Part 15 Masa lalu vs Masa depan

919 138 14
                                    

"Ya!"

Sontak Hilya menoleh dan tanpa ia sadari tangan Panji kini berada di pundaknya. Pria itu tersenyum pada kamera yang sedang membidiknya. Ia lantas mengangkat jempol pada Siska serta Amel yang kompak.

Sejak tadi Amel bertugas untuk membuat video candid dan Siska bertugas untuk mengambil foto keduanya.

"Dih! Males banget."

"Kamu kalau kelewat benci aku, nanti malah jadinya suka lagi."

Hilya menepis tangan Panji, ia lantas menjauh. "Gak lucu tau begini."

"Maaf, disuruh Panji tadi!" Kata Amel membela diri.

Wanita itu lantas semakin menjauh, ia melangkahkan kakinya dengan cepat. Rasanya begitu kesal saat kedua teman dekatnya malah kembali mendekatkannya dengan Panji yang jelas-jelas saat itu selingkuh.

Lagipula Hilya tidak ingin memiliki suami dari kalangan pejabat, jelas dari segi ekonomi ia akan kalah jauh. Ia tak mau keluarganya menjadi cemoohan nanti.

Panji berlari untuk mengejar Hilya. "Maaf, Ya. Sumpah gak lagi."

"Cara kamu kayak gini itu malah bikin aku makin ilfeel tau gak! Lagian kamu kemana aja selama ini? Pernah gak kamu coba buat jelasin semuanya sama aku? Pernah gak kamu coba cari aku?"

Langkah kaki Panji tertenti, ia baru menyadari bahwa usahanya untuk mendekati Hilya tak begitu serius. Ia tak pernah berusaha untuk menemui Hilya langsung di kampungnya, alih-alih hanya mencoba menghubungi lewat sosial media saja.

"Aku freak banget pasti?"

"Nanya lagi!"

"Ya, maaf. Aku mau jelasin, tapi pelan-pelan dulu tanpa emosi."

Hilya menghela nafas kasar. Ia lalu melirik pada bangku kayu di bawah pohon kelapa. "Ya udah, di sana!"

Mereka duduk berhadapan di bangku kayu ditemani dua gelas jus semangka. Sedangkan Siska serta Amel kini berada di tepi pantai sembari mengabadikan momen.

"Sebelumnya aku minta maaf karena ikut liburan."

"Gak perlu minta maaf. Kamu liburan juga bayar pakai uang sendiri kan? Kecuali pakai uangku."

Panji terkekeh geli. "Dari dulu kamu gak pernah berubah. Ketus banget kalau udah gak sreg sama orang."

"Itu tau!"

"Aku tau caraku salah saat itu, maksa kamu buat hal yang diluar batas padahal kita belum sah." Panji lalu menegak jusnya, ia melirik Hilya sekilas dan mengambil selembar tisu untuk mengusap keringat di dahi wanita itu. "Aku pikir dengan cara ngancam kamu saat itu bakal dikasih. Tapi ternyata malah kamu malah semakin menjauh."

Hilya berdecih, saat kembali mengingat momen itu. Ia yang tak begitu berpengalaman mengenai pacaran, tentu saja memegang teguh prinsip tanpa menyentuh sebelum menikah. Walau kadang ia dan Panji sempat bergandengan tangan saat jalan.

"Iyalah. Gila kamu minta yang aneh-aneh waktu masih jadi pacar."

"Aku penasaran karena dari semua teman-temanku dan hanya aku yang belum pernah begitu. Jadi aku pikir toh, nantinya bakal nikah sama kamu. Kenapa gak nyicil dulu?"

Pikiran laki-laki memang sama! Tiba-tiba saja Hilya teringat Banyu yang ingin menyicil buat anak agar mereka segera direstui kedua pihak. Ah, Hilya tak akan membiarkan hal ini terjadi padanya.

"Terus? Jangan bertele-tele."

"Saat itu pas banget ada yang dekatin aku dan aku mau nyoba. Sekaligus bikin kamu supaya cemburu. Tapi akhirnya kita malah makin jauh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERJERAT PESONA DUDA 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang