Episode 13

142 12 3
                                    

AUTHOR POINT OF VIEW

“ANJING LO!”

Siang ini di warung tongkrongan anak Proklamasi sedang ricuh akibat perkelahian antar teman. Walaupun ini bukan yang pertama kalinya, tetapi ini yang terparah. Tiba-tiba saja seseorang yang biasa di bilang paling santai jika berkelahi tetapi nyatanya sekarang malah berbanding terbalik.

“WOI UDAH WOI!”

“TAHAN DIA ASU!”

Adit tidak bisa membiarkan anak-anak Proklamasi menahan tubuhnya untuk tidak memukul wajah Nugroho. Adit sudah kesetanan dengan nafsunya, karena tempat semakin ramai alhasil perkelahian antara Adit dan Nugroho berhenti juga.

Tadi siang Adit tiba-tiba saja datang ke warung dan langsung menonjok wajah Nugroho sehingga menimbulkan keheranan dari anak-anak disana.

“Lo kenapa plek? Main pukul-pukul gitu.” Tanya Reza yang tadi merelai perkelahian mereka.

Tetapi Adit masih diam saja, dia enggan menjawab pertanyaan dari teman-temanya. Kenapa Adit tiba-tiba nonjok Nugroho karena Adit baru tau kalau nasi padang yang kemarin malam Yuda makan itu adalah pemberian dari Nugroho. Setelah Adit tau dari Viki, dia langsung mencari Nugroho.

Sebenarnya Adit akan bertingkah biasa saja kalau Nugroho tidak ada maksud dari pemberian itu. Sayangnya, Nugroho sedang mendekati Yuda. Adit tidak tau jika saja Viki tidak memberitahu, syukurnya Viki mengabarinya.

“KALAU ADA MASALAH NGOMONG ASU!” Teriak Nugroho yang masih di tahan sama Ogi dan Wahyu.

Bukan hanya Adit saja yang marah, tapi Nugroho juga begitu mendapat perlakuan mengejutkan dari Adit. Padahal mereka terbilang jarang bermusuhan. “Cuih!” Adit meludah tepat di depan sepatu Nugroho. “Munafik lo!”

“Ini ada apa woi? Pada ngegas kayak gini” lanjut Ogi yang masih merelai mereka. Tetapi baik Adit maupun Nugroho tetap diam tanpa menjawab pertanyaan teman-temanya.

Sore ini di rumah Adit hanya ada dua manusia. Si pemilik rumah dan juga Viki, beberapa hari ini Adit sering mengantar jemput Viki bahkan mereka sering tidur bersama. Iya setelah pergumulan panas mereka waktu itu sekarang mereka menjadi dekat tanpa sepengetahuan Yuda.

Adit tidak membalas perasaan Viki, hanya saja Adit selalu memanjakan Viki.
“Minum dulu.” Viki menaruh minuman di depan Adit. Karena Viki tau Adit tadi berkelahi dengan Nugroho.

“Anjing emang tuh babon, udah tau Yuda punya gue mau diembat juga.” Kesalnya.

Viki hanya diam, dia tidak tau mau merespon apa. Tanganya hanya mengelus-elus lengan kekar milik Adit supaya dia tidak meledak emosinya.

Adit yang merasa lenganya disentuh oleh Viki, dia menolehkan kepalanya ke arah Viki. Tiba-tiba Adit menerjang leher jenjang milik Viki. Menghisapnya hingga terlihat warna kemerahan.

“Ahh!” Satu desahan lolos dari mulut Viki membuat Adit semakin bergairah.

Ini sudah sering mereka lakukan bersama, hanya sebuah nafsu belaka terkecuali Viki. Dia menyembunyikan ini semua dari Yuda, karena ia pikir Adit sudah mulai menerimanya.

“Gue perlu lo malem ini.” Ucap Adit seraya membuka baju dan menerjang kembali tubuh Viki.

Dilain tempat Yuda baru selesai mengerjakan tugas kelompok. Karena sudah larut malam ia segera pulang. menunggu bis datang, Yuda mengusir kebosananya dengan mendengarkan musik dari hp. Malam ini benar-benar sepi, di halte ini hanya ada Yuda seorang membuat hawa menyeramkan di sekitarnya.

Suara motor ninja mengalihkan penglihatan Yuda. Motor tersebut berhenti di depanya kemudian turun dari motornya tanpa membuka helm sama sekali. Membuat Yuda merasa ketakutan jika saja orang itu adalah penculik.

“Masih nunggu bis?” tanya orang tersebut.

Dengan sedikit takut Yuda menjawabnya “I-iya.”

“Nggak usah takut, gue bukan penculik” Yuda sedikit mengenali suara tersebut.

“Nugroho?”

“Sukur kalo lo tau.”

Yuda menginjak kaki Nugroho yang masih dalam sepatu kazoot. Membuatnya meringis kesakitan walaupun Yuda tidak tau dari wajahnya tetapi dia tau dari suaranya.

“Kamu bikin aku jantungan kirain orang jahat.”

Nugroho terkekeh mendengarnya “Mau pulang kan? Gue anter yok.”

Awalnya Yuda tidak mau karena takut merepotkan, tapi mengingat situasinya yang sepi membuatnya harus mengiyakan tawaran Nugroho.

Sejenak Yuda melihat kedua mata Nugroho dari luar helm fullfacenya, mata sebelah kiri sedikit membengkak tapi Yuda tidak berani untuk menanyakan hal itu.

Motor Nugroho sudah melaju di jalanan, mengantar Yuda pulang ke rumahnya. Tiba-tiba saja motornya berhenti di tepi jalan raya yang penuh dengan pedagang kaki lima yang menjual berbagai makanan. Nugroho memakirkan motornya di tepi jalan.

“Lo suka martabak nggak?” tanyanya.

“Suka.”

“Manis apa asin?”

“Manis.” Padahal Yuda suka semua jenis martabak tetapi malam ini dia sedang ingin makan yang manis-manis.

“Yodah tunggu sebentar.”

Nugroho mendekati gerobak yang menjual martabak tanpa melepas helm sama sekali. Yuda heran denganya yang sedari tadi bahkan nggak melepas helm. Kemudian Nugroho kembali menghampiri Yuda.

“Nih pegang.” Nugroho memberikan dua plastik yang berisi tiga kotak martabak. Yang satu berisi martabak asin dan yang satunya berisi dua kotak martabak manis.

Mereka kembali menaiki motor, tidak lama kemudian sampailah di depan rumah Yuda. Yudapun segera turun, begitupun dengan Nugroho.

Yuda memberikan martabak tadi kepadanya. Tetapi Nugroho hanya mengambil plastik yang berisi martabak asin. “Yang itu buat lo sama orangtua lo.”

“Beneran?” Nugroho mengangguk. Seutas senyum dari Yuda membuat Nugroho juga ikut tersenyum di balik helm fullface miliknya. “Makasih ya.”

“Sama-sama, yaudah gue pulang dulu.” Belum sempat Nugroho menaiki motornya, tangan Yuda menahan lenganya.

“Bentar dulu” Nugroho kembali menghadap Yuda. “Kamu kenapa nggak buka helm dari tadi.”

“Lagi males aja” Yuda tau jika Nugroho bohong karena dia menggaruk tengkuknya.

“Berantem ya? Itu mata kamu bengkak gitu, aku obatin dulu.” Paksa Yuda walaupun tidak menunjukan secara kasar.

Nugroho mengikuti Yuda memasuki rumahnya, karena Yuda menyeret lenganya. Sampai di dalam Nugroho duduk di kursi tamu dan menunggu Yuda mengambil obat p3k.

“Buka dulu itu helmnya” Nugroho membuka helmnya. Matanya yang bengkak dan bibirnya yang robek di sudut beserta lebam di pipinya terlihat jelas sekarang. Yuda segera mengobatinya dengan telaten.

Nugroho sedikit meringis dikala Yuda mengobati bagian bibirnya. Karena wajah Yuda yang terlalu dekat dengannya membuat Nugroho sedikit salah tingkah. Dan ketika Yuda memplester bagian bibirnya karena tidak sengaja Yuda menekan membuat Nugroho meringis dan menoleh ke samping. Wajah mereka terlalu dekat, tinggal beberapa senti saja bibir mereka bisa bersentuhan.

Tiba-tiba pintu terbuka dan memperlihatkan ayah dan ibu Yuda yang sedang melihat putranya bersama laki-laki di sampinya.

“Kamu sudah pulang Yud?” tanya Ibu. Karena terkejut Yuda dan Nugroho kembali ke posisi masing-masing.

“Halo Om, tante” Nugroho menjabat tangan kedua orangtua Yuda.

“Ini Yud orang yang nitip nasi padang buat kamu?” ucap ibu Yuda membuat Yuda membulatkan matanya.

---

Adit, Jogja, dan Dia Season 1Where stories live. Discover now