PROLOG

215 16 1
                                    

PROLOG

"17 Februari 2021, di hari Rabu yang tidak beruntung."

°°°

Cukup lama gadis dengan name tag Adhira Divyanisa Pramadana itu berdiri di depan gerbang yang sudah tertutup rapat. Di hari ketiganya di SMA Bina Raya, gadis berkepang satu dengan pita merah jambu harus menerima kenyataan bahwa dirinya terlambat. SMA Bina Raya termasuk sekolah elite di kota Jakarta. Sehingga peraturannya cukup ketat. Salah satunya gerbang sudah harus ditutup jika jam menunjukkan pukul 07.15. Tidak ada toleransi, sekalipun ia hanya terlambat beberapa menit saja.

Adhira menggigit jari telunjuknya. Ia berusaha mencari cara, bagaimanapun sebagai siswi berstatus baru tiga hari, terlambat adalah masalah yang cukup besar. Image-nya sebagai siswi baik dipertaruhkan saat ini juga. Lantas kedua bola matanya mulai meneliti sekitar, mencoba mencari solusi untuk masalahnya pagi ini.

Panjang umur untuk Adam Haruno. Setidaknya gadis itu tidak sendirian, ada Adam-teman sekelasnya-yang juga ikut terlambat. Adhira melompat-lompat seraya melambaikan tangannya ke atas. Namun sayang, cowok itu terus berjalan ke arah samping sekolah tanpa menoleh. Adhira menurun kan tangannya, senyumnya seketika pudar berubah menjadi kecut. Ini bukan waktunya untuk kecewa, jadi Adhira kembali mengumpulkan semangat dan berlari menyusul Adam.

"Adam, tunggu!" panggilnya cukup besar. Adam masih terus berlari tanpa berniat menoleh ataupun menjawab. Saat tiba di depan sebuah tembok tinggi, barulah cowok bertopi itu berhenti, bukan untuk menunggu Adhira tapi melainkan melompat dan meninggalkan Adhira yang masih mematung tidak percaya.

Di seberang, suara Adam terdengar, "Ra, sorry, ya, aku kebelet boker," teriak Adam. Kemudian terdengar suara langkah kaki buru-buru. Dapat Adhira tebak, pasti cowok itu sudah pergi dari tempat.

Adhira semakin tidak terarah, ia melirik jam tangan di pergelangan tangannya. Sudah pukul 07.23, sedangkan PBM baru akan dimulai pukul 07.30 yang artinya waktu yang dimilikinya hanya sekitar tujuh menit. Namun sampai saat ini gadis berkepang satu itu belum mendapat solusi apa pun. Satu-satunya cara adalah dengan memanjat, tetapi tidak memungkinkan untuknya yang tinggi badannya hanya 160 CM memanjat seperti yang dilakukan Adam tadi.

Adhira menyeka keringat di dahinya. Walaupun berkeringat, tidak melunturkan kecantikannya sepeser pun. Kulitnya yang putih bercampur keringat membuatnya terlihat sangat bersinar. Tahi lalat di hidungnya menjadi ciri khas yang membedakan gadis itu dari perempuan lain.

Helaan napasnya terdengar sangat lelah. Semua yang terjadi hari ini adalah buah hasil dari bergadangnya tadi malam. Maraton drakor adalah kebiasaan buruknya setiap malam. Jujur sekarang ia menyesal melakukan itu, dan itu tidak ada gunanya sekarang.

Adhira merogoh saku di sisi kiri bajunya untuk mendapatkan benda pipih, ia sangat membutuhkan benda itu untuk mengabari Gea-sahabatnya-melalui chat.

Adhira: Gea

Adhira: Gue telat

Adhira: Please cari alasan, apa pun itu

Butuh waktu sekitar tiga menit untuk Gea membaca pesan yang dikirimnya. Sembari menunggu balasan dari sahabatnya, Adhira berjalan kearah lain.

Gea: Okee sayangku

Ada perasaan lega setelah membaca pesan dari Gea. Setelahnya, ponsel itu kembali disimpan di saku. Adhira kembali berjalan bertepatan dengan suara bel dibunyikan. Ia tidak bisa mengelak lagi, PBM sudah dimulai dan dia benar-benar sudah terlambat.

STAY IN 2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang