🍰 me, myself, and i

202 53 1
                                    

.

Akibat dari peristiwa hari itu, Rose kini lebih pendiam dan semakin menutup diri dari semua orang. Mami sudah pulang setelah beberapa hari pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis. Dan tentu saja perubahan sikap Rose membuat wanita itu merasa ada yang tidak beres.

"Itu si Jeff kenapa gak pernah main ke sini lagi?" tanya Mami saat sarapan.

"Bosen kali."

"Buset you jangan begitu dong ama pacar sendiri." Mami mencibir, "Entar mau gak anter mami shoping?"

"Aku hari ini mau di rumah aja."

"Hmmm yaudah mami ajak si Jeffry aja kalo gitu," gumam mami dengan kerlingan jahil.

"Apasih sok akrab banget manggil Jeffry," ketus Rose. Setelah menghabiskan sarapannya, Rose langsung pergi meninggalkan ruang makan.

"Kamu kenapa sih, Roseanne?"

Saat itu Rose betul-betul tidak menyangka akan mendengar kalimat tersebut dari maminya sendiri. Well, bukan berarti mami tidak pernah peduli pada Rose. Hanya saja wanita itu punya caranya sendiri untuk menunjukkan rasa sayangnya pada Rose.

"Gak apa-apa."

"Jangan bohong. Eh, Roseanne, you tuh kalo ada masalah cerita gitu ke mami jangan diem-diem aja," kata mami. "Kenapa sih, si Jeffry bikin masalah? Atau jangan-jangan you berdua udah putus ya?"

Rose langsung berbalik saat itu juga, lalu memamerkan senyum palsunya pada mami seolah semuanya baik-baik saja. "I'm totally fine, mam. Sekarang aku mau ke kamar dan jangan pernah tiba-tiba masuk kamar aku lagi tanpa ngetuk pintu."

"Etdah, kenape sih?"

"ITU PRIVASI, MAM," teriak Rose sudah betul-betul jengkel. "AND I'M NOT FIVE ANYMORE, OKAY?????"

"Buset dah, sensi bener nih anak perawan," celetuk mami disertai gelak tawa.

Rose tidak lagi mempedulikan maminya itu sebelum ia benar-benar emosi. Tanpa bicara lagi Rose langsung pergi ke kamarnya. Ini adalah hari Minggu. Dan Rose tidak punya rencana apa-apa selain mengurung diri di dalam kamar tanpa berinteraksi dengan siapapun.

Namun baru beberapa menit saja Rose sudah jenuh. Biasanya ia akan mulai memanggang kue, namun untuk kali pertama dalam hidupnya Rose sedang tidak ingin melakukan hal tersebut.

Tidak mungkin juga Rose menghubungi teman-temannya ketika mereka semua mungkin sampai saat ini masih marah setelah mengetahui kebenaran tentang dirinya dan Jeff.

Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu, "Mami mau shopping sama Tante Helen. You kalo mau keluar call pak Amir aja jangan bawa mobil sendiri ntar kalo ditilang mami yang repot."

Rose menggerak-gerakkan bibirnya.

"DENGER GAK?!"

"IYAAA."

Rose masih tidur telentang di atas kasur selepas tak ada lagi suara mami. Sebenarnya ia ingin sekali ikut, namun entah kenapa rasanya akan sangat menakutkan apabila tiba-tiba tak sengaja bertemu teman-teman sekolahnya. Semua kekacauan ini benar-benar membuatnya gila.

Tetapi tiba-tiba saja Rose terpikirkan sesuatu. Gadis itu terbangun dari posisi tidurnya.

"Actually..."


***



Me time mungkin ide yang bagus. Rose bisa pergi kemanapun sendiri, melakukan apapun yang ia mau dan menghabiskan kartu kredit mami untuk membeli barang-barang tidak berguna. Dan mungkin ini adalah langkah awal bagi Rose untuk menjalani hidup sebagai anak remaja.

Rasanya seperti Cher Horowitz.

Rose keluar dari pusat perbelanjaan dengan beberapa paper bag bertuliskan brand-brand ternama di kedua tangannya. Wajahnya berseri-seri. Rose membuang napas lega, rasanya tidak ingin semua ini cepat berakhir.

Ia membenarkan kacamata hitamnya sebelum kembali melanjutkan langkah. Namun kemudian tatapannya berhenti pada seorang wanita paruh baya yang tengah kesusahan dengan barang belanjaannya. Merasa kasihan, Rose langsung menghampirinya.

"Permisi, Tante. Saya bantu bawa barang-barangnya, ya?" tawar Rose dengan ramah.

Wanita itu tersenyum. Terlihat lebih tua beberapa tahun dari mami. "Terima kasih, cantik."

Setelah selesai memindahkan barang-barang yang tak sedikit itu, Rose langsung pamit untuk kembali melanjutkan kegiatan me time-nya.

Ketika Rose sudah berjalan menjauh, wanita itu terdengar tengah menelpon seseorang, "Tolong jemput bunda di tempat biasa ya, Jeff."


**



Rose memutuskan mampir ke sebuah kedai kopi untuk menjernihkan pikirannya. Lalu rencana setelahnya adalah pergi ke toko buku. Dan baru selepas itu ia meminta pak Amir untuk menjemputnya.

Rose memasuki tempat itu yang cukup ramai diisi beberapa orang yang kebanyakan anak-anak remaja seumurannya. Ia kemudian memesan lalu mengambil pesanannya setelah beberapa menit menunggu.

Dan di sinilah Rose, duduk seorang diri di kursi dekat jendela dengan beberapa belanjaan di sebelahnya.

Lalu tiba-tiba saja...

"Roseanne?"

Tunggu sebentar, ini hanya imajinasi Rose saja atau Jaden Khai memang betul-betul ada di hadapannya?



.....



SORI INI PANJANG BGT JADI AKU POTONG DUA PART

(sebenarnye gk panjang bgt emg gw aja yg lebay)

sweet rosieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang