Bagian 16 - Riak Tenggelam, Nyalang Terdiam

315 68 15
                                    

🍁



Riak tenggelam, nyalang terdiam.
Malam beringsut kelam, ia tersenyum masam. Beban di pundaknya tidak kunjung redam,
sampai di tengah malam,
isaknya baru padam.



'Saya minta maaf, Little Mo. Saya harus pergi lagi. Semoga kamu selalu bahagia dengan pilihanmu.'

Lelaki itu menggeleng keras. "Jangan tinggalkan saya." Ujarnya. Kendati, sosok itu semakin jauh meninggalkannya hingga hilang dari pandangan.

Perlahan, semuanya memudar, dan tak bisa lagi  tergapai. Langkahnya terseok-seok kala mencari keberadaan sosok itu. Air matanya menetes dan kehampaan mulai menjalar di nadinya terdalam.

"Jangan tinggalkan saya."

"Moeza?"

"Jangan pergi, jangan tinggalkan saya."

"Sayang, wake up..."

Moeza terkejut dari mimpinya. Detak jantungnya memburu. Ia terbangun, menyadari pipinya yang basah, dan keringat di sekujur tubuhnya. Mimpi. Semua itu hanya mimpi. Pandangannya seketika mengarah pada sosok di sampingnya.

"Mimpinya buruk banget, ya?" Tanya Ello seraya mengusap punggung kekasihnya. "Sebentar, aku ambilkan minum buat kamu." Selekas Ello pergi, tubuh Moeza kembali merebah sembari menatap langit-langit kamarnya.

Sudah seminggu berlalu. Namun sampai hari ini, sosok itu belum kunjung mengabarinya. Apakah hanya dirinya yang berharap? Moeza ingin sekali mencari tahu tentang keberadaan sosok itu, dan alasan mengapa ia menghilang setelah apa yang mereka lakukan di Bandung.

Katakan Moeza bodoh. Karena saat ini, ia tengah bersama dengan kekasihnya. Namun, pikirannya melintang jauh entah kemana. Tak sekali dua, ia linglung memikirkan sosok itu. Dan ia tahu jelas apa yang dirasakannya sekarang.

Hampa. Perasaannya tidak merasakan apa pun. Kehampaan itu seolah merenggut akal sehatnya serta melumpuhkan hasratnya untuk sesaat. Ia benci perasaan ini. Ia tidak ingin perasaan yang dulu dirasa datang kembali. Ketika, ia menahan pedihnya sendiri, saat gagal menahan sosok itu pergi.

Bahkan, sudah beberapa hari Moeza jatuh sakit. Tanpa Ello sadari, bahwa alasan yang membuat kekasihnya sakit karena orang lain. Lelaki yang tidak pernah Ello ketahui. Karena sebelumnya, Moeza tidak pernah menjelaskan masa lalunya. Termasuk mantan kekasihnya.

Seratus persen Moeza sadar bahwa tindakannya salah. Tidak ada hubungan yang diawali dengan kerahasiaan. Lebih-lebih, menyangkut soal cinta dan perasaan. Seharusnya ia tidak berharap apa pun. Karena memang cerita mereka telah usai.

Moeza semakin merasa bersalah saat kekasihnya telah kembali dengan membawakan susu hangat. Seharusnya Moeza bersyukur memiliki pasangan seperti Ello. Seharusnya Moeza tidak melakukan kebohongan di balik kekasihnya itu. Seharusnya Moeza tidak menyembunyikan fakta bahwa Erza Erlangga adalah mantan kekasihnya.

"Babe..."

"Ya, Sayang? Ada apa?" Tanya Ello, menatap Sang Kekasih dengan perhatian. Dan, Moeza yang tidak lagi sanggup menutupi semuanya, pada akhirnya memberanikan diri.

"Aku mau jujur sama kamu."

Dan pagi itu, semua rahasia Moeza terungkap.


🍁


Bagaikan berdiri di dasar jurang. Ia berpikir untuk mengakhiri semuanya agar luka itu tersembuhkan.

Sebab, perasaan itu kembali menghantuinya bagai mimpi buruk di siang bolong. Netranya tidak dapat berbohong. Seolah berkata bahwa tubuhnya sudah sangat lelah. Karena terhitung tiga hari, ia terjaga.

#MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang