Episode 15

121 13 2
                                    

VIKI POINT OF VIEW

Disini aku sekarang berada, di dalam rumah Adit. Awalnya aku ke rumah Adit untuk mengantarkan makan malamnya dan juga ya untuk menikmati waktu berdua dengan Adit. Tetapi saat aku lihat Yuda ada di kamar Adit, aku sedikit kecewa. Waktuku dengan Adit hilang.

Adit lebih memilih bersama Yuda daripada aku. Tentu saja, siapa aku dihidup Adit? Hanya seorang pemuas nafsunya saja yang rela setiap malam melampiaskan kepadaku. Berbeda dengan Yuda yang benar-benar seorang pacar dari Adit.

Aku terus memandangi Adit yang sedang menggoda Yuda di depan tv. Kami sedang menonton televisi sekarang, dudukku agak berjauhan dari mereka supaya tidak mengganggu waktu mereka.

“Vik, sini. Jauh banget duduknya.” Ucap Yuda. Kenapa aku menjadi tidak suka dengannya.

Aku melirik ke arah Adit, dia seperti biasa saja waktu melihatku. Mungkin dia benar-benar mencampakkanku waktu dia bersama Yuda.

Aku benci hidupku, kenapa aku selalu menjadi pihak yang terus tersakiti. Apa semenjijikan ini diriku sampai aku harus merelakan tubuhku untuk orang lain.

Karena sudah malam Adit mengantar Yuda pulang. Aku masih di rumah Adit dengan alasan aku butuh bantuan denganya. Aku menunggu hingga Adit pulang, sampai tidak sadar aku tertidur di depan televisi.

Aku terbangun saat tubuhku dipaksa bergerak, ternyata Adit sedang membawaku kekamarnya. Kemudian menidurkanku di atas kasur yang sering kami gunakan untuk berhubungan intim. Dia menyelimuti aku.

Adit hendak berjalan keluar tetapi aku mencegahnya. Aku tarik tanganya dan Adit membalikan badanya menghadapku.

“Dit, apa gue nggak bisa miliki lo kayak Yuda miliki lo?”

Adit masih diam ditempatnya. “Gue nggak tau Vik.” Ucapnya.

“Setelah apa yang sering kita lakukan, lo nggak pernah gitu sekalipun punya rasa sama gue.” Ada sedikit jeda sebelum aku melanjutkanya “Gue yang salah, gue salah menyukai orang yang udah dimiliki orang lain dan bodohnya gue terlalu cinta.” Aku mulai menangis dihadapanya.

Aku melepaskan tanganya. Aku mengusap air mataku yang mengalir “Padahal gue sering punya waktu buat lo, merhatiin lo tapi emang gue yang bodoh. Gue buta akan cinta.”

Tiba-tiba Adit memelukku, membuat aku mendekap di pelukanya. Baju yang dikenakan Adit basah oleh air mataku. “Gue nggak bisa lepasin Yuda.”

Aku semakin menangis di pelukanya, aku mengeratkan pelukanku pada tubuh Adit. “Tapi gue nggak bisa menolak lo.” Adit mengusap rambutku. “Lo akhir-akhir ini selalu di samping gue buat gue jadi nggak bisa lepas dari lo.”

Aku melepaskan pelukanya. Aku tatap wajahnya yang begitu tampan malam ini. “Dit, jadiin gue yang kedua.”

Sedikit hening setelahnya, perlahan Adit mengangguk. Aku membulatkan mataku, apa barusan dia menerimaku. Aku kembali memeluk dirinya “Makasih Dit.”

“Nggak gratis tapi.” Aku mengerutkan keningku.

Tiba-tiba Adit melucuti bajuku. Dihisapnya dada rata miliku, aku mendesah senang untuk malam ini. Aku akan memuaskan Adit untuk malam panjang ini bahkan jika semalam suntukpun aku siap.

“Lo sekarang milik gue.” Dihisapnya lagi putingku membuatku mendesah panjang. Akhirnya malam ini kami mengawali hubungan ini dengan pergumulan panas yang sangat panas.

Pagi hari yang cerah aku terbangun terlebih dahulu. Aku melihat wajah Adit yang masih tertidur di depanku sambil memeluk pinggangku. Aku sedang menikmati ciptaan Tuhan yang begitu apiknya ini. Aku kecup bibir Adit dan tidak lama dia terbangun.

“Morning Dit.” Sapaku.

“Morning Hoam..” Adit mengerjapkan matanya kemudian terbangun dan tersenyum tepat didepanku.

Satu kecupan aku dapatkan di pipi kananku, satu lagi di pipi kiri ku dan juga dahiku, tidak terlewat ciumanya berakhir di bibirku.

Aku sedikit malu, seperti dunia ini hanya miliku. Aku enggan sekali untuk bangun, aku ingin seperti ini terus bersama Adit.

“Mandi duluan sana, nanti gue anter sekolah.”

Bukanya aku langsung berdiri, malahan aku menutup kepalaku dengan selimut. “Gue nggak mau sekolah.”

Adit heran dengan ucapanu “Mau bolos?” Aku membuka selimut dan mengangguk ke arah Adit.

“Iya, aku mau disini sama lo seharian.”

“Yaudah gue juga bolos.” Adit kembali ke dalam selimutnya. Tanganya meraba pahaku dan berakhir di pantatku. “Morning sex?”

Aku bangun dan menaiki badan Adit. Karena kami memang sudah telanjang dari tadi malam sehingga membuat kami langsung berciuman panas di pagi hari.

Bisa aku rasakan kejantanan Adit yang sudah menegak menggesek pantatku. Benda itu sudah sering masuk ketubuhku, tetapi aku masih saja candu. Aku goyangkan pantatku untuk menggodanya. Aku sengaja bermain lebih bergairah pagi ini. Karena aku ingin hari ini kami membuat momen spesial.

“Vik.. ahh lo emang sexy.” Desah Adit.

“Eumm.. Hmphh.” Aku mulai melumat kejantanan Adit di bawah sehingga posisi aku sekarang dibawah dengan menggenggam kejantanan Adit. Sedangkan Adit menahan kepalaku.

Gerakan pinggul Adit yang naik turun membuatku berhenti sejenak. Dia sedang menikmati mulutku, aku begitu kuwalahan dengan kejantananya yang begitu besar tertanam di dalam mulutku.

“Akhh…“ setelah aksi Adit berhenti lantas aku langsung naik ke tubuhnya dan memasukan kejantananya ke lubangku.

“Akkhh… Anjing! Akhh.. Nikmat.” Desah Adit yang bahkan membuatku tambah menggoda.

Dia menggoyangkan pinggulnya dengan cepat seperti membabi buta aku pagi ini. Begitu banyak posisi yang kami lakukan tetapi tepap saja Adit belum juga mengeluarkan cairanya.

Dan sekarang posisiku yang setengah berdiri di dinding dan Adit dibelakang sehingga aku memunggunginya. Dia menariku kepelukanya, dia masih dengan menggerakkan kejantananya masuk ke lubangku. Adit memilih kedua dadaku membuatku mendesah.

Wajahku ditolehkan ke kanan sehingga dia bisa menggapai lidahku dengan lidahnya. Aku suka gaya ini, tiba-tiba saja gerakanya semakin bertambah cepat dan “Akhhhhhhh..”

Adit menyemprotkan cairanya di dalam pantatku, rasanya hangat, bahkan beberapa cairanya ada yang keluar saking banyaknya. Aku jatuh ke kasurnya, dia masih menindihku.

“I LOVE YOU dit”

---

Adit, Jogja, dan Dia Season 1Where stories live. Discover now