14

7.1K 172 0
                                    

Berjam-jam Aluna hanya berbaring di kasur tanpa bisa memejamkan matanya tidur, entah kenapa Aluna terus mencemaskan Victor yang lehernya tersayat. Aluna melihat jam dinding yang menunjukan pukul 1 malam, dia memiringkan badannya mencari posisi nyaman tapi tetap saja perasaannya semakin resah.

Aluna beranjak dari kasur, lalu keluar dari kamarnya dan melangkah ke kamar Victor.

Aluna ragu untuk mengetuk pintu kamar itu, tapi jika tak tahu bagaimana kabar laki-laki itu Aluna tak akan bisa tidur dan khawatir.

Aluna mengetuk pintu, namun tak ada jawaban atau tanda-tanda pintu akan dibuka dari dalam, ia memberanikan diri membuka pintu kamar Victor, beruntungnya pintu kamar itu tidak dikunci.

Aluna melihat Victor yang tidur di ranjang king sizenya, ia mendekat ingin melihat laki-laki itu lebih jelas.

Lehernya terbalut kapas dan plester, Aluna lega setidaknya luka Victor sudah diobati.

"Maaf," gumam Aluna.

"Kamu mengkhawatirkanku?" ucap Victor sambil membuka matanya.

"Vi-victor..."

Victor menarik Aluna hingga Aluna menindih tubuhnya, Victor menahan pinggang Aluna agar tak melarikan diri.

"Lepas Victor!"

"Susah sekali untuk sekedar memelukmu saja Aluna, padahal aku merindukanmu." Victor menyentuh punggung Aluna, dan mendekapnya erat.

Jantung Aluna berdegup kencang dan ia juga dapat merasakan debaran yang sama pada dada Victor yang menempel dengannya.

"Lehermu sakit?" tanya Aluna pelan.

"Tidak apa-apa jangan khawatir, kata Dokter lukanya tidak dalam, akan sembuh dalam beberapa hari."

"Maaf Victor."

"Sttt jangan merasa bersalah begitu sayang, aku akan lebih sedih kalau kamu yang terluka Aluna, begini lebih baik."

"Victor..."

"Hm?"

"Apa papaku masuk penjara?" tanya Aluna.

"Ya, dia tidak akan mudah keluar dari kasusnya."

"Lalu bagaimana dengan si pembunuh anak kita?" tanya Aluna yang enggan menyebut nama Raisa.

"Dia juga dapat masalah besar, beberapa partner s exnya ada pejabat yang memiliki istri terpandang di negara kita, istrinya tidak akan membiarkan Raisa begitu saja."

"Lalu, kamu tahu sendiri bagaimana kejamnya pengguna sosial media pada seseorang yang melakukan hal gila sepeti Raisa."

"Syukurlah, mereka pantas mendapatkan itu."

"Dan mamamu juga mungkin akan terseret kasusnya, bagaimana Aluna? tidak apa-apa jika begitu?"

"Tidak apa-apa," balas Aluna, ia mengingat bagaimana mamanya hanya diam saja berdiri sambil menonton dirinya yang sekarat berlumuran darah bersama Raisa.

"Aluna aku mencintaimu, jangan menghindariku lagi kumohon."

Aluna bangun dari posisinya, ia duduk di atas perut Victor. "Aku mau membenci kamu selamanya, tapi sepertinya tidak bisa Victor."

"Kamu benar, aku juga memang mencintai kamu."

Aluna menundukkan kepalanya, ia menempelkan bibirnya pada bibir Victor kemudian Victor menghisap bibir Aluna dan melumatnya lembut.

Aluna mengangkat kembali kepalanya setelah ciuman selesai, tapi bukan berarti semuanya selesai, Aluna memundurkan pan, tatnya ke belakang hingga menduduki kjan, tanan Victor.

Revenge (Victor)Where stories live. Discover now