DUA PULUH TIGA-DAPHNEY FAMILY

5 2 0
                                    

Dua Puluh Tiga

Selama pernikahan mereka yang sudah berjalan hampir tujuh tahun, tidak pernah sekalipun terjadi pertengkaran hebat antara Amaya dan Casildo, biasanya apapun yang Casildo katakan maka Amaya akan menurut karena baginya ucapan Casildo mutlak harus dipenuhi. Meskipun apa yang diucapkan Casildo terkadang tidak sesuai dengan isi hati Amaya, contohnya saja saat Casildo ingin menambah jadwal untuk Barbie, Amaya tidak terlalu setuju tetapi dia tidak melakukan apapun untuk menentang ucapan suaminya. Lebih tepatnya tidak bisa menentang.

Namun sekarang berbeda, Amaya ingin dipandang oleh Arusu, dan mempersiapkan pertunangan serta pernikahan Helcia dengan sebaik mungkin adalah salah satu caranya. Bukannya membantu Amaya, Casildo justru malah memintanya untuk tidak terlalu peduli. Tidak tau kah Casildo bahwa ini adalah salah satu cara agar Arusu bisa memandangnya dengan layak?

"Kau pilih saja, dan katakan bahwa itu adalah pilihanku, aku tidak peduli," kata Helcia seraya menonton televisi ketika Amaya memintanya untuk memilih desain undangan serta sovenir untuk pertunangannya.

Jawaban yang diberikan Helcia membuat Amaya harus menambah stok kesabarannya yang memang sudah menipis, suasana hatinya masih tidak baik karena teringat dengan pertengkarannya dengan Casildo tadi, dan di sini Helcia menambahnya dengan bersikap tidak peduli.

"Kau yang akan bertunangan, bukan aku, jadi kau yang harus memilihnya," balas Amaya.

Helcia berdecak lalu memandang Amaya dengan kesal. "Aku sudah bilang, kau pilih saja dan katakan bahwa itu adalah pilihanku, tidak akan ada yang tau kalau kau diam saja, kecuali kau mengatakannya pada orang lain."

Entah kenapa, mendengar hal itu membuat Amaya merasa tidak dihargai, dia yang ikut terlibat dalam persiapan ini merasa tidak ada gunanya karena Helcia sendiri sama sekali tidak peduli. Ingin sekali Amaya melepaskan tanggungjawab ini, tetapi rasanya tidak mungkin karena Arusu langsung menyuruhnya, lagipula dia akan lebih dipandang oleh mertuanya jika acara ini berjalan dengan lancar.

"Setidaknya kau lihat dulu Helcia, jangan sampai nanti kau menyesal karena bersikap tidak peduli dengan acara pertunanganmu sendiri."

"Kalaupun aku menyesal, rasa penyesalan itu tidak akan lebih dari aku menyesal karena menyetujui pertunangan ini," gumam Helcia.

"Kau bilang apa?" tanya Amaya karena suara Helcia tidak bisa didengarnya dengan jelas.

"Tidak ada." Helcia menatap Amaya sekilas lalu kembali menoleh ke arah layar televisi. "Aku tidak mau diikutkan dalam urusan ini, kau saja yang mengurusnya, jangan tanyakan apapun padaku karena aku tidak akan peduli."

Amaya menatap Helcia dengan sebal, kenapa adik iparnya ini keras kepala sekali? Ini acara pertunangannya, meskipun tidak mencintai Adrian, setidaknya dia berusaha untuk menghargai keluarga yang sudah sibuk untuk mengurus persiapan acara itu. Sepertinya Arusu tidak mengajarkan hal seperti itu kepada Helcia.

"Tunggu apa lagi?" tanya Helcia karena Amaya tidak beranjak sedikitpun. "Sudah kubilang ka--"

"Kalau kau tidak mau bekerja sama, maka aku akan melaporkan perbuatanmu ini pada mama," potong Amaya, dia tidak tahan lagi mendengar penolakan yang selalu dilontarkan Helcia.

"Aku tidak meminta banyak, aku hanya mau kau bekerja sama," lanjut Amaya.

Helcia mendengus lalu berdiri dan berhadapan dengan Amaya. "Jadi ... sekarang kau berani mengancamku?" tanya Helcia, tetapi nada suaranya ketara sekali jika dia sedang mencemooh.

"Aku hanya ingin kau tidak bersikap seenaknya lagi," balas Amaya. "Permintaanku tidak sulit, seha--"

"Memang tidak sulit, tapi aku yang tidak sudi," potong Helcia dengan tegas. "Kau sendiri tau bagaimana bisa perjodohan ini terjadi, seharusnya kau tau alasanku melakukan semua penolakan itu."

