Chapter 1

877 63 3
                                    

"Kepergian orang yang berarti bagi kita sungguh menyakitkan, lebih sakit daripada aku dipukuli"


ִֶָ 𓂃˖˳·˖ ִֶָ ⋆★⋆ ִֶָ˖·˳˖𓂃 ִֶָ


Kurasakan ada kilauan cahaya yang masuk kedalam kamar ku, ah, apa Ibu yang membuka jendelanya. "Chan Young, bangun nak, kau tidak ingin terlambat bukan, untuk semester baru ini". Benar ternyata itu Ibu yang sudah ada di kamarku.

Aku membuka mata, dan yang pertama ku lihat adalah senyum Ibu. Hatiku terasa lebih tenang untuk bangun dan bangkit dari tempat tidur. "Iya, Bu, Aku sudah bangun".
Setidaknya untuk pagi dan detik ini aku bangun dengan perasaan yang tidak ketakutan, aku ingin selalu seperti ini saja rasanya.

"Palli, kamu mandi dan bersiap siap. Ibu ingin memasak sarapan dahulu". Ibu telah keluar dari kamar, ini saatnya aku untuk mandi dan bersiap siap.

Aku keluar kamar dengan pakaian yang sudah lengkap dengan tas ransel yang sudah bawa. "Wah masakan Ibu terlihat lezat, aku jadi ingin memakan semuanya". Ibu tersenyum dan mulai mengambil nasi serta lauk pauk yang kemudian diletakkan di depan aku. "Terimakasih, eomma". Aku segera melahap semua makanan hingga tidak tersisa.

"Chan Young, Ibu ingin membicarakan sesuatu, mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhir kita nak, karna Ibu akan pergi untuk tinggal bersama keluarga baru Ibu di Jepang, maafkan Ibu nak, Ibu tidak bisa membawamu karna suami Ibu tidak mengizinkan" Nafasku terasa tercekat mendengar penjelasan itu, aku kira hal ini akan menjadi awal yang baik tapi ternyata takdir berkata lain.

Apakah setidak diinginkannya kah aku? Aku baru saja bahagia, aku baru saja tersenyum dan merasa tenang karna ada Ibu. Tapi ternyata malah menjadi perpisahan bagi diriku dan Ibuku. Tapi tidak apa Chan Young, kau anak lelaki yang kuat. Lagipula itu sudah menjadi pilihan Ibumu bukan? Biarlah dia dengan keluarga barunya agar bahagia, aku bisa mencari kebahagiaan lain., mungkin...

Ku peluk tubuh yang lebih kecil daripada aku. "Tidak apa apa eomma, Chan Young tak masalah kalau eomma akan ke Jepang dan mulai hidup baru di sana, Chan Young akan selalu mendoakan eomma yang terbaik di sana". Ku lepas pelukannya dan aku menghapus air matanya dengan tanganku.

"Kapan eomma akan berangkat ke Jepang?" tanyaku sambil tersenyum "Hari ini Young-i, setelah kau berangkat sekolah eomma baru akan pergi ke Jepang, pesan eomma jaga kesehatan selalu, jangan terlalu banyak makan makanan yang instan, istirahatlah saat kau lelah, belajar yang tekun dan gapai lah cita citamu, nak".

Aku langsung memeluk Ibuku kembali dan menangis di pelukannya, rasanya aku ingin egois dengan menyuruh Ibu untuk tidak pergi dariku tapi aku juga tidak bisa melihat Ibu yang harus selalu ada di sisiku karna dia sudah memiliki keluarga baru yang lebih penting dariku.

"Eomma sepertinya aku harus segera ke sekolah, eomma hati hati di jalan dan selalu ingat Young-i ya, saranghamnida eomma". Ibu membalas dengan senyuman yang sangat amat tulus dan Ibu juga mengecup kening ku untuk terakhir kalinya.

Setelah perpisahan itu, aku segera bergegas menuju sekolah. Untung saja sekolah ku tidak jauh dari rumah jadi aku hanya perlu berjalan kaki saja kesana. Di sepanjang perjalanan tiba tiba hatiku menjadi tidak tenang, jangan bilang ketakutan ku kembali. Aku mulai takut untuk memasuki sekolah, aku takut bertemu dengan mereka yang akan melakukan perundungan kembali, aku mulai ragu dan berhenti di trotoar. Apakah aku harus lanjut? Atau aku tidak masuk saja?.

INFATUATION Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