15. BINVS : ALPHA, IKTAFA DAN DAI

4.8K 545 293
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA

Komen per paragraf yaw

HAPPY READING!

15. BINVS: ALPHA, IKTAFA DAN DAI

   
“Ada laporan apa?” tanya seorang laki-laki berjas hitam yang kini duduk di sofa sembari bersedekap dada. Wajahnya putih bersih dengan hidung yang cukup mancung. Dia Alpha Arbutin, sang pemilik PT. Arbutin yang merupakan salah satu perusahaan skincare di Indonesia.
   
Di sebelahnya juga terdapat laki-laki dengan usia dua puluh delapan tahunan, yang penampilannya hampir serupa dengan Alpha. Laki-laki itu yang tadi membawa Tsana ke sini. Tsana sering memanggilnya dengan sebutan Bang Iktafa. Sosok yang memiliki nama lengkap Iktafa Respati inilah yang mengelola Panti Asuhan Cempaka Satu tempat adik-adiknya tinggal. Dia telah menjadi partner Alpha sejak lama dalam mengurus perusahaannya.
   
Tsana tahu, dia sangat tahu kalau dua laki-laki di hadapannya ini adalah alumni Magnesium High School tahun 2008. Ah, tidak. Mereka tidak bisa disebut alumni. Sebab, keduanya pergi dari sekolah itu sebelum hari kelulusan terjadi. Meski begitu, Tsana tetap menganggap mereka sebagai seniornya.
   
“Laporan kalau anggota Basis sedang menyelidiki kasus buku teka-teki silang ini,” ucap Tsana memberikan sebuah selembaran kertas HVS yang isinya ia salin dari buku teka-teki silang Anarkali.
   
“Mainan apa ini?” tanya Alpha menatap kolom teka-teki silang dengan tiga kode berurutan.
   
“Ck! Itu bukan mainan. Itu buatan Anarkali,” jawab Tsana. “Beberapa bulan lalu, akun Twitter-nya aktif minta tolong kalau dia sakit. Habis itu akunnya hilang. Terus gue sadar kalau dia pernah kasih buku teka-teki silang itu ke gue supaya bisa jawab clue yang tertulis. Dia minta supaya anggota Basis bisa segera bongkar kasusnya,” beber Tsana.
   
“Dia masih hidup?” tanya Alpha.
   
“Masih,” jawab Tsana.
   
“Di mana lo ketemu dia?”
   
Belum sempat Tsana menjawabnya, ketukan pintu dari luar ruang kerja Alpha dan Iktafa ini membuatnya menghentikan percakapan mereka.
   
“Siapa?” seru Iktafa sebelum membuka pintu.
   
“Dai,” jawab orang di balik pintu tersebut. Iktafa pun mengizinkan keponakan Alpha yang bernama Dainuri Malabis itu untuk memasuki ruangan. Tsana sangat terkejut, ia menoleh dan melihat Dai yang ternyata sama terkejutnya.
   
“Monkai, lo kenapa bisa ada di sini?” tanya Dai, kemudian ia menatap Alpha meminta penjelasan. Pandangan Dai teralihkan saat melihat lembaran bertuliskan kolom teka-teki silang di tangan Alpha. Kolom dan jawabannya sama persis dengan buku Teka-teki Silang Anarkali yang berada di tangan Wira!
   
Dai kembali menatap Tsana. “Jadi, ini alasan sebenarnya lo curi buku TTS dari Wira. Mau lo kasih ke Paman Alpha?” tebaknya.
   
“Paman?” tanya Tsana bingung.
   
“Gue, Dainuri Malabis. Keponakan dari Senior Dainuri Setiawan Jaya dan Alpha Arbutin. Gue mewarisi potensi Paman Dainuri,” ucap Dai dengan bangganya, seraya memamerkan potensinya itu untuk menarik salinan buku Teka-teki Silang dari tangan Alpha.
   
Tsana lagi-lagi terkejut mendengar fakta baru mengenai Dai. Setelah tahu kalau Dai juga dari kehidupan sebelumnya yang mengulang hidup kembali bersama Wira, Dai juga memiliki darah keluarga dengan Senior Dainuri Setiawan Jaya, bahkan mewarisi potensi telekinesisnya. Gawat! Dai bukan cowok sembarangan seperti yang ia lihat selama ini. Pantas saja, tadi di sekolah Dai melakukan keajaiban seperti sihir kepada Angkasa. Cowok itu juga sering emosional jika teman-temannya membahas tentang Senior Dainuri Setiawan Jaya.
   
Alpha segera menendang betis Dai menggunakan sepatu chelsea boots yang biasa lelaki itu gunakan untuk ke kantornya, sehingga membuat Dai langsung berlutut menahan rasa sakit. Alpha pun menampar muka Dai menggunakan majalah di mejanya. “Bodoh! Paman nggak pernah mengajari kamu jadi anak yang tukang pamer!” bentaknya.
   
Tsana kaget melihat Alpha begitu kasar memperlakukan keponakannya. Ia melirik Iktafa sejenak, namun lelaki itu hanya diam tak tersentuh. Tatapan matanya sangat dingin.
   
“Tiga tahun Paman sekolahkan kamu di MHS bukan untuk jadi tukang pamer potensi. Percuma saja kamu bisa mengendalikan barang dan pikiran orang,  kalau kamu nggak bisa mengendalikan Himpunan Basis supaya bisa ada di tangan kamu!” murka Alpha yang tak puas dengan kinerja Dai.
   
Sebelum ini, Dai memang diberi misi oleh Alpha untuk melanjutkan perjalanannya dalam menegakkan keadilan bagi Senior Dainuri Setiawan Jaya 1998 dan memimpin Himpunan Basis. Namun, Dai kalah cepat dengan Wira. Jabatan ketua Basis justru di pegang oleh teman sekamarnya itu. Dai pernah memiliki niat jahat untuk menusuk Wira dari belakang dan menggulingkan jabatannya. Ia ingin menjadi ketua Basis sebab tekanan dari Alpha. Namun, melihat ketulusan Wira dalam pertemanannya, Dai jadi mengurungkan niatnya untuk mencelakai Wira. Alhasil, dia hanya bisa menunda semua misi dari pamannya yang membuat Dai disiksa oleh Alpha.
   
“Kamu lihat dia?!” Alpha mengarahkan muka Dai untuk melihat Tsana. “Dalam waktu sebulan, Kai Tsana sudah mendapatkan hasil yang Paman inginkan!”
   
“Memangnya dia bisa nemuin otak Paman Dainuri?!” balas Dai ikut membentak.
   
Cetar
   
Dai mengerang sakit saat sebuah gesper mendarat di punggungnya. Pamannya benar-benar sudah gila. Tidak bisakah lelaki itu sedikit menjaga harga diri Dai di depan Tsana.
   
“Paman tidak suka dibentak. Jangan sampai Paman benar-benar memotong biaya hidup kamu. Jangan pikir kamu hidup gratis di sini. Tetap berlutut!” Alpha menekan bahu Dai supaya tak berdiri dari lantai.
   
Tsana menatap iba pada temannya. Ia tahu bagaimana rasa sakitnya dicambuk menggunakan gesper. Tsana sering mendapat perlakuan buruk seperti ini dari ibunya. Pantas saja, Dai pernah mengatakan kalau terkadang hidup bersama keluarga rasanya benar-benar tidak masuk akal.

BUT I'M NOT VERY SMART! || [Lengkap]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora