32. Suara Kejutan

990 118 14
                                    

"Boleh kah aku memohon untuk waktu yang lebih lama lagi? Kita baru saja memulainya."

-Bima Arkananta-


***

Haahh

Hhaahhh

Haahhh

"Istirahat dulu dong," seru Chandra yang sudah merasakan kelelahan karena mengikuti keinginan si anak sulung dan si bungsu untuk berolahraga pagi--lari pagi di sebuah taman kota yang selalu penuh saat hari libur.

Bima dan Naka tertawa karena Chandra sudah merebahkan diri di jalanan dengan keringat yang terus mengalir dari pilipisnya serta tarikan napasnya sudah seperti sehabis dikerja anjing milik tetangga.

"Minum dulu minum, " ujar Bima lalu menarik tangan Chandra agar ia beranjak dari tidurnya dijalan, lantas memberikan sebotol air mineral pada Chandra. "Ini ciri-ciri manusia yang nggak pernah olahraga, tapi minum alkohol terus--contoh nggak sayang tubuh sendiri." Bima menggelengkan kepalanya.

"Udah lupa rasanya air alkohol." Jawab Chandra membela diri.

Sementara itu Nayaka, di belakang Chandra pun sama kelelahannya. Ia sedikit membungkuk dengan kedua tangannya bertumpuan pada lutut, dan menarik napasnya lebih dalam. Lagi-lagi Bima menggelengkan kepalanya.

Bima memang sengaja mengajak kedua adik terakhirnya ini untuk sekedar berolah raga ringan. Bagi Bima, lari pagi dengan pelan dan santai itu adalah olahraga yang paling ringan dibanding senang Aerobik dengan tempo dan gerakan yang sangat cepat, tapi ternyata pilihan Bima cukup berat untuk kedua adiknya yang badannya sudah terlanjur terjangkit alkohol dan rokok menjadikan mereka memiliki daya tubuh yang sedikit berkurang, apalagi Bima sangat mempercayai bahwa Chandra dan Naka tidak pernah memperhatikan kesehatan badannya.

"Ini juga. Paru-parunya juga udah nggak sehat kena asap rokok terus jadi nggak kuat diajak lari. Padahal larinya cuma pelan." Ucap Bima sembari memijat pelan punggung adik bungsunya. "Kemarin udah ngisap roko berapa batang, Na?" Tanya Bima.

Semabari menegakkan tubuhnya, Naka menjawab. "Katanya udah nggak boleh merokok."

"Kalau mau berhenti, ya jangan karena larangan. Tapi sadar dari diri kamu sendiri, kalau rokok itu nggak sehat. Selain nggak sehat juga boros, uang jajan yang bisa buat beli makan malah dibelikan rokok yang cuma jadi asap--

"Tapikan makanan juga cuma jadi kotoran." Sahut Chandra cepat.

Bima menghela napasnya setelah Chandra memotong ucapannya dengan suatu kebenaran tapi tidak dibenarkan. "Nggak tahu lah, Mas capek sama kalian berdua." Ucap Bima lantas kembali melangkahkan kakinya dengan berlari pelan. Terdengar gelak tawa dari dua adiknya yang merasa sudah memenangkan perdebatan dengan jawaban yang salah.

Sejujurnya, Bima cukup merasa lega karena pada akhirnya Chandra dan Naka bisa menjalin hubungan yang baik selayaknya kakak dan adik.

Dunia sedang berbaik hati padanya, cuaca bahkan lebih cerah dibanding hari sebelumnya. Udara pagi lebih terasa segar menembus paru-parunya. Boleh Bima mengucapkan terima kasih kepada semesta? Karena semesta tidak pernah berhenti bekerja untuk memperbaiki setiap kehidupan yang berantakan. Semesta selalu menunjukkan hal-hal baik dan terbaik untuk semua isi bumi. Mulai detik ini, Bima terus berucap dari dalam hatinya, ia sangat beruntung menjadi yang pertama dikeluarga ini. Ia selalu mendapatkan hal yang luar biasa dan membuatnya lebih kuat lagi untuk menjadi sulung yang tidak pernah gagal--Bima hanya butuh waktu untuk membuktikan semuanya.

Dibelakangnya, dua adik kecilnya itu berlari secara beriringan sembari sesekali keduanya melempar tawa yang Bima sendiri tidak tahu apa yang mereka bicaranya.

LABIRIN -END-Where stories live. Discover now