Panik. Hanya satu kata itu yang mewakili Shilla saat ini. Gadis itu berusaha membangunkan Galaksi, tetapi Galaksi tidak merespon. Rasa takut langsung menyerangnya. Dia mengingat kemungkinan yang menyebabkan Shilla tidak bisa melihat masa depan Galaksi. Apakah ini sudah waktunya?
Karena panik, Shilla pun segera menghubungi rumah sakit dan meminta ambulans untuk datang ke sekolahnya. Dia juga melapor pada petugas perpustakaan bahwa ada salah satu siswa yang tak sadarkan diri di sana. Siswa-siswi lain yang mengunjungi perpustakaan bertanya-tanya apa yang terjadi.
Begitulah. Rasanya kejadian itu sangat cepat. Shilla naik ke mobil ambulans, menemani Galaksi yang terbaring di atas brankar. Bu Mirna, wali kelas 12 IPA 1, yang kebetulan masih ada di sekolah juga turut ikut menemani Shilla yang hendak membawa anak didiknya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Shilla dan Bu Mirna mengikuti Galaksi yang diarahkan menuju ke unit gawat darurat. Namun, Shilla dan Bu Mirna terpaksa harus berhenti di depan pintu ruang unit gawat darurat tersebut.
Shilla menyandarkan punggungnya ke dinding. Rasanya sekarang kakinya sudah berubah menjadi jelly saking lemasnya.
“Nak, duduk dulu sini,” ujar Bu Mirna. Dia merangkul Shilla dengan lembut dan membimbingnya menuju kursi di depan ruang UGD.
Shilla pun duduk seraya memeluk tas milik Galaksi. Dia mengatur napasnya yang tak teratur seraya mengamati pintu unit gawat darurat.
“Minum dulu.” Bu Mirna memberikan air mineral untuk Shilla. Shilla menerimanya dan meminum air mineral tersebut dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Galaksi memang sejak pagi kelihatan lagi nggak enak badan. Waktu saya ngajar fisika juga dia sampat mimisan,” jelas Bu Mirna, memecah keheningan di antara mereka.
Shilla menatap Bu Mirna dengan tampang terkejut. Kalau Galaksi memang sedang sakit, mengapa dia tidak bilang saja pada Shilla? Kalau tahu hal itu, mungkin Shilla akan mengatakan untuk bertemu lain kali saja.
Tidak lama kemudian, pintu itu dibuka. Shilla dan Bu Mirna langsung mengampiri dokter. Karena orang tua Galaksi sulit dihubungi, maka Bu Mirna menjadi wali untuk Galaksi.
“Bagaimana keadaan siswa saya, Dok?” tanya Bu Mirna. Shilla agak tidak menyangka bahwa dia akan mendengar pertanyaan yang sebelumnya hanya pernah dia saksikan di drama-drama.
“Pasien baik-baik saja. Dia hanya kelelahan dan keseringan begadang. Ditambah lagi pola makannya tidak sehat dan tidak teratur,” jelas dokter dengan singkat.
“Dia ada riwayat penyakit serius nggak? Misalnya, dia menderita kanker dan divonis hidupnya nggak lama lagi?” tanya Shilla. Bu Mirna sampai menyenggol lengannya karena pertanyaan tak terduga Shilla.
“Nak, jangan bicara sembarangan gitu,” tegur Bu Mirna.
“Saya ‘kan cuma tanya aja, Bu,” ujar Shilla dengan wajah cemberut. “Gimana, Dok?”
KAMU SEDANG MEMBACA
I(A)MPERFECT (END)
Teen FictionShilla Agista Florentina dan Galaksi Andromeda Sakti adalah dua siswa dengan reputasi sempurna di sekolah mereka. Namun, keduanya memiliki sisi gelap yang tidak diketahui orang lain. Shilla memiliki kemampuan melihat masa depan yang membuatnya meras...