BAB 22 • DIAWASI?

82.2K 3.3K 1K
                                    

22. DIAWASI?

"Pagi, Kak." Luna tersenyum ramah menyapa dua lelaki yang berpapasan dengannya di koridor lantai 3.

Edgar dan Kellan pun menghentikan langkahnya dan menatap seorang gadis cantik yang baru saja menyapa mereka pagi ini.

"Pagi ayangnya Xavier," balas Edgar dengan senyuman manisnya yang membuat wajah Luna memerah.

Melihat hanya ada Edgar dan Kellan saja, Luna pun mengernyit bingung.

"Kak Xavier mana?" tanya Luna penasaran. Tidak biasanya lelaki itu menghilang di antara kedua sahabatnya.

"Xavier nggak ngasih tahu lo emang dia ke mana?" tanyanya yang dibalas gelengan oleh Luna. "Xavier kemarin pergi ke Italia sama orang tuanya buat ngurusin bisnis keluarganya di sana. Sekalian dia juga balik ke rumah keluarganya di Italia," jelasnya panjang lebar.

Luna mengangguk-anggukkan kepalanya. Pantesan saja lelaki itu tidak mengganggunya sejak kemarin.

"Tapi, Xavier juga nitipin lo ke kami buat dijagain, jadi jangan bandel. Kalau ada apa-apa sama lo, kami juga yang bakal kena sama dia," ujar Edgar sekali lagi.

Luna tersenyum miris. Nitip buat dijagain? Dari siapa? Luna tidak merasa ada orang lain yang mengganggu dan menyakitinya. Luna justru malah merasa harus jaga diri dari Xavier.

"Ingat loh, ya, jangan nakal. Cowok lo galak soalnya." Edgar sedikit terkekeh mengatakan itu.

"Bukan cowok aku," elak Luna yang membuat Edgar semakin terkekeh mendengarnya, sementara Kellan langsung menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"Kami duluan, ya? Kalau ada apa-apa, hubungin kami aja. Lo punya kontak gue, kan?" tanya Edgar.

Luna terdiam sambil meremas handphone-nya. Xavier sudah mewanti-wantinya untuk tidak memasukkan nomor kontak cowok lain ke handphone-nya. Ia sudah tidak ingin dipukuli lagi.

Melihat Luna yang tampak panik dan takut, Edgar yang faham pun lantas menghela nafas. "Xavier posesif banget, ya, sampai ngelarang lo punya kontak cowok?"

Luna mengangguk-anggukkan pelan kepalanya. "Yaa ... begitulah, Kak."

"Xavier itu sejak kecil udah terbiasa dapatin apapun yang dia mau tanpa usaha sama sekali. Dia hanya tau cara dapatin apapun yang dia mau, tapi dia nggak tahu gimana cara menjaga sesuatu yang udah dia dapatin itu. Dia ngelakuin hal-hal yang ngebuat lo ngerasa nggak nyaman dan tertekan buat ngejagain lo," ungkap Edgar yang juga tampak tak habis pikir Xavier.

"Ya udah, kami pergi dulu. Ingat juga kalau kami bakal ngawasin lo." Setelah mengatakan itu, Edgar pun merangkul pundak Kellan yang sejak tadi asik bermain handphone agar pergi dari sana.

Bugh!

"Aww!" Zila meringis ketika merasakan sakit di jidatnya setelah menabrak Kellan.

Kellan yang berjalan dengan kepala menunduk karena terus bermain handphone, tidak sengaja menabrak Zila yang juga berjalan sambil bermain handphone.

"Makanya lain kali jangan main handphone mulu sambil jalan. Emang ngapain, sih, main handphone mulu dari tadi?" omel Virza yang jengah dengan Zila.

Zila meringis pelan tanpa mengatakan apapun. Gadis itu pun menatap Kellan di hadapannya yang hanya menatapnya sekilas dengan sinis, kemudian pergi dari sana.

Kedua gadis cantik itu hanya menundukkan kepalanya saat kedua lelaki tampan itu berlalu di hadapan mereka begitu saja.

Setelah Edgar dan Kellan tak ada lagi, Virza dan Zila pun menatap Luna yang kini menatap mereka berdua.

XAVIER ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang