¤¤¤
Nemu typo tandain ya!
¤¤¤Auriga hanya bisa duduk diam, menyimak obrolan dua orang dewasa didepannya. Sore tadi ibunya pulang, lalu memintanya berkemas dengan pakaian rapi. Katanya mereka akan pergi makan diluar dan bertemu dengan seseorang untuk di kenalkan.
Sekarang Auriga tau, ibunya memintanya ikut makan diluar untuk bertemu dengan calon ayah barunya. Mengenalkannya pada pria dewasa itu.
"Tidak apa-apa Mas, kita juga masih di tahap pengenalan. Bisa pelan-pelan dan lain waktu lagi untuk diajak bertemu" Tutur Aurel lembut.
David tersenyum hangat, pria tampan berwajah tegas penuh wibawa itu, terlihat begitu hangat malam ini. Bahkan dirinya beberapa kali melempar pertanyaan pada Auriga yang banyak diam.
"Mas akan usahakan untuk mengajak Hugo lain kali, untuk makan malam bersama kita" Ujar David lagi, pria ini masih merasa bersalah, karena sudah berjanji untuk mengajak putra tunggalnya untuk bertemu dengan Aurel, ternyata anak remajanya itu malah punya alasan untuk tidak ikut.
"Iya Mas, aku juga akan coba yang terbaik nanti supaya Hugo bisa nerima aku sebagai ibu sambungnya" Ucap Aurel lembut.
David mengangguk senang.
Sedangkan Auriga hanya diam menyimak, sesekali tangannya menyuap makanan penutup yang di hidangan beberapa saat lalu.
•••
Auriga dan Aurel turun dari mobil mewah milik David. Mereka berangkat dengan taxi tadi, tapi pulangnya David yang mengantar.
"Makasi ya Mas, maaf bikin kamu harus repot nganterin aku sama Riga pulang. Padahal bisa tadi naik taxi" Ujar Aurel.
"Gak papa, lagian sebentar lagi kamu sama Auriga kan tanggung Jawabnya Mas" Balas David membuat Aurel tersenyum manis.
"Kalau gitu Mas pulang dulu ya, selamat malam dan istirahat dengan baik" Pamit David.
Aurel mengangguk anggun, begitupun dengan Auriga yang melempar senyum tipisnya.
Setelah mobil David menjauh, keduanya pun berjalan beriringan masuk kedalam rumah sederhana milik mereka.
Aurel itu seorang janda dengan anak satu yang ditinggal mati suaminya. Jadi sejak suaminya meninggal tujuh tahun silam, Aurel lah yang membesarkan anaknya Auriga Arkatama, yang bulan lalu baru saja menginjak usia lima belas tahun.
Tidak banyak yang suaminya tinggalkan, sehingga setelah suaminya meninggal Aurel harus bekerja memenuhi kebutuhannya dan Auriga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURIGA [END]✔
General FictionHadirnya tak pernah berarti lebih bagi siapapun. Auriga juga tak bisa memaksa siapa-pun untuk menerimanya dengan hangat. Auriga bahkan tidak tau untuk apa ia dilahirkan. Yang bisa Auriga lakukan hanyalah bersandiwara, menutupi luka hatinya, menutup...