~Terlahir kaya bukan berarti bisa seenaknya. Ada wibawa keluarga yang harus benar-benar dijaga~
♬♩♪♩ ♩♪♩♬Minggu ini Qaila sibuk bergelut dengan buku buku tebal di meja belajarnya. Beberapa hari terakhir ini dia tidak datang ke markas, ataupun sekedar bertemu dengan inti LN lainnya.
Dia harus sungguh-sungguh dalam kompetisi kali ini. Jangan sampai orang tuanya pulang hanya untuk membanting dirinya. Mengeluarkan kata kata yang nyelekit di hati. Qaila juga bosan dengan suara pak tua itu.
Karena bosan membolak-balikan lembaran buku, gadis itu turun ke bawah. Berniat membuat minuman, dan mengambil makanan ringan jika masih ada di lemari dapur.
"Ila, mau belajar bareng?" Tanya Karina menganggetkan orang yang dipanggil.
"Ngga, gue bisa belajar sendiri" Jawab Qaila jutek.
"Mau aku buatin cemilan?" Tawar Karina lagi, bagaimanapun dia anak seorang Asisten Rumah Tangga di sini, yang berarti Qaila juga tuan rumahnya. Yang harus dilayani.
"Kalo itu gue mau, tolong antar ke atas nanti" Setelah selesai dengan cappucino dinginnya Qaila meninggalkan dapur.
♬♩♪♩ ♩♪♩♬
Tok tok tok
Karina membawa nampan di tangannya. Ia meletakkan sepiring Chili ball di nakas. Melihat ke arah Qaila yang fokus pada soal soal di depannya.
"Yang ini ga bakal masuk... " Karina memberitahu, sambil menunjuk salah satu soal.
"Dari mana lo tau?" Tanya Qaila jutek.
Tak berniat sebenarnya dia meladeni gadis lugu ini."Coba kamu ingat ingat di kompetisi sebelum sebelumnya juga ga ada kan"
"Karena tingkat kesulitannya, itu buat peserta akan menghabiskan waktu lama untuk mengerjakannya. Jadi ga dimasukin gitu materi yang ini" Jelas gadis itu lalu melangkah pergi meninggalkan kamar anak majikannya."Ah masa, sotoy si cupu kayaknya. Mana tau yang ini banyak masuk. Dia pengen gue ga bisa jawab nih, jadi kesempatan dia unggul lebih besar" Qaila menimbang nimbang kebenaran perkataan gadis itu.
"Karin dengan Ila, ga percaya banget sih" Karina yang belum benar-benar meninggalkan lantai atas kembali menampakan wujud nya di depan kamar Qaila.
"Ih sana sana, nguping lo bocah" Qaila berlari untuk menutup kamarnya. Jijik dia lama lama melihat wajah polos gadis itu.
"Kalo ada yang kurang paham kebawah aja ya, kita belajar bareng"
Astaga!, masih di depan kamar nya kah gadis itu?, mengapa belum meninggalkan kamar Qaila juga."Gue cape kejar kejaran sama lo kar" Badan Qaila merosot ke bawah, bersandar pada pintu kamarnya.
Air mata gadis itu tiba-tiba mengalir sendiri. Dia lelah jika mati-matian belajar seperti ini. Tiap minggu selalu ada event yang harus dia ikuti. Tiap bulan ada pelajaran khusus yang harus dia pelajari, tiap tahun Olimpiade yang harus dimenangi.
Jika da seorang anak yang terlahir tidak mampu dalam faktor ekonomi, jadi harus mati-matian menaikan derajatnya. Maka dia sebagai anak yang terlahir kaya tidak boleh menurunkan wibawa keluarga.
Padahal kedua orang tuanya itu tidak pernah mengajak anak anaknya turut ikut dalam acara bisnisnya. Namun tiap ada perkumpulan sesama rekannya, pria itu harus selalu bisa memamerkan prestasi anak anaknya.
Orang akan selalu memandang keluarga mereka sebagai manusia manusia yang memang terlahir dengan otak luar biasa. Padahal dibalik itu Qaila ingin sekali menjadi orang gila. Namun sepertinya emang itu masih di batas kemampuannya. Jadi tidak terjadi yang namanya gila.
𝐕𝐨𝐭𝐞 𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐤𝐚𝐤, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐮𝐦𝐚 𝐝𝐢𝐛𝐚𝐜𝐚. 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫𝐢 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧 𝐭𝐮𝐣𝐮𝐡 𝐭𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Luka
Teen Fiction"Seenggaknya kalo ga bisa bahagia jangan ada luka. " Qaila meneguk habis air kuning di botol yang digenggam nya. Lalu melemparkan botol itu ke dinding. Beberapa detik selanjutnya terdengar suara pecahan kaca dari dalam kamarnya. "Anak kurang ajar...