💋 next part 1K voted 3K comment 🫶🏻
⚜️ happy reading ⚜️✿✿✿
"Ini nggak berarti apa-apa," ucap Han Jean membuka obrolan pagi itu.
Dirinya dan Athena berada di bawah selimut yang sama. Posisi keduanya miring dengan saling menghadap. Tangan ditumpuk di bawah pipi sebagai tambahan bantal, serta pandangan yang saling tubruk menginvasi percikan netra satu sama lain.
Athena merapatkan selimut, menutup tubuhnya yang tak memakai apa pun di baliknya. Pandangannya menghindar setelah Jean memuntahkan kalimat.
"Kenapa diam?" tanya Jean tak puas.
Athena memasang wajah terluka. "Aku harus bilang apa? Kalau kamu bilang nggak berarti apa-apa, meskipun aku kecewa aku harus apa? Marah? Kamu nggak akan peduli meski aku marah sekali pun."
"Gue bayar karena udah pakai tubuh lo, jadi nggak perlu marah."
"Aku istri kamu, bukan jalang. Aku nggak mau dibayar."
Sebuah smirk Jean pamerkan, dia duduk sembari bersandar di kepala ranjang, menyurai ke belakang rambut panjangnya yang lupa kapan terakhir dipotong.
"Nggak usah jualan cookies, pakai uang yang gue kasih."
"Enggak, sebelum kamu balik kayak dulu."
Jean berdecih. "Gue dulu memang kayak gimana? Saat gue bilang cinta padahal gue nggak tahu itu apa, atau saat gue bersikap palsu?"
Seperti telak, Jean membungkam Athena dengan pertanyaan yang tak bisa Athena jawab. Karena Athena tidak tahu Jean yang asli seperti apa. Saat ini, atau dulu, jauh sebelum Athena mengetahui fakta bahwa emosi adalah hal yang sangat misterius untuk suaminya.
Athena ikut duduk, bersandar, menahan selimut agar tidak luruh menutup tubuhnya.
"Mau aku buatin sarapan apa?" Ia mengalihkan pertanyaan.
"Nggak perlu."
"Dari semalam kamu belum makan."
Jean menyibak selimut, turun memasang potongan pakaian yang tergeletak. Dia membungkuk, memungutnya di lantai.
Bunyi ritsleting yang dinaikkan menandakan bahwa suaminya selesai memakai celana. Athena baru berani mengintip. "Rambutnya disisir dulu, berantakan."
Jean mengambil sebuah karet berwarna hitam, menguncir rambut bagian depannya ke belakang agar tak mengganggu penglihatan. Setelah itu, ia mengeluarkan dompet, menarik beberapa lembar uang beserta kartu ATM, meletakkannya di atas nakas tanpa sepatah kata pun.
"Aku bilang aku nggak mau dibayar! Aku bukan jalang kamu Han Jean!" Athena murka.
Mata tajam Jean mengintimidasinya. "Berani meninggikan suara sekarang?" tanyanya tenang dan menusuk.
"Ambil lagi uang kamu, aku nggak mau terima." Kali ini suara Athena rendah, sembari membuang muka ke samping.
"Gue nggak mau pakai badan lo secara gratis, jadi—"
"Aku-masih-istri-kamu." Athena sampai mengeja sembari menekan setiap kata. Sebal sekali dirinya dianggap perempuan bayaran oleh suaminya sendiri.
Jean suka melihat ekspresi istrinya yang seperti itu. Merajuk, kesal, marah, dengan pipi yang menggembul. "Jadi gratis?"
"Kamu keterlaluan."
"Ambil uangnya. Lo pindah dari apartemen studio sesak ini, sewa apartemen mewah dekat kampus, dan berhenti jual cookies."
KAMU SEDANG MEMBACA
Han J ; Raison d'être
Romancebook #1 Han J Drive You Insane book #2 Han J Raison d'être [Final] Semua itu palsu. Kali ini Athena benar-benar tertipu.