Bab 5

94 14 0
                                    

☁️☁️☁️

Pagi itu berjalan seperti biasa. Indra, Oki, Boris, dan Bene menjalani rutinitas mereka masing-masing.

Setelah kuliah, mereka berkumpul kembali di rumah kontrakan. Oki sibuk dengan proyek pemrogramannya di ruang tamu, sementara Boris membaca buku di kamarnya. Bene sedang menonton video tutorial untuk tugas kuliahnya di laptop. Indra memutuskan untuk membersihkan rumah, mencoba mengalihkan pikirannya.

Saat sedang membersihkan kamar, Indra menemukan kotak kayu kecil yang sudah lama ia lupakan. Kotak itu berisi barang-barang kenangan dari masa lalunya: foto-foto lama, dan beberapa barang pribadi lainnya. Di antara barang-barang tersebut, ada sebuah buku catatan kecil yang tampaknya sudah usang.

Indra membuka buku catatan itu dan mulai membaca. Halaman-halaman awal berisi catatan dan pikiran dari masa² kecilnya. Indra tersenyum saat membaca beberapa tulisan konyol dan kenangan manis yang pernah ia alami. Namun, semakin ia membaca, semakin ia merasa berat. Ada catatan-catatan tentang masa-masa sulitnya, tentang rasa sakit dan kebingungan yang pernah ia rasakan. Salah satu halaman menarik perhatiannya lebih dari yang lain. Tulisannya tampak lebih gelap dan mendalam.

Entah kenapa, rasa sakit ini tidak pernah hilang. Kadang datang tiba-tiba, menyerangku tanpa ampun. Apakah aku akan terus hidup seperti ini? Haruskah aku bercerita kepada seseorang? Tapi siapa yang akan mengerti?

Indra menutup buku itu dengan cepat, merasa dadanya kembali sesak. Ia duduk di lantai kamar, berusaha menenangkan diri. Namun, suara langkah kaki mendekat dari arah lorong mengalihkan perhatiannya. Pintu kamar terbuka perlahan, dan Bene muncul di ambang pintu.

"kau gpp?" tanya Bene, suaranya penuh perhatian.

Indra mencoba tersenyum. "Aku gpp, Ben. Cuma lagi bersih-bersih aja."

Bene memperhatikan kotak kayu dan buku catatan yang terbuka di lantai. "Kau baca apa nda?"

Indra mengangguk. "oh, buku catatan aja. Cuma nostalgia bentar."

Bene duduk di sebelah Indra. "mengenang masa lalu itu seru nda... kalau masa lalunya indah"

indra sedikit terkejut mendengarnya

"Kau jangan sungkan cerita kalau ada yang mengganggu pikiranmu. Kami sahabatmu, kami peduli." ucap bene

Indra mengangguk. "iya ben iyaa"

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen kebersamaan tanpa perlu banyak bicara. Bene lalu berdiri dan mengajak Indra untuk bergabung dengan yang lain di ruang tamu.

"eh, aku datang kesini mau bilang, Boris mau ngajak kita makan malam di luar. Katanya, dia pengen traktir kita. kau mau ikut kan?" tanya Bene.

Indra mengangguk. "Ayok."

Mereka berdua kemudian bergabung dengan Oki dan Boris di ruang tamu. Boris terlihat senang saat melihat Indra dan Bene bergabung.

"Siap², tarlagi kita berangkat" kata Boris dengan semangat.

Mereka semua segera bersiap-siap dan keluar rumah bersama. Mereka menikmati makan malam dengan penuh canda dan cerita-cerita lucu, seakan-akan semua beban hilang sejenak.

Setelah makan malam, mereka berjalan pulang sambil bercanda. Indra sejenak melupakan semua beban di pikirannya. Ia bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti Boris, Oki, dan Bene yang selalu ada untuknya. walaupun kadang ngeselin..

Dengan langkah ringan, mereka semua masuk ke rumah dan memutuskan beristirahat karena sudah larut malam.

Namun, ketika malam semakin larut, Oki yang sejak tadi terus mengamati Indra dengan cermat, semakin merasa ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya. Ingatannya kembali pada kejadian semalam, saat ia mengintip dari balik pintu kamarnya setelah mendengar suara dari dapur. Ia melihat Indra dan Bene berbicara, meskipun tidak bisa mendengar jelas percakapan mereka. Ekspresi cemas dan sakit yang tampak di wajah Indra membuat Oki khawatir.

Keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan sahabatnya semakin kuat, namun ia sadar bahwa ia harus menunggu waktu yang tepat untuk bertanya.

---

bersambung ~

4 kehidupan 1 duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang