5. Kilas kenangan

63 53 25
                                    

Di kantin kantor Kepolisian Metropolitan Kinshin, terdapat 4 petugas kepolisian yang sedang makan siang, dua diantaranya tampak tak berminat pada makanannya, alis mereka  berkerut dan menelan makanan dengan paksa, sementara dua orang lainnya yang duduk bersama mereka hanya menelan makanan dengan tenang.

Petugas kepolisian lain fokus pada makanan mereka masing masing, tak berminat bertanya apapun pada keempat petugas tersebut karna diketahui keempatnya adalah petugas yang biasa mengurus kasus pembunuhan, jelas bukan hal yang aneh mereka kesulitan makanan jika dihadapkan kasus mengerikan.

Suasana meja keempat petugas itu dihiasi dengan suara alat makan yang bergesekan dan wajah muram dua petugas. Kean sudah selesai makan begitupun dengan Arsen, sementara Theo dan Ray masih makan dengan lambat karena rasa mual yang membanjiri perut mereka.

Kean berdiri sambil membawa nampan makanannya, Kean menoleh pada Arsen “Ikut ke atap? Nyebat.”

Arsen mendongak menatap Kean yang sudah berdiri, Arsen mengangguk menyetujui ajakan Kean, kemudian mengikuti gerakan Kean untuk berdiri lalu mengambil nampan makanannya sendiri.

Mereka berdua berjalan ke arah kasir dan meletakan nampan makanan merekadan membayar makannya, berjalan ke arah lorong dan menaiki tangga yang menuju atap gedung Kepolisian.

Kean duduk di bangku dan menyandar punggungnya, mengambil rokok, aroma asap rokok khas yang selalu Kean sukai, Kean menghisap rokoknya, menoleh pada Arsen yang duduk di sebelahnya, menghisap permen yang ada di mulutnya. Kesunyian tercipta antara dua manusia yang tak saling bicara.

Beberapa waktu sunyi menjadi penengah antara Kean dan Arsen hingga akhirnya Kean angkat bicara, Kean  menghembuskan nafas yang disertai dengan kepulan asap berwarna keabuan “Korban itu mantan pacar mu Sen?”

Hening, lawan bicara Kean tak menjawab. Menyadari pertanyaannya yang di abaikan Kean kembali angkat bicara “Kita ngk lagi tugas,”

Mendengar tutur kata selanjutnya dari Kean membuat Arsen menghela nafas panjang “Ya, udah putus sebelum saya ke eropa”

Mendengar jawaban Arsen, Kean terdiam hingga beberapa saat, pikirannya bertanya tanya ‘bagaimana perasaan Arsen ketika mantan kekasihnya menjadi korban pembunuhan, dan lebih parahnya lagi, tersangka utama adalah kekasih baru mantannya’

Arsen menatap langit “Ini.. tak akan mengubah apapun , bagaimanapun posisi saya saat ini adalah sebagai detektif penyidik. Bukan kekasih ataupun mantan kekasih siapapun.” Arsen menoleh pada Kean “Saya pasti akan membuktikan dan menjerat pelaku hingga ia mendapat hukuman yang setimpal”

“Sen, gak berminat menceritakan kisah kalian? Dari gerak gerik yang kamu tunjukan ... ini pertama kalinya kamu sedikit menunjukan emosi dan ekspresi baru ketika menyelidiki suatu kasus, kita sudah bekerjasama sejak sekolah menengah atas, ceritakan saja ... pasti sulit untuk menyembunyikannya” alis Kean tampak mengerut dengan sorot matanya yang memancarkan rasa khawatir

Arsen menoleh pada Kean, setelah beberapa saat Arsen kembali mengalihkan pandangannya pada arah lain, pikiran Arsen kembali mengingat kenangannya ketika pertama kali bertemu dengan Rui.

****

Arsen sedang duduk di kursinya, menatap ke luar jendela kelas yang berada tepat di sampingnya, hingga guru matematika memasuki ke kelas, ia masin memperhatikan arah luar kelasnya, seorang gadis dengan seragam sekolah tengah berlarian, rambutnya yang terbang di bawa angin ‘mempesona’ itulah kata yang tepat sebagai deskripsi.

“Arsen” guru matematika memanggil Arsen dengan suara yang nyaring, Arsen mengernyit mendengar suara sang guru, Arsen menoleh pada guru tersebut

“Ada apa buk?”  Arsen bertanya dengan sopan sambil menatap ke arah sang guru, di papan terdapat suatu soal matriks, yang pada jadwal akan dijelaskan hari ini

“Apa apaan kamu melihat ke arah luar ketika guru datang hah? Cepat maju dan selesaikan soal ini” ucap guru itu dengan marah, Arsen memang murid yang pintar tapi prilakunya selalu seperti mengabaikannya penjelasan dari guru.

Arsen bengun dari duduknya, maju ke arah papan tulis, mengerjakan soal matriks yang ada di papan, setelah 2 menit menulis pada papan tulis akhirnya Arsen selesai dengan jawaban yang benar.

Raut wajah guru matematika kelas XI-1 menampilkan wajah kesalnya “Keluar kamu dari kelas saya, berdiri di luar sana.”murid lain yang mendengarnya bergidik ngeri, padahal Arsen menjawab dengan benar namun ia tetap mendapatkan hukuman.

Arsen menghela nafas lalu keluar dari kelasnya, tepat pada saat itulah gadis yang ia lihat tadi datang bersama dengan wali kelas X-1, Arsen hanya mengabaikannya, dan gadis beserta wali kelas X-1 memasuki ruang kelas X-1 yang berada bersebrangan dengan posisi kelas XI-1, gadis itu memperkenalkan diri sebagai Rui Dianaarta, dari penjelasannya ia terlambat masuk kelas karena mengikuti lomba kepenulisan dan lomba lukis tingkat nasional

‘menarik’ kesan yang tertanam dalam benak Arsen untuk gadis bernama Rui itu, gadis cantik dengan presentasi bidang seni dan sastra.

Seiringan berjalannya waktu, skill gadis itu ternyata juga bagus dalam public speaking, Arsen mengetahui hal ini ketika gadis bernama Rui tersebut ikut dalam pencalonan ketua osis dan melakukan pidato di depan siswa siswi lainnya, Hingga tiba pada pembagian rangking paralel untuk masing masing angkatan dan seperti semester lalu Arsen mendapatkan peringkat pertama.

Rui dan Arsen menjadi dekat kala Rui terus bertanya pada Arsen soal pelajaran, setelah  mereka saling mengenal saat tak sengaja mengambil buku yang sama di perpustakaan. Setelahnya menghabiskan waktu bersama di perpustakaan, ataupun makan bersama di kantin sekolah. Adalah hal yang wajar untuk mereka.

‘Pasangan serasi’ adalah sebutan mereka yang diberikan oleh siswa siswi yang mengetahui kedekatan mereka.

Seperti dugaan siswa siswi lainnya, mereka benar benar menjadi pasangan. Couple goals sekolah mereka.

Kala menjalani hubungan dengan Rui, kata bahagia tak cukup menggambarkan perasaan Arsen, namun kata gelisah malah menjadi nama tengahnya, dan mengganggu Arsen ketika melakukan suatu penyelidikan.

****

Arsen menoleh pada Kean, tawanya pecah, senyum tipis terpatri di wajahnya “Kenangan hanya perlu di kenang tanpa di ulang, itu hanya kenangan lama, tak ada rasa sakit” Arsen beranjak untuk berdiri, ia kembali menoleh pada Kean “Jangan libatkan perasaan apapun ketika melakukan penyelidikan, profesional adalah yang terpenting”

Kean terdiam, Entah apa yang harus ia katakan, tawa dan senyum yang terlihat dari wajah Arsen jelas itu bukanlah disebabkan oleh rasa bahagia. Ekspresi bingung terlihat jelas pada wajah kean.

Arsen menghela nafas, ia menoleh ke arah jam tangannya “Jam istirahat telah selesai, mari kita lanjutkan dengan menyimak penjelasan petugas forensik mengenai kondisi mayat korban” Arsen berjalan menuju tangga untuk turun dari atap, meninggalkan Kean yang masih dalam keadaan bingung.

Kalo suka jangan lupa vote ya reders <3

Renjana Tiada TaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang