10

4K 120 0
                                    

Abigail merasa sangat takut, perutnya pun merasa mulas karena kedatangan ibu Alden yang secara tiba-tiba. Abigail mengusap perutnya, ia sangat takut hal yang terjadi di masa lalu terulang kembali, lebih baik ia pergi dari tempat ini untuk melindungi diri dan bayinya dari wanita yang pernah membuat hidupnya menderita.

Dia mendengar suara ketukan pada pintu kamar, lalu berjalan membukanya.

"Ibu..."

Abigail memundurkan langkahnya ketakutan sambil memeluk perut bulatnya. "Ma-maaf ibu, Abi akan keluar dari rumah ini sekarang juga Bu, Abigail tidak akan pernah menemui Alden lagi Bu," ucap Abigail menundukkan kepalanya.

"Abi..." Wanita paruh baya itu memegang tangan Abigail, lalu duduk dilantai.

"Saya pendosa besar Abigail, maafkan perbuatan ibu dulu nak ibu mohon... Tuhan menghukum ibu sangat berat Bi, bukan karena penyakit ibu, tapi Tuhan menghukum ibu lewat anak ibu sendiri. Abigail, hidup Alden sangat menderita, dia tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya pada orang lain, tapi ibu sering melihatnya menangis diam-diam, itu sangat menyakitkan untuk seorang ibu."

Wanita tua itu menangis sambil menggenggam erat tangan Abigail memohon pengampunan. "Anak ibu hidup dengan kekosongan selama 9 tahun terakhir ini, itu semua karena keegoisan ibu yang menyakiti kalian berdua dan anak kalian Jessy. Abi, ibu sangat menyesal hiksss maaf Abigail."

"Ibu..."

"Aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri dulu, aku tidak menyangka kekuasaan dan kekayaan jadi patokan ibu hingga tega melakukan hal menyakitkan padaku."

"Abigail hikks hiksss iya ibu salah nak, ibu tidak pantas disebut sebagai manusia. Tapi Abigail, dosa ibu dulu jangan kamu padukan untuk berpisah dengan Alden, dia tidak bisa hidup tanpamu."

"Kami sudah berpisah sejak 9 tahun yang lalu, saat ibu membohongiku."

"Terima anak ibu kembali Bi... Alden tidak bersalah sedikitpun, dia hanya korban dari keegoisan ibu sama seperti kamu. Selama bertahun-tahun Alden tidak bisa mencintai Jessy karena anak itu alasan kamu menghilang darinya."

"Ibu!" bentak Abigail.

"Anda masih saja egois, aku dan Alden tidak bisa lagi bersatu karena aku mempunyai suami dan anak kami yang akan lahir." Abigail berusaha melepas pegangan tangan ibu dari tangannya dengan kesusahan.

"Ceraikan laki-laki itu dan menikah dengan Alden, apa yang susah Abi?"

"Ibu, aku masih menghormati ibu sebagai sahabat dari ibuku, tapi aku mohon hormati suamiku."

"Ibu akan memberikan semua yang kamu inginkan untuk bersama anak ibu, bahkan seluruh kekayaan ibu untuk kamu, ibu juga rela memberikan nyawa ibu sebagai imbalannya Abigail... Ibu sangat menyesal membuat Alden sangat menderita selama ini."

"Pikirkan Jessy anakmu juga Bi, dia butuh ibunya," ucap ibu dengan memohon pada Abigail.

"Keluar Bu, aku mohon... kalau tidak aku yang akan pergi bersama suamiku dari rumah ini," ujar Abigail.

Ibu bangun berdiri, lalu menatap Abigail dengan perasaan bersalah. "Abi, maaf untuk semua penderitaanmu karena keegoisan ibu dulu," ucap ibu dengan sungguh lalu membalikkan badan akan keluar dari kamar itu.

Sebelum ibu menjauh, ia mendengar Abigail meringis sakit pada perutnya.

"Akhhh shhh aghhh." Perutnya terasa sakit hingga tubuhnya lemas tak kuat berdiri.

"Abigail perut kamu sakit?" tanya ibu membantu Abigail agar tak jatuh.

"Akhhh sakit, awss perutku ughh."

Terjebak masa lalu 21+Where stories live. Discover now