Helcia mengepalkan tangannya, merasa sangat marah ketika mengingat hal tersebut, saat dia terpaksa harus menuruti titah Arusu yang sama sekali tidak dia inginkan, sedikitpun Helcia tidak rela mengikuti perjodohan ini. Namun dia harus bagaimana lagi? Casildo saja setuju dengan perjodohan ini, jadi kecil kemungkinan bagi Helcia untuk menolak.

Amaya melipat tangannya di depan dada.
"Meskipun begitu, seharusnya kau profesional. Apapun yang kau rasakan, tidak harus kau tunjukkan, bukankah hal ini sudah kau pelajari sejak kecil?" kata Amaya.

"Berani sekali kau melawanku?" desis Helcia, jika tidak mengingat bahwa wanita yang berada di hadapannya ini adalah istri abangnya, maka sudah Helcia tampar pipinya itu.

Saat ini emosi Amaya sedang tidak stabil, banyak kejadian yang menggoyangkan kesabarannya. Sebelumnya Amaya tidak pernah melawan Helcia, tetapi kali ini dia melakukannya, bukan karena sikap Helcia yang benar-benar membuatnya jengkel, tetapi dia melakukan itu untuk mengeluarkan semua emosi yang bersarang di dadanya.

"Kenapa tidak? Kau memang putri di keluarga ini, dan aku adalah menantu di sini. Meskipun aku orang luar, tetapi posisiku sebagai istri abangmu cukup untuk memberiku hak agar bisa memperbaiki kesalahan yang kau lakukan."

"Jangan memancing amarahku lagi, lakukan saja apa yang aku bilang tadi, aku tidak mau berdebat denganmu. Tidak berguna."

Helcia membalik tubuhnya, ingin menuju ke kamarnya, tetapi Amaya langsung menahan lengan adik iparnya itu. "Sudah kubilang padamu, jika kau tidak mau bekerja sama, maka aku akan mengatakannya pada mama."

Helcia menarik tangannya agar cekalan Amaya terlepas. "Kau benar-benar ingin melawanku ya?" Helcia nyaris memekik ketika mengucapkan kalimat itu, dia benar-benar kesal dengan sikap Amaya yang kali ini, biasanya dia hanya diam dan tidak banyak membantah.

"Terserah kau saja mau mengatakan apa, yang jelas kau harus memilih desain undangan ini," kata Amaya dengan tegas.

Permasalahan mereka sangat sepele, tetapi ego yang membuat masalah kecil ini tidak bisa diselesaikan dengan mudah. Jika saja ada di antara mereka yang mau mengalah, maka perdebatan ini tidak akan terjadi.

"Aku. Tidak. Mau!" kata Helcia.

Amaya menatap wajah Helcia yang ketara sekali sedang kesal.
"Baiklah jika kau tidak mau memilihnya, terserah kau saja, tapi aku tetap akan mengatakannya pada mama," kata Amaya pada akhirnya, lebih baik dia mengadukan pada Arusu daripada mendesak adik suaminya itu untuk memilih desain undangan.

Helcia berdecak lalu mengacak rambutnya sekilas, dia tidak mau memilih desain undangan, tetapi dia juga tidak mau mendengar kemarahan Arusu yang berujung dia pun tetap harus memilih desain undangan.

"Oke!" pekiknya.

Amaya yang sudah berjalan menjauh langsung menghentikan langkahnya dan membalik tubuhnya. "Kau mau memilihnya?" tanya Amaya.

Helcia hanya bergumam mengiyakan, dia tidak ikhlas.

Amaya tidak berjalan mendekati Helcia, begitu juga dengan gadis itu. "Kenapa kau tidak ke sini?" tanya Helcia.

"Kau yang butuh, harusnya kau yang ke sini."

Helcia tidak percaya dengan apa yang didengarnya, sejak kapan Amaya benar-benar berani melawannya seperti ini? Ini benar-benar hal yang aneh.

Meskipun begitu, dengan langkah berat, Helcia tetap menghampiri Amaya. Wanita itu menghidupkan iPad yang dipegangnya lalu menunjukkan beberapa desain undangan. Helcia langsung memilih desain itu secara acak, bahkan tanpa memperhatikan dengan benar.

Helcia hendak pergi, tetapi ucapan Amaya menghentikannya.

"Kau belum memilih sovenir."

Rasanya, Helcia ingin menghilang saja dari sini.

🐰🐰🐰

Rabu, 26 Juni 2024

Daphney FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang