Bab 4

97 13 2
                                    

---

Namun, itu hanya sementara. Indra tiba-tiba bangun dari tidurnya dan duduk di kasur. Entah mengapa, ia merasakan sakit di dadanya. Nafasnya menjadi tak beraturan seakan-akan oksigen di sekitarnya menghilang dalam sekejap. Air matanya mengalir begitu saja seperti bendungan yang rusak tak kuat menahan bebannya.

kenapa datang lagi
ucap dia dalam hati.

☁️

Rasa cemas dan panik yang mendalam menyerang Indra. Ia mencoba mengatur nafasnya
ia meringkuk diatas kasur menenggelamkan seluruh wajahnya, berusaha menenangkan diri.

"gapapa... gapapa... tenang..."

seolah mengatakan tersebut membuat semuanya baik baik saja

Beberapa menit berlalu, Indra bangkit dari tempat tidurnya, berjalan pelan menuju jendela kamarnya. Ia membuka jendela dan membiarkan angin malam masuk, berharap udara segar bisa sedikit membantu menenangkan pikirannya. Namun, rasa sakit di dadanya masih terasa berat.

Setelah beberapa menit berdiri di jendela, Indra memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Ia mengambil segelas air dan duduk di meja dapur, berusaha menenangkan diri. Tak lama kemudian, pintu kamar Bene terbuka. Bene keluar, awalnya dia hendak ke toilet namun matanya tertuju kepada seseorang yang berada di dapur, dia pun menghampirinya.

"nda, kau ngapain? Bangun tengah malam gini?" tanya Bene, mendekati Indra.

Indra berusaha tersenyum. "Haus aja, Ben," ucap Indra sembari menahan rasa nyeri di dadanya. Bene langsung duduk di sebelahnya.

"Kau gpp, nda? Kok kelihatannya lemes kau?" ucap Bene dengan nada khawatir.

"Enggak, Ben. Aman. Kau sendiri ngapain bangun tengah malam gini?" tanya Indra.

"Oh, itu... aku lagi ngerjain tugas yang belum selesai," jawab Bene singkat.

"Ga biasanya kau begadang, ngerjain tugas pun ga pernah malam," ucap Indra curiga.

Bene dengan wajah bingung berusaha menjelaskan, "Eh.. itu..."

"Deadline-nya besok, Ben?" Indra memotong Bene yang belum sempat menjelaskan.

"I-iyaa.. deadline-nya besok," jawab Bene spontan.

Indra mengangguk pelan.
"Kalau begitu, semangat ya, Ben. Jangan terlalu dipaksakan juga," kata Indra dengan senyum tipis.

Bene mengangguk. "Iya, aku ke toilet dulu lah ya, kau jangan begadang nda"

Indra hanya mengangguk. Setelah beberapa saat, Bene kembali dari toilet dan menuju ke kamarnya, meninggalkan Indra sendirian di dapur. Indra menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau.

Indra kembali ke kamarnya dengan langkah pelan. Ia berbaring di tempat tidurnya, mendengarkan suara malam yang tenang. Dengan hati yang masih berat, ia mencoba memejamkan mata dan berharap bisa tidur kembali.

---

Keesokan paginya, Indra terbangun dengan perasaan yang masih campur aduk. Ia turun ke dapur dan menemukan Oki dan Boris sudah duduk di meja, sarapan bersama. Bene sedang membuat kopi di sudut dapur, tampak lebih tenang dibandingkan tadi malam.

"Pagi, nda. Tidurmu nyenyak?" tanya Oki sambil tersenyum.

"Ya, lumayan," jawab Indra singkat, tidak ingin berbicara terlalu banyak tentang malam sebelumnya.

Hari itu dimulai dengan berbagai aktivitas masing-masing. Indra berusaha fokus pada kuliahnya, namun pikirannya sesekali melayang kembali ke kejadian malam itu. ia tau ada sesuatu yg mengganggu di dirinya sendiri, hal yg sudah hilang sejak beberapa tahun lalu, tiba tiba saja muncul ntah darimana dan apa penyebabnya. Meskipun saat ini indra mempunyai sahabat² saling mendukung, ada hal-hal yang tetap disimpan dalam hati. hal² yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri dan tuhan.

---

bersambung ~

4 kehidupan 1 duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang