Bab 13

43.4K 2.1K 94
                                    

Ceklek

"Sudah siap?"tanya Laks. Dia baru datang dari luar. Ada banyak barang yang harus di beli.

Fisah yang baru saja selesai mandi segera mengangguk."Insyaallah siap, abang."sahut Fisah malu-malu.

Laks mengernyit."Kamu belum siap, Fisah."tekan Laks membuat Fisah menggeleng.

"Sudah, abang. Aku sudah siap-siap dari tadi sore." bahkan Fisah pergi keluar sendiri untuk membeli alat cukur, lulur dan parfum. Masa sudah setotalitas ini masih dibilang belum siap.

Laks hanya diam."Jangan bercanda. Bagaimana kita bisa pergi ke restoran kalau pakaian kamu begitu."ucap Laks tak habis pikir.

Fisah langsung melotot."Restoran?"

"Iya. Kan tadi abang sudah bilang waktu di mobil. Malam ini mama minta kita datang ke restoran untuk makan malam."

"Hah?"Fisah tampak linglung."Jadi maksud abang bukan siap yang itu?"

Laks mengernyit, mencoba berpikir apa yang sedang istrinya bicarakan.

"Itu apa?"tanya Laks. Semakin dipikir, semakin dia tak mengerti.

"Ya itu, abang minta aku bersiap untuk nanti malam. Jadi bukan untuk melakukan itu?"tanya Fisah tak kenal malu. Lagipula tadi di mobil, ia tak mendengar apapun tentang makan malam di restoran. Jadi wajar saja kan, kalau ia salah paham.

Laks sempat diam sesaat sebelum akhirnya dia mengusap tengkuknya karena baru mengerti."Kamu mau melakukan itu?"

Fisah menggeleng dengan cepat."Ya tidak. Tapi kan tadi abang yang minta aku bersiap. Jadinya___"

Laks mengangkat tangannya lalu segera mengambil ponselnya di saku celana.

"Hallo, mah. Kami sepertinya tidak bisa datang malam ini."ucap Laks dengan tatapan yang tak lepas dari istrinya.

"Loh kenapa? Ini makan malam untuk kamu dan Fisah loh. Pokoknya kalian harus datang."

"Lain kali saja, mah. Kami ada urusan penting yang tidak bisa ditunda."

"Urusan apa?"

"Pokoknya urusan penting."

Tutt

Laks segera mematikan ponselnya kemudian meletakkannya di atas meja.

"Kit__kita pergi saja, bang. Anu__itu__ mama pasti menunggu kan?"ucap Fisah gugup. Padahal tadi ia sudah menyiapkan diri.

Laks melangkah mendekati istrinya lalu menarik tubuh yang lebih kecil darinya itu ke dalam pelukannya.

"Kita mulai dengan pelukan."ucap Laks membuat Fisah diam. Detik pertama ia memang tegang. Namun setelah beberapa menit, tubuhnya mulai terbiasa.

"Lalu ciuman."bisik Laks kemudian mulai mencium kening, kedua pipi, puncak hidung lalu terakhir bibir Fisah.

"Abang.. "cicit Fisah pelan lalu menutup mata membiarkan bibirnya dicium. Sesekali ia juga membalas, hanya saja terasa kaku.

Setelah mengakhiri ciuman, Laks segera membimbing Fisah menuju tempat tidur kemudian membaringkan gadis itu dengan lembut ke atas kasur.

Fisah hanya bisa diam. Sesekali ia menelan ludah kasar karena begitu gugup.

"Kalau kamu belum siap, abang akan berhenti."ucap Laks lembut namun tidak ada jawaban membuatnya ingin beranjak, tapi__

"Siap kok."ucap Fisah tiba-tiba lalu segera menutup mulut saat pak Laks terlihat tersenyum menatap ke arahnya.

Laks segera bangkit lalu melepas kemeja yang dia gunakan. Setelah itu, dia langsung menindih tubuh Fisah dan memulai malam pertama mereka.

Pagi harinya, Fisah lebih dulu membuka mata. Namun sesaat kemudian ia langsung menjerit tanpa suara. Bagaimana tidak kaget? Bayangkan saja, ia yang biasa tidur sendiri malah pagi ini bangun dengan pemandangan pria tampan di depannya. Sudah begitu tidak pakai baju dan tadi malam mereka__

'Aku melihat itunya pak Laks.' batin Fisah sambil mengingat kembali adegan demi adegan yang terjadi tadi malam.

Fisah langsung menutup wajahnya karena malu. Bisa-bisanya tadi malam ia melakukan itu dengan pak Laks.

"hmm selamat pagi."

Eh?

Fisah segera menoleh lalu melotot. Ia sempat beberapa kali menelan ludah hingga akhirnya segera berbalik dan membelakangi sang suami.

Laks hanya tersenyum geli lalu menatap ke arah jam yang ada di dinding.Ternyata dia bangun kesiangan.

"Pagi ini mau sarapan apa?"tanya Laks bergerak duduk. Dia menatap punggung istrinya dengan senyum tipis.

"Fisah?"panggil Laks karena tidak ada sahutan.

"Sayang?"panggil Laks lagi membuat sebuah gerakan kasar terjadi. Fisah terlihat menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.

Laks segera bergerak menyentuh selimut dan berniat menyingkirkannya dari tubuh sang istri.

"Abang, Fisah malu."rengek Fisah membuat laks terkekeh lalu segera turun dari tempat tidur.

"Abang akan mandi lebih dulu."ucap Laks lalu mengambil handuk dan melangkah memasuki kamar mandi.

Sedang Fisah segera menyingkirkan selimut saat mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka lalu tertutup.

"Bagaimana aku bisa melihat wajah pak Laks setelah ini."gumam Fisah lalu menutup wajahnya menangis. Setelah dipikir-pikir, ia jadi malu sekali.

Lima belas menit kemudian.

Ceklek

Fisah dengan segera kembali masuk ke dalam selimut. Ia bertekad tidak akan keluar sebelum pak Laks pergi dari kamar.

Laks yang melihat istrinya masih bertahan di dalam selimut hanya bisa menggeleng pelan. Tadi malam, gadis itu nampak sangat berani. Kenapa paginya jadi malu-malu.

Karena penasaran, Laks segera bergerak menuju pintu kemudian membuka lalu menutupnya kembali. Dan benar saja, kepala seseorang yang berada di atas tempat tidur segera muncul.

"Arghh"jerit Fisah lalu kembali masuk ke dalam selimut."Abang kok masih di kamar. Pergi sana!"

Laks terkekeh lalu naik ke atas tempat tidur."Cepat mandi agar kita bisa sarapan bersama."

"Aku tidak lapar."balas Fisah berusaha mempertahankan selimut yang menutupi tubuhnya.

Laks akhirnya menyerah. Dia segera turun dari tempat tidur lalu berpakaian.

"Abang tunggu di luar."ucap Laks lalu segera keluar dari kamar.

Sekali lagi, Fisah keluar dari selimut lalu menatap ke arah pintu. Ia segera turun dari tempat tidur lalu bergerak mengunci pintu kamar.

"Hiks aku malu sekali."isak Fisah tertahan. Apalagi bayangan tadi malam kembali berputar di kepala membuat rasanya Fisah ingin menenggelamkan diri di sungai.

Kenapa malunya baru terasa sekarang?

Bersambung

Dilamar Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang