21. ONE DAY WITH XAVIER
Hari ini adalah hari sabtu, hari libur untuk Luna. Selain tidak ada jadwal kuliah, ia juga libur bekerja.
Luna merasa sangat lelah akhir-akhir ini. Begitu lelah hingga terkadang membuatnya hampir menyerah. Terkadang yang membuat seseorang merasa lelah bukan hanya aktivitas sehari-hari, tapi juga perasaan dan pikiran yang terlalu rumit.
Ketika membuka pintu kamar orang tuanya, Luna merasa semakin tak karuan. Gadis itu duduk di atas kasur orang tuanya sambil meraih sebuah bingkai foto di atas nakas.
"Andaikan Papa masih ada, aku mungkin nggak akan kesepian kayak gini. Mama nggak bakal nikah lagi dan ngebawa Aidan, ninggalin aku sendirian di rumah ini," gumam Luna dengan sedih sambil memandangi foto kedua orang tuanya.
Luna mengusap wajah sendu papanya di foto itu. Andaikan saja beliau masih hidup, pasti kehidupan Luna tidak akan sekacau sekarang.
"Woy!"
Luna tersentak kaget sampai hampir melompat ketika tiba-tiba mendengar suara seseorang.
"Kak Xavier kenapa bisa masuk?" Luna menatap kaget sosok Xavier yang kini sedang berdiri di pintu kamar orang tuanya.
Xavier mendengus kasar. "Gue udah panggil-panggilin, tapi lo malah nggak nyahut, jadi pintu lo gue dobrak."
Luna terdiam. Gadis itu sama sekali tak mendengar suara apapun karena terlalu larut dalam kesedihannya.
"Sini lo, gue mau ngomong."
"Iya, Kak." Luna pun meletakkan kembali foto orang tuanya ke atas nakas dan segera keluar menghampiri Xavier.
Mereka berjalan menuju ruang tengah, kemudian duduk di sofa.
"Eh, Kak?" Luna yang hendak duduk di sebelah Xavier lantas tersentak kaget ketika cowok itu tiba-tiba menarik dirinya dan mendudukkannya di pangkuan Xavier hingga mereka saling berhadapan.
"Gue mau nanya sama lo," ujar Xavier, nadanya terdengar ketus.
Luna mengedipkan matanya berulang kali. "Nanya apa, Kak?"
"Lo masih mau ngasih kontak lo ke cowok lain lagi?!"
"Mau ngasih kayak gimana, Kak? Handphone aku, kan, rusak."
"Maksud gue kalau misalnya handphone lo nggak rusak."
Luna menggelengkan kepalanya. "Nggak, Kak. Aku nggak bakal ngasih cowok lain kontak aku lagi."
Setelah berbincang dengan Virza kemarin, Luna mendapat banyak pelajaran dari Virza bahwa ia harus menurut kepada Xavier dan tidak membuat lelaki itu marah. Ia harus mematuhi semua larangan dan perintah Xavier. Ia tidak boleh membantah atau sebagainya.
Tipikal cowok seperti Xavier bukan cowok yang suka dibantah atau disaingi. Amarah cowok itu akan meledak-ledak jika ia sampai melawan dan membuatnya kesal.
Luna hanya diam ketika Xavier menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Wajah cowok itu sangat datar. Iris hazelnya yang kelam membuat Luna tak berkutik.
"Gue mau beliin handphone baru buat lo hari ini, tapi lo jangan coba-coba ngasih kontak lo ke cowok lain lagi," ujar Xavier. Ia kini dapat melihat wajah Luna yang kaget sekaligus sumringah.
"Kakak mau beliin aku handphone baru? Mau gantiin handphone aku?" tanya Luna antusias.
Luna pun semakin kegirangan ketika Xavier berdehem singkat sebagai jawaban.
"Awas lo kalau ngasih cowok lain kontak lo lagi. Gue banting tuh handphone di muka lo." Xavier tak main-main dengan ancamannya.
Luna meringis. "Nggak bakal kok, kak. Makasih, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
XAVIER ( END )
Romance⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavier Arvegas Lysander. Setelah melakukan one night stand, Xavier malah terobsesi kepada Luna. Obsesi ya...