BAB XXVIII

3.6K 380 26
                                    

Tin tin

"Suara klakson mobil Paul tuh pasti." ucap Rony memutar bola matanya malas. Kini jam menunjukkan pukul 19.15 WIB.

"Yahh belum jadi ceritanya." ucap Salma sembari memanyunkan bibirnya.

Cup

Rony menjatuhkan bibirnya tepat diatas bibir Salma. Dingin. Itu yang mereka berdua rasakan.

"Kamu jangan gitu Sal, aku gemes kalo liat kamu begitu." ucap Rony setelah melayangkan sebuah kecupan lembut dibibir Salma.

Bukannya menurut, Salma justru meledek Rony dengan memanyunkan bibirnya serta menggelengkan kepalanya perlahan. Membuat siapa saja gemas menyaksikan itu.

"Nantang ya?" ucap Rony sembari tersenyum.

Rony kemudian menarik pinggang ramping Salma agar lebih mendekat kearahnya. Kemudian dengan gerakan cepat Rony membawa kepala Salma kearahnya dan menjatuhkan sebuah kecupan dibibir Salma. Rony merasakan desir aneh setiap kali melakukan itu, rasa yang benar-benar belum pernah Rony rasakan sebelum bertemu dengan Salma. Desiran aneh itu selalu mendorong Rony untuk lebih dekat lagi dengan Salma, rasanya wanita didepannya ini benar-benar hanya miliknya, tidak ada satupun orang yang bisa merebut dia dari dekapannya. Kalau sampai ada yang ingin merebutnya, bisa dipastikan orang itu akan berhadapan dengan Rony.

Rony melepaskan bibirnya dan menatap lekat netra hitam Salma. Kini jantungnya benar-benar berdegup dengan kencang, rasanya ada sesuatu yang ingin keluar dari tubuhnya. Salma benar-benar cantik dimata Rony, sebenarnya sejak pertama kali mereka bertemu Rony sudah terpana dengan wajah Salma. Hanya sebatas itu, tidak lebih, namun, kini wajah teduh itu benar-benar selalu ada dipikirannya, tidak pernah sedikitpun ia berniat menyakiti wanita didepannya ini.

Begitu juga dengan Salma, seluruh badannya terasa sangat gerah bersamaan dengan jantungnya yang berdegup begitu kencang. Padahal ruangan ini ada ac nya, tapi kenapa terasa panas sekali detik ini? Wajah sempurna didepannya ini benar-benar terasa tidak sepenuhnya nyata untuk Salma. Wajah laki-laki yang diinginkan sejak dahulu, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikiran sama dengan Salma.

Rony kemudian menarik sebuah benda pipih dari balik saku celananya dan mengetikkan sesuatu disana.

Powl Bulepotan

[Powl, lo pergi sama Nabila aja ya. Salma pengen istirahat, jadi gue gabisa ikut]

Tanpa menunggu balasan dari ujung sana, Rony langsung melempar asal ponselnya kebawah karpet. Kemudian ia menatap lekat wajah wanita didepannya.

"Kenapa kak?" tanya Salma bingung dengan situasi kali ini.

"Jangan bikin takut deh, daritadi diem mulu." ucap Salma. Memang sedari tadi Rony melakukan semua aktivitasnya tanpa sepatah katapun. Rony tidak menjawab perkataan Salma, tapi dia terus melanjutkan aktivitasnya menatap wajah Salma.

"Kenapa kak?" ucap Salma dengan suara yang sedikit bergetar.

"Aku minta maaf kalo salah. Hiks" ucap Salma dengan isakan dibelakang kalimat. Ya, memang hati Salma saat ini sedang sangat sensitif.

"Sayang kok nangis. Jangan nangis ya." ucap Rony panik.

"Hiks hiks" tangis Salma justru pecah akibat perkataan Rony.

"Maafin aku, maaf ya, maaf." ucap Rony sembari menghapus air mata Salma dan mengusap punggungnya.

"Maaf ya sayang aku salah, aku diem aja ya tadi?" ucap Rony panik karena Salma masih saja menangis.

SERALIANWhere stories live. Discover now