4.8; The Talk II

30 4 2
                                    

Alana dan Raizel larut dalam keheningan yang tak nyaman. Sejak tadi, sejak kakak beradik itu berjalan menuju basement tempat dimana mobil Raizel terparkir, Alana bisa merasakan tatapan tajam menuntut penjelasan dari kokonya. Alih-alih takut, Alana malah tersenyum penuh kemenangan dalam hatinya karena kokonya menangkap umpan yang telah ia berikan bersama Professor Yang, oh koreksi, Jong Hoon.

Gadis itu sengaja menutup rapat mulutnya bertingkah polos seolah tidak ada apapun yang mencurigakan dari interaksi dirinya dengan professor hukum pidananya itu. Di sisi lain, Raizel terus melirik tajam ke arah adiknya menuntut penjelasan atas apa yang telah ia lihat tadi. Beraninya si tua titisan socrates itu, Professor Yang, menatap adiknya seperti itu?! Raizel kini sepenuhnya yakin bahwa Yangcrates memang sengaja membuat adiknya sibuk dengan memberinya banyak tugas agar ia bisa memanfaatkannya untuk, err mendekati, adiknya dalam konteks romansa.

Sialan!

Raizel kembali mengumpat dalam hati. Entahlah, jika kondisi adiknya dan Professor Yang berbeda dengan saat ini ia tidak akan mempermasalahkanya. Namun, saat ini Professor Yang adalah seorang dosen dan Alana adalah mahasiswinya sendiri!!! Pria itu bisa saja menggunakan title-nya sebagai dosen Alana untuk berbuat seenaknya. Abuse of power.

"Lan," panggil Raizel singkat. Nampaknya ia sudah tidak tahan dengan keheningan ini, ia butuh jawaban segera dari adiknya.

"Hm?" Jawab Alana singkat dengan perhatian yang masih tertuju pada ponsel di genggamannya.

"The hell are you doing?!" Murka Raizel setelah ia memendamnya nyaris satu jam lamanya. Sementara itu Alana sedikit tersentak kaget, ini nyata, bukan bagian dari aktingnya.

"Gue dari tadi diem dong loh," protes Alana sambil menatap protes ke arah kakaknya.

"Iya, diem lu menyebalkan," balas pemuda itu sambil menoleh ke arah Alana. Matanya memincing dengan wajah cemberut.

"Lu kenapa sih? Sensi banget," Tanya Alana memancing Kokonya.

"I have millions reasons to be this mad," ucap Raizel sambil kembali fokus ke jalan sementara Alana yang semula percaya diri bisa mengatasi ini merasa nyalinya sedikit ciut.

"Nilai komunikasi lu nol besar, Ko. Kenapa gue kena marah elu?"

"Gue ga marah sama elu, Lana," Raizel berdecak terlihat mempertimbangkan apa yang harus ia katakan dan Alana menunggu apa yang akan kokonya ucapkan.

Raizel menarik napas dalam dan menghembuskannya secara kasar sebelum mengutarakan isi pikirannya, "Gue ga suka sama Yangcrates,"

"Aren't we all?" Wajah Alana sedikit mengejek. Bagus kokonya sudah mulai membahas ini.

"Ah gue harus lebih spesifik, gue ga suka lu keluar berdua sama Professor Yang," Raizel akhirnya menyuarakan kegelisahannya. Sementara itu Alana tersenyum dalam hati karena umpan telah berhasil dimakan sempurna oleh target.

"Hah?!"

"His eyes, gue mau colok itu mata," balas Raizel cepat. Ia benar-benar mengeluarkan kejengkelannya.

"Sebentar, ini lu kenapa sensi sama Professor Yang?" Alana mencoba mengkonfirmasi.

"Oh, lu ga sadar?" Raizel bertanya retoris malah membuat Alana sebal.

"Sadar apa? Lu kalau ngomong jangan setengah-setengah Ko," omel Alana. Well karena Raizel sudah menyambar umpannya Alana, gadis itu hanya tinggal melanjutkannya.

"Gue yakin seratus persen kalau dia nyibukin elu dengan kerjaan dari dia cuman untuk ketemu sama elu, Alana," kini pemuda itu melirik ke adiknya yang sepertinya terlalu polos, entahlah apa seharusnya ia tidak menyinggung hal ini karen Alana tidak menyadari hal tersebut saja sudah bagus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VeerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang