Jika sesuai, lalu apa?

2 1 0
                                    

~Hidup adalah pilihan, lantas bagaimana jika pilihanmu salah? Apakah hidupmu benar-benar akan berakhir~ cantik💅

Hiruk pikuk dunia dengan berita yang menyayat hati, betapa banyak raga yang hilang setelah kehilangan jiwa. Entah jiwanya masih bersemayam dibumi atau tenang bersama raganya saat memilih pulang.
Dalam hidup kita sering kali dihadapkan pada suatu pilihan, menurutku menentukan pilihan adalah hal termudah yang aku lakukan, namun untuk menjalankan pilihan butuh orang-orang yang mempermudah pilihanya yang bertahan hingga akhir.
Banyak anak muda kehilangan diri setelah mereka berpikir mereka salah menentukan pilihan, aku sebelumnya pernah kehilangan diriku dan mungkin sekarang juga masih, sebab aku tidak tahu.
Aku sendiri kadang merasa bahwa pilihanku salah, namun sedetik kemudian aku merasa " Yaudah jalanin aja".
Aku selalu merasa bahwa semua manusia memiliki masalahnya tersendiri, bebanya tersendiri, lukanya sendiri, dukanya sendiri dan bahagianya sendiri.
Dulu aku selalu menganggap bahwa aku adalah manusia dengan duka yang paling banyak, hidupku diselimuti tangis,  hampir bahagianya tidak ada atau bahkan hanya secuil saja tak singgah.
Dan paling parahnya aku selalu menganggap aku tak memiliki talenta sama sekali padahal jelas- jelas di Alkitab bahwa setiap manusia memiliki talenta tersendiri,  dasarnya saya aku kurang bersyukur dan yah mungkin aku tidak mengembangkan talentaku karena terlalu lama terkubur.
Aku masih mengingat aku pernah membaca atau mendengar seseorang berkata " Pilih jurusan kuliah sesuai dengan passionmu"  , saat itu aku mengiayakan saja, " Oh Iyah nanti aku masuk sastra aja deh, biar bisa jadi penulis" ,
" Aku masuk psikologi aja deh aku kan senang mendengar kisah dari sudut pandang orang lain, bonusnya nyembuhin luka batin sendiri".
" Atau nanti aku ambil filsafat aja yah, aku kan senang jika menilai sesuatu berdasarkan kebenaran  secara nyata"
" Ah hukum juga baik, biar nantinya aku bisa jadi pengacara"
" Hmmm apa aku masuk ilmu komunikasi aja yah, nanti aku bagian nulis artikelnya"
Dan Yap untuk meyakinkan diriku bahwa aku memilih salah satu dari mereka aku selalu mencari tahu tentang jurusan-jurusan tersebut, mengikuti webinar, membaca artikel, membaca buku dan berdiskusi dengan teman yang memiliki hoby yang sama.

Namun nyatanya aku malah memilih kesehatan masyarakat saat kuliah,   itu adalah takdir yang tidak pernah kurencanakan dari awal, namun pada akhirnya dia menjadi pilihan terakhirku.
Bergabung dengan kesehatan masyarakat sela dua semester memberi aku pelajaran yang baru, " Wah ternyata di kesehatan masyarakat juga mempelajari kesehatan mental, ih ada filsafatnya, oh ada juga nih public speakingnya".

Seribu Kisah Dibalik TawaWhere stories live. Discover now