"ya ampun, tuan!!!".
Mark segera membawa jeno yang basah kuyup memasuki apartnya."T-tuan sed_____".
"Jangan panggil aku seperti itu".
Potong jeno dengan tubuh bergetar kedinginan.Mark menghela nafas panjang, sudah tahu hujan kenapa orang ini nekat ke sini?
"Baiklah, tapi kenapa kamu ada di sini".
Jeno merogoh saku mantelnya
"Ponselmu".Mark membulatkan mata
"Padahal aku bisa mengambilnya besok".
Ucapnya seraya membantu Jeno duduk.Tcih
Jeno semakin memeluk tubuhnya sendiri, hidung bangirnya me-merah, ia kedinginan tak mampu untuk membalas ucapan namja manis itu.
"Tunggu di sini".
Mark beranjak untuk mengambil air putih hangat, obat flu dan membuatkan sup hangat untuk pemuda tampan itu.
_______________________
Mark kembali membawa mangkuk dan gelas di tangan nya lalu duduk di samping Jeno.
"Buka mulut mu".
Jeno menurut, menerima suapan sup dari mark.
Hingga di suapan ke empat, Jeno menghentikannya.
"udah".
Mark mengangguk lalu memberikan gelas berisikan air hangat pada pemuda itu.
"Jangan pulang dulu sebelum hujan nya reda, aku akan melanjutkan pekerjaan ku, panggil aku jika butuh bantuan".
Ucap mark setelah melihat Jeno meminun obatnya.Jeno mengangguk membuat mark tersenyum kecil dan melangkah pergi menuju kamarnya.
_____________________________
9 malam
Akhirnya pekerjaannya sudah selesai, hujan di luar pun juga sudah berhenti. Tapi, bagaimana dengan Jeno? Apa pemuda tampan itu sudah pergi tanpa mengabarinya?
Mark pun keluar dari kamarnya, dan terpampang lah seorang pangeran sedang tertidur di sofa apartnya.
'kirain sudah pulang'
Kembali ia masuk ke kamarnya, mengambil sebuah selimut dan bantal lalu melangkah keluar.
Mendekat ke arah jeno yang sepertinya tidak nyaman dengan posisi tidurnya.
Mark terkekeh
'tidur mu aneh tuan Jeno'Ia menyelipkan tangannya ke belakang kepala Jeno dengan perlahan, lalu meletakkan bantal itu di sana.
Setelah selesai, mark menyelimuti tubuh itu dengan selimut yang ia bawa tadi.
Memandang wajah damai itu dalam diam.
'kenapa dia sangat tampan?'
Sadar dengan pikirannya, ia menggeleng cepat. Ingin bangkit dari sana namun satu tangan menahannya.
Jeno menggenggam tangan nya.
Mark membulatkan mata, ia tak tahu, apa pemuda itu sadar atau tidak.
Mark berusaha melepaskan tautan mereka namun tidak bisa, ia juga tak ingin membangunkan jeno yang sedang tertidur.
Dengan pasrah, mark pun hanya diam membiarkan tangan jeno menggenggam erat tangannya.
'apa aku akan seperti ini semalaman?'
___________________________
6 pagi
Mata tajam itu terbuka, mengerjap mencoba menerima cahaya yang masuk ke dalam obsidiannya.
Merasakan tangannya sedang menggenggam tangan seseorang, Jeno membelalakkan mata ketika tahu tangan siapa yang sedang di genggam nya sekarang.
Kenapa dokter manis ini tidak membangunkannya? Bagaimana ia bisa tertidur dan berakhir bersamanya seperti ini?
Jeno menatap jam tangan nya
"Setengah tujuh".
Ucapnya pelan.Lalu beralih menatap mark
"Hei, bangun".
Jeno menepuk pipi nya pelan namun tak mendapat respon.Dengan perlahan, Jeno bangkit dari tidurnya, melepaskan tautan tangan mereka lalu meraih tubuh mungil itu dan mengangkat nya ala bridal style membawanya menuju kamar.
Jeno membaringkan mark di tempat tidur, wajah mereka begitu dekat hingga Jeno bisa menelisik setiap inci wajah damai nan indah itu.
'kenapa kau sangat manis?'
Tangannya terulur menyentuh pipi mark dengan lembut.
'kau tahu, sejak awal kita bertemu aku sudah tertarik padamu'
Sudut bibir itu terangkat, Jeno tersenyum di sela batinnya berucap.
Jujur saja, awalnya ia tak mengerti dengan perasaan nya sendiri.
Wajah cantik, senyuman indah, mata bulat yang lucu dan suara lembut mark yang mengarah padanya membuat Jeno yakin tentang perasaan nya ini.
Jeno menyukai dokter manis itu.
Mencari secarik kertas untuk ia tulis, membuat surat agar mark tak mencarinya saat pergi.
Setelah selesai menulis, kertas itu ia letakkan di atas nakas.
Jeno menyentuh pelan surai mark dengan lembut.
'I definitely miss the baby lion, even though we just met'
Nomark
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
true love {Nomark}
Teen FictionMark seorang dokter yang waktu itu mendapat telpon dari donatur rumah sakit memintanya untuk datang ke mansion besarnya. Jeano, si bungsu keluarga Jung sedang sakit dan butuh perawatan. Di sini awal mula mark bertemu dengan si sulung yaitu Jung Jeno...