19

5 0 0
                                    


"Sudaah...ahh..thomass sakit!"

Zelena merasa lubangnya robek tiap kali penis thomass masuk kedalam, jika dirinya tahu akan sesakit ini dari awal zelena akan menolak keras thomass.

"Ahh..kau bohonghhh!! Thomass bilang tidak sakitt!"

Thomass tersenyum lalu mencium bibir zelena yang sudah bengkak.

Mata zelena terbelalak saat thomass mempercepat genjotan nya di lubang zelena.

Tangan zelena mencoba mendorong tubuh thomass namun thomass malah memeluk kencang zelena dirinya enggan untuk berpisah sekarang.

Tak lama tubuh zelena melemas lalu bergetar, mata yang awal nya terlihat marah perlahan menjadi sayu.

Zelena mendapatkan pelepasan pertamanya.

Thomass mengangkat tubuh nya untuk melihat jelas pemandangan indah itu.

"Anak pintar."

Zelena meringis saat pentil nya ditarik kuat oleh thomass, tubuhnya sedang sensitif tapi dengan teganya thomass melakukan itu.

"Thomass jangan"

Tangan nya mencoba menghalau perbuatan thomass, namun kali ini bukan di dada melainkan thomass menggerakkan pinggangnya untuk menyentak tubuh zelena.

"Zelena.."

Zelena pasrah sekarang mau melawan pun dia tidak bisa tiap kali kulit mereka bergesekan rasanya sangat aneh tapi juga terasa enak.

"Thomass.."

Thomass menekan dalam-dalam penisnya di lubang zelena setelah itu wajah zelena terlihat terkejut dan juga memerah.

"Kenapa?"

Thomass bertanya karena wajah zelena terlihat lucu.

"Tidak ada"

"Apa sperma ku mengejutkan zelena?"

Thomass bertambah gemas saat zelena mengangguk pelan.

" Lucunya."

Zelena mencoba bangkit namun ditahan oleh thomass.

"Mau kemana? Kita belum selesai."

"Belum?"

Zelena meneguk ludahnya dengan kasar setelahnya tubuh zelena kembali di genjot oleh thomass.

Berbeda dengan dua pasangan itu Damien terlihat fokus dengan undangan pernikahan milikinya dan thomass.

"Tuan Damien, apa tuan yakin rencana kita akan berhasil?"

Lexa bertanya dengan pelan takut-takut jika ada yang mendengar, Damien tersenyum kecil lalu mengelus kepala pelayannya.

"Jika kau tidak membocorkan pada ibu maka semuanya akan berjalan lancar."

Lexa manyun mendengar tuannya seperti masih belum percaya pada dirinya.

"Tuan aku sudah mengambil sumpah akan setia pada tuan Damien seorang, apa tuan masih belum percaya?"

"Ya aku masih ragu."

Tak lama seseorang masuk tak lain adalah thomass yang terlihat baru mandi karena rambut pria itu terlihat masih basah.

" Mandi disiang hari? Mencurigakan sekali."

Ucap Damien yang yang kembali fokus melihat nama-nama di undangan itu.

Lexa undur diri dari sana membiarkan dua tokoh besar itu untuk berbicara.

"Apa semua nya sudah diundang?"

Thomass ingin berbasa-basi terlebih dahulu tapi Damien sama sekali tidak menjawab Bahkan melirik kearah nya.

"Kau tenang saja putra mahkota, biar aku yang mengurus semua hal.. kau hanya perlu duduk dan bermesraan dengan prajurit mu itu."

Damien menatap lurus kearah thomass.

"...dan setelahnya kau harus memberikan hal yanga ku inginkan itu jika tidak maka kau akan terjatuh bersamaku."

Damien berucap serius tanpa ada candaan sedikitpun membuat thomass menghela nafas.

" Baiklah tapi jika ini gagal di tengah jalan aku tidak mau ikut campur, dan kau jangan sampai membawa zelena dalam masalah itu."

Damien mengangguk lalu tersenyum lembut kearah thomass.

" Kapan undangan untuk grand Duke severin akan di kirim?"

"Malam nanti para utusan akan pergi kekediaman Duke karena jalan yang sedikit susah lebih baik jika cepat diantarkan."

Damien berpikir sejenak.

"Kalau begitu aku ingin memberikan sesuatu pada agda."

Thomass menyipitkan matanya curiga.

"Jangan macam-macam dengan lady kecil kesayangan ku itu!"

Damien terkejut saat thomass terlihat tidak senang dengan keinginan nya.

"Aku hanya ingin mengirimkan coklat dan gaun, apa salah? Lagi pula dia akan menjadi anakku juga nanti."

Damien berucap dengan percaya diri, membuat thomass mencibir dalam hati.

"Kau tidak pergi? Aku yakin prajurit itu sudah bangun sekarang akan sangat menyedihkan jika dia bangun dan kau tidak ada disana."

Thomass kaget dari mana pria ini tau jika zelena sedang pingsan di kamarnya.

"Dan tutupi sedikit bekas di lehermu itu yang mulia."

Thomass dengan cepat menutup lehernya dengan tangan, membuat Damien tertawa melihat thomass yang tampak cemas.

Thomass pun pergi meninggalkan ruangan milik Damien itu untuk melihat keadaan zelena dan benar saja zelena sekarang sedang terduduk di atas ranjang .

Thomass dengan tersenyum mendekati zelena namun nampaknya zelena sedang kesal terlihat dari zelena yang enggan melihat kearah dirinya.

"Sayang?"

Zelena tidak menjawab panggilan dari thomass dirinya masih kesal dengan kebohongan thomass tadi.

Thomass memeluk tubuh zelena dari samping namun tidak ada respon apa-apa.

"Yang mulia lepas."

Zelena melepas pelukan thomass lalu mencoba berdiri namun zelena merasa ada yang aneh.

Rasa sakit itu jelas namun ada sesuatu yang lain saat melihat kearah selangkangannya melihat banyak sperma yang mengalir keluar membuat zelena kaget.

Sedangkan pelaku hanya duduk di ranjang sambil tersenyum puas melihat penampilan zelena.

"Jangan dibuang sayang."

Zelena memerah mendengar thomass terus menggoda nya dengan memanggil sayang.

Tubuh zelena di tarik lagi untuk duduk.

"Aku minta maaf ya."

Thomass mencium wajah, leher hingga tangan zelena.

"Thomass jangan..."

Thomass berhenti di depan perut zelena lalu mencium pelan perut itu.

Zelena menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan milik nya.

"Sekali lagi ya?"

Zelena menggeleng, yang benar saja rasanya masih terlalu sakit untuk mengulang adegan itu lagi.

Tbc....


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tyflósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang