Part 57| Noting new 2

135 1 0
                                        



°

AUTHOR POV

"Yakinkan aku, bisakah sesuatu yang sudah pergi bisa kembali lagi?"

-Green&Grista-

Seketika Kedua bola mata Grista semakin melekat setelah melihat apa yang berada didepannya saat ini, dada bidang Grista mengembang kempis, napasnya membara, tatapan sangat tajam dan bibirnya mengerut layaknya menahan amarahnya saat ini.

PPYAAARR!!

Suara pecahan terdengar kembali. Grista menjatuhkan keramik WC yang sejak tadi ia pegang. Seketika, Green menarik tubuh Grista dengan kasar hingga mereka berhadap-hadapan.

"GRISS! APA YANG KAMU LAKUKAN?! MAU NGAPAIN, HAH?!" Bentak Green. Suaranya sedikit bergetar, menandakan kekhawatirannya. Kedua tangannya menggoyang-goyangkan bahu Grista, berusaha membangunkannya dari lamunan. Namun, pandangan Grista tetap terpaku pada sesuatu di depan sana.

"Buka pintu itu," ucap Grista dengan suara lemah. Kedua matanya perlahan bertemu dengan mata Green, seolah menyampaikan sesuatu yang mendesak.

Green menatap balik Grista, mencoba memahami maksudnya. Ia kemudian mengikuti arah telunjuk Grista, yang mengarah ke satu titik.

Di sana, sebuah pintu terlihat, terbuat dari kayu tipis tanpa gagang. Keheranan langsung tergambar di wajah Green. Dugaan yang sebelumnya hanya sekadar hipotesis kini terjawab. Pintu itu tersembunyi di balik kaca besar yang baru saja dipecahkan Grista.

Dari awal, Grista sudah curiga karena suara ketukan di kedua kaca terdengar berbeda. Kaca yang diketuk Grista terdengar kosong dan hampa, sementara kaca yang diketuk Jessica terdengar padat. Hal ini menandakan bahwa di balik kaca yang diketuk Grista ada ruang kosong, bukan tembok solid.

Namun, alih-alih mencari cara halus untuk membuktikannya, Grista memilih metode ekstrem: memecahkan kaca itu.

"Griss! Pelan-pelan! Biar aku saja yang buka," ucap Green tegas, menghentikan langkah Grista yang hampir menaiki wastafel untuk menjangkau pintu itu. Jika Green tidak menahan, Grista bisa terluka karena serpihan kaca yang berserakan di sekitar wastafel.

"Bryan, Rafi, kalian jaga di pintu depan! Kalau ada apa-apa, langsung hubungi polisi. Paham?!" Green memberikan perintah yang langsung dijawab anggukan tegas dari keduanya.

Setelah itu, Bryan dan Rafi segera menuju pintu depan untuk berjaga. Sementara itu, Green memberi kode kepada Jessica untuk mendampingi Grista.

"Griss, kamu nggak apa-apa?" Tanya Jessica lembut, mendekati Grista.

"Aku nggak apa-apa, cuma kegores sedikit tadi," jawab Grista cepat, berusaha meyakinkan.

"Lain kali hati-hati ya?" Jessica mencoba menghibur dengan suara yang lembut dan sedikit manja.

Respon Jessica membuat Grista tersenyum tipis, menandakan ia mulai tenang.

Di sisi lain, Green sudah melepas jaketnya. Ia meletakkannya di wastafel untuk digunakan sebagai alas pijakan.

"Niel! Bantu aku naik!" Seru Green pada Daniel, yang langsung merespon dan bergerak mendekat.

Green berhasil memijakkan kaki di sela-sela depan pintu kecil itu, meski pijakannya sempit. Tak lama kemudian, Daniel menyusul, memanjat untuk membantu Green.

"Kayaknya pintunya bisa digeser, Green," ujar Daniel sambil memperhatikan lebih saksama. Kedua matanya mengamati setiap detail pintu kayu tersebut.

"Oke, kalau gitu. Hitungan ketiga, kita angkat dan geser bareng-bareng, ya?!" Pinta Green semangat. Dibalas anggukan kepala oleh Daniel yang tak kalah semangat.

"Satu... duaa.. tiga. ANGKAT!" Pekik Green.

Dengan cekatan, Daniel merespons aba-aba Green. Meski pijakan mereka sempit, keduanya tetap berusaha maksimal mengangkat dan menggeser pintu kayu itu sedikit demi sedikit.

"Tarik terus, Greenn!" Seru Daniel lirih sambil menahan tubuhnya agar tetap seimbang.

"Dorong, Niel! Dorong!" Green menyahut sambil mengerahkan sisa tenaganya.

Dengan kerja sama yang intens, mereka akhirnya berhasil membuka celah yang cukup pada pintu tersebut. Keduanya berjuang keras, berharap ini menjadi langkah awal untuk mengungkap misteri.

"Berhenti!" Teriak Grista tiba-tiba, membuat Green dan Daniel langsung menghentikan gerakan mereka.

Setelah celah pintu cukup terbuka, Daniel segera melangkah masuk ke dalam ruangan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Tanpa memeriksa isi ruangan, ia langsung bergerak lebih jauh agar memberikan ruang bagi Green untuk ikut masuk.

Green, dengan sigap, menyusul Daniel masuk ke dalam ruangan yang kini terbuka. Namun, sebelum ia sempat menenangkan diri, perhatian Green teralihkan oleh Grista.

"Griss! Pelan-pelan!" Jessica berteriak cemas, melihat Grista yang dengan semangat berlebihan langsung menaiki wastafel tanpa memedulikan serpihan kaca di sekitarnya.

Grista, yang tidak peduli dengan keadaan, melangkahkan kaki menuju pintu yang baru saja dibuka oleh Green dan Daniel. Green segera bertindak, mengulurkan tangan untuk membantu menarik Grista masuk ke ruangan itu.

Sesampainya di dalam, napas Grista sedikit terengah. Kedua matanya langsung tertuju pada Daniel, yang berdiri terpaku. Ekspresinya memperlihatkan keterkejutan yang luar biasa.

Perlahan, mata Grista mengikuti arah pandangan Daniel. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat, penuh dengan antisipasi. Apa yang mereka lihat di balik pintu ini membuat atmosfir berubah drastis.

DEG!

Jantung Grista langsung berdenyut nyeri sekaligus napas Grista langsung berhenti, setelah dia mengetahui apa yang telah dilihat Daniel saat ini.

Tubuh Grista terpaku bagaikan patung yang sudah tak bernyawa. Karena detik itu juga napas Grista langsung terhenti, kedua netranya membelak dan pandangannya terpaku pada satu pemandangan yang membuantnya tidak bisa berkata-kata lagi.

BEGH!

Mohon maaf sebagian part dihapus, untuk kepentingan penerbitan

Jika ada yang ingin baca lengkapnya bisa beli versi novelnya atau di KARYAKARSA

Nama akun: angietsanias.
Judul cerita: GREENSTA




°

:(

Semangat yaa reader Greensta!!

See u next chapter!🥺🥰

GREENSTA [END]Where stories live. Discover now