Karena lo udah nantangin, bakal gue buktiin." ucap Yogi menekan setiap kata-kata yang dilontarkannya.

"Buktiin apa bangsat!?" sahut Yunita dengan tangan kirinya yang masih memegang pipinya yang perih.

"Lo gak tau kakek gue naruh saham besar di perusahaan bokap lo hah? Oh tenang, gue gak bakal buat bokap lo bangkrut dulu. Gue bakal main-main dikit doang!"

Bertepatan setelah Yogi mengatakan itu, handphone nya pun berdering memperlihatkan nama "Bokap pemaksa" di layar hpnya itu. Ia pun langsung menekan tombol hijau, dan menjauh dari hadapan Yunita.

Ketika melihat Yogi menjauh, Yunita pun segera melangkahkan kakinya menuju kelas meninggalkan Yogi.

"Hm?" ucap Yogi.

"Nanti pulang kerumah, jangan ke apartement ataupun ke markas."

"Kenapa?"

"Kamu punya rumah untuk tinggal, ada papa sama mama yang nungguin kamu. Punya anak tapi serasa nggak punya anak. "

"Punya bonyok tapi serasa nggak punya bonyok." sahut Yogi yang langsung mematikan handphonenya. Ia tahu papa nya pasti memiliki alasan lain selain yang dikatakannya tadi.

Setelah mematikan handphonenya, Yogi langsung menoleh kebelakang hendak menghampiri wanita tadi, namun nihil wanita itu sudah pergi.

🦋🦋🦋

"Iya ada apa tuan?"

"Apa semua sudah berjalan dengan lancar?"

"Siap sudah tuan. Mobilnya menabrak pohon besar dan orangnya sudah tidak sadarkan diri karena luka dibagian dahinya. Orang itu sudah dilarikan ke Permata Hospital."

YOGITA Onde histórias criam vida. Descubra agora