C H A P T E R I V

756 104 54
                                    

Kalla, loe tahu kan apa yang dilakuin cewek sama cowok berdua kalau di hotel.

Tentu aja bukan main monopoli. Ha ha.

Gue melirik Mas Khai yang menatap setiap langkah gue dengan sorot matanya yang tajam.

Gue takut tapi gue juga penasaran. Perasaan menyenakan saat gue bercumbu sama Mas Khai tadi belom pernah gue rasakan seumur hidup gue. Perasaan itu membuat gue ingin melakukan hal yang lebih nikmat lagi, lebih kotor lagi, dan sangat salah sama Mas Khai.

Gue naik keranjang, mendekat ke arah Mas Khai yang disambut dengam rengkuhan tangan besarnya.

Naik ke atas paha Mas Khai, gue duduk di atasnya.

“Kita terusin yang terunda,” Mas Khai menghusap bibir gue dengan ibu jarinya. Mata hitamnya menatap gue dalam, sampai gue bisa lihat pantulan diri gue sendiri di matanya.

“Kamu tahu seberapa gila aku pengen nidurin kamu,” suara serak Mas Khai dibarengi dengan mulutnya yang mulai mengecupi leher gue.

Kata-katanya yang sangat menghina, tapi sekaligus bikin gue terbakar. Gue gak tahu sejak kapan Mas Khai tertarik secara sexual sama. Gue pikir selama ini dia mandang gue cuma adik kecil kaya Geeta.

Menarik kaos gue ke atas, Mas Khai langsung disambut dengan payudara telanjang gue.

Secara reflek gue langsung menutupi payudara gue dengan tangan. Gue belom pernah seterbuka ini di depan cowok. Tentu aja gue malu.

“Kenapa?” Mas Khai mengecup bibir gue sebelum melumatnya. Membujuk lidah gue buat bergabung dalam ciuman penuh nabsunya.

Ketika gue larut dalam kecupan, dan lumatan Mas Khai, mulutnya mulai turun ke leher gue lagi. Mas Khai membuat banyak gigitan di sana yang gue yakin bakal meninggalkan bekas besok.

Mengenggam tangan gue yang menutupi dada. Mas Khai mengarahkan kedua tangan gue ke lehernya. Dan saat payudara gue terekspos Mas Khai langsung menghisap puting gue.

“Maasssss,” lenguhan serak langsung keluar dari mulut gue. 

Kedua telapak besar Mas Khai meremas tetek gue. Memebuat sekujur tubuh gue langsung menegang hebat dan tanpa gue sadari gue udah berbaring di ranjang dengan Mas Khai di atas gue. Menghisap putting susu gue kiri dan kanan dengan lapar.

Gue mengeliat, merasakan sapuan lidah Mas Khai lingkari putting gue yang mencuat tegang dan keras sebelum mengulumnya lagi dan menghidap kuat-kuat. Efek permainan dari hisapan Mas Khai langsung membuat daerah diantara kedua paha gue berdenyut.

“Enghhh Mass,” gue mendesah tanpa henti. Meremas rambut Mas Khai setiap dia mengigit kecil puting gue, rasanya sakit tapi enak.

Tangan Mas Khai bergerak ke bawah menghusap perut gue. Semakin ke bawah masuk ke dalam training shorts gue untuk masuk lebih ke dalam menembus panty gue. Ketika Mas Khai menemukan tempat yang tepat di sana, gue langsung mengeliat dibawah tindihannya.

“Mas-“ Nafas gue tercekat dan pinggang gue bergerak gak karuan. 

Mas Khai menyeringai kecil menggosokkan jarinya di sana. Gue mengigit bibir bawah gue merasakan gejolak nikmat di perut gue di bawah tatapan penuh nabsu Mas Khai, “Enak Kall?”

Gue menggeliat, gak mampu menjawab pertanyaan Mas Khai. Mas Khai melepaskan hisapannya di puting gue, menatap gue naik turun sebelum bertemu dengan mata gue.

Tanganya yang lain membelai pipi gue, gue yakin pipi gue sekarang udah blushing parah.

“Kall, aku mau bercinta sama kamu?” Entah itu permintaan atau hanya sekedar pernyataan. Gue gak tahu, karena gue gak punya pilihan lain selain menggangguk pasrah.

SUDDEN BOUNDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang