Seokjin membuka pintu dan segera melihat Sung Hoon berdiri di depan pintu. Sung Hoon tampak panik, membuat Seokjin terdiam, mungkinkah mereka berdua mendengar semuanya?
Sung Hoon menggunakan isyarat untuk keluar dan berbicara. Seokjin dengan ragu-ragu mengikuti di belakang, dan Dohyun memperhatikan lalu mengikuti.
"Apa Jimin baik-baik saja?"
Seokjin mengangguk: "Baik sekali. Hanya Pemotongan mendatar, luas lukanya kecil, jadi bisa ditutup dalam seminggu, dan tidak ada rasa sakit selama setengah bulan kemudian. Besok dia bisa bangun dari tempat tidur, lalu bisa meninggalkan rumah sakit dalam seminggu.”
Sung Hoon tidak menanyakan tentang bayi itu. Seokjin tidak tahu apa yang terjadi pada mereka berdua karna Jimin begitu tidak ingin melihatnya, dan mengapa Jimin tiba-tiba akan melahirkan! Bukankah sebelumnya dia baik-baik saja?
Seokjin tahu dia tidak bisa bertanya, Sung Hoon tidak mengucapkan sepatah kata pun tapi dia tidak berani pergi.
"Seokjin, sejak kapan kamu tahu?"
"Saat usia janinnya dua bulan." Mulut Sung Hoon bergerak beberapa kali, kenapa orang luar tahu, tapi sebagai seorang ayah dia tidak tahu?
Dohyun memejamkan mata rapat-rapat, ayah macam apa dia! Selalu berdiri di kejauhan, memandang Jimin, satu-satunya saat dia mendekatinya itu karna atas nama keponakannya.
"Tuan muda Jimin tidak ingin aku memberi tahu Anda dan juga tidak ingin orang lain mengetahuinya. Jadi, jangan marah padanya, lagipula dia masih anak-anak.”
Masih anak-anak? Bagaimana bisa seorang anak sudah menjadi ayah dari anak lainnya!!!
"Seokjin, pergilah dulu." Dohyun tiba-tiba berseru, dia takut Sung Hoon tidak bisa menahan amarahnya.
Setelah Seokjin pergi, Dohyun dengan lembut melangkah maju: "Hoon, jangan marah dulu. Duduklah, aku tahu apa yang mendesakmu, serahkan saja masalah ini padaku."
"Lalu, apa yang kamu lakukan! Katakan padaku bagaimana kamu melakukannya!! Haruskah aku membunuh anakku dan kemudian bunuh diri!! Katakan!”
"Sung Hoon! Aku tahu kamu tidak bisa menerima ini, Aku juga tidak bisa menerimanya, karna dia sama menyedihkannya denganku!"
"Dohyun, aku membencimu. Jika aku bisa, aku tidak ingin melihatmu lagi seumur hidupku! Tidak akan membawamu pulang, tidak akan mengasihanimu! Tidak akan menyelamatkanmu! Aku tidak tahu kenapa aku...... aku membawamu pulang, untuk apa! Dohyun! Aku benci kamu, dan juga aku benci seluruh keluargamu!”
Dohyun yang ditunjuk olehnya perlahan mengalir air mata yang dalam dan gelap. Dia hanya bisa menatap Sung Hoon dan memarahinya, karena sudah lama sekali mereka tidak bertemu seperti ini, tepatnya sudah 19 tahun.
Selama 19 tahun, dia berpura-pura tidak mengenalnya, mereka berdua menganggap satu sama lain sebagai orang asing, meski enggan duduk di meja yang sama dan hanya mengucapkan beberapa patah kata satu sama lain, seperti saudara pada umumnya.
Sung Hoon masih kesal seperti dulu. Dia tidak bisa membayangkan kenapa dia dulu begitu baik dan membuatnya menjadi seperti ini. Lagipula, itu baru beberapa dekade, dan sudah seperti ini..
Dalam ingatannya, dulu saat Dohyun masih sangat kecil saat itu. Dia pingsan di kebun teh kakeknya pada musim dingin, saat itu salju sangat lebat. Jika saja Sung Hoon tidak pergi ke kebun teh untuk bermain, dia tidak akan bertemu dengannya, dan tidak akan menyelamatkannya.
Dohyun merahasiakan margannya hanya karna dia seorang anak haram dari keluarga Kim. Bahkan banyak dari saudaranya untuk memperebutkan warisan ayahnya, hingga banyak dari keluarganya ingin membunuhnya untungnya ia bisa hidup karna Sung Hoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant With My Enemy (End)
FanfictionTaehyung menyukai kakak Jimin dan Jimin menyukai adik Taehyung keduanya saling membenci satu sama lain. Hingga suatu malam Jimin memberi obat ke adik Taehyung dan berniat melakukan sesuatu padanya, tapi sayangnya diketahui oleh Taehyung, Taehyung y...