21

323 76 13
                                    

Archilla berdiri di depan konter sebuah kafe minimalis yang terletak di belakang area universitas. Memesan Choco Float, dan roti panggang berisi sayuran karena ia masih merasa lapar sekalipun Elena sempat memasakan nasi rawon di rumah.

Menuju siang hari yang terik. Archilla mengenakan floral dress selutut dengan motif bunga akasia berwarna baby blue dipadukan denim jaket sepinggang, berlengan panjang dengan aksen tali yang menyatukan potongan jaket di bagian punggung. Kakinya terbalut kaos kaki berwarna broken white dan docmart shoes hitam, menambah kesan manis pada diri Archilla yang hari ini menggulung surai panjangnya.

Bahkan penjaga kafe yang baru kali ini mendapati kehadiran Archilla, sempat tak bisa mengalihkan atensinya dari bagaimana cara Archilla tersenyum.

Gadis itu memilih duduk di meja dengan dua kursi berhadapan, bagian dalam sebelah tembok penyangga.

Archilla memiliki janji bertemu dengan Jennie Elfatta setelah gadis itu mengirim pesan lewat DM Instagram dua hari lalu. Tempat dan waktu ditentukan oleh Archilla, dan seharusnya mereka sudah bertemu sejak setengah jam yang lalu, tetapi Jennie tak juga menunjukkan diri.

Smartphonenya berdering, nama Pradipta muncul di layar.

"Halo?"

"Archi hari ini kelas jam berapa?"

"Gue hari ini gak ada kelas. Sebenernya ada satu matkul, tapi dosennya minta tuker Hari Sabtu."

Untuk beberapa detik, tidak ada suara dari Dipta. "Mau keluar? Jalan-jalan?"

"Emang Dipta gak sibuk?"

"Sibuk, tapi pengen ketemu."

Archilla terkekeh, "Lo sama mantan juga lucu-lucu begini?"

"Iya." Dipta menjawab jujur, "Saking lucunya, sampai jadi badut gue."

Tawa Archilla lebih lepas mengudara. "Aih, kasian."

Dipta turut tertawa, "Archi lagi pengen kemana?"

Archilla mendengung, berpikir. Kakinya mengetuk-ngetuk pelan lantai di bawah. Tangan kiri meyangga dagu, sementara tangan kanan memegang smartphone yang menempel di telinga. Pandangannya terarah pada keadaan di luar yang menampilkan pemukiman warga dan aktifitas di pagi hari menuju siang, termasuk mobil pick up penjual sayur yang masih berhenti.

"Fakultas Jeka baru ada pameran, nanti sore pembukaan hari pertama. Kalau kesana, boleh?"

"Boleh. Jam berapa? Nanti gue jemput di rumah."

"Jam lima sore, tapi nanti jemputnya di perpustakaan kampus aja."

"Mau ke kampus? Gue jemput sini. Kelas kedua baru mulai jam satu nanti."

"Enggak usah. Gue udah di area kampus, kok."

"Ngapain?"

"Ada janji."

"Sama siapa?"

"Sama cowok."

"Archi."

Mendengar nada Dipta yang memanggil namanya tersirat lebih tegas, menjadikan Archilla lagi-lagi tertawa.

"Jennie ngajak ketemu."

Pradipta menghentikan langkahnya yang semula hendak menuju ke kantin fakultas. "Dia mau ngapain?"

Bahu sang anak hawa mengendik, "Belum tau. Katanya mau ngobrol. Tapi Jennie belum dateng."

Perhatian Archilla sempat teralih pada pesanan yang diantar ke mejanya. Gadis itu dibuat terheran, karena meski fokus berbicara pada Pradipta, ia memperhatikan bagaimana pelanggan lain yang mengambil pesanannya ke konter, bukan diantar langsung ke meja seperti ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I love your boyfriendWhere stories live. Discover now